Christiaan Eijkman, "Pakai" Tawanan Indonesia untuk Temukan Cikal Bakal Vitamin

Ruben Setiawan Suara.Com
Senin, 11 Agustus 2014 | 09:00 WIB
Christiaan Eijkman, "Pakai" Tawanan Indonesia untuk Temukan Cikal Bakal Vitamin
Christiaan Eijkman. (kb.nl/hkc/nobel/eijkman/eijkman.html)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari ini, 156 tahun silam, Christiaan Eijkman lahir di Nijkerk, Belanda. Eijkman merupakan ilmuwan asal negeri Kincir Angin yang berhasil menemukan zat anti-bakteri pencegah penyakit beriberi saat melakukan penelitian di Jakarta, yang kala itu masih bernama Batavia.

Temuan Eijkman menjadi dasar bagi Frederick G. Hopkins untuk membuat vitamin pertama di dunia, yakni vitamin B1. Berkat dedikasi dalam dunia medis, Eijkman dan Hopkins meraih Penghargaan Nobel dalam Fisiologi dan Kedokteran.

Sejak muda, Eijkman sudah ingin menjadi dokter. Sayang, orangtuanya tak cukup kaya untuk membiayai pendidikan Eijkman. Kebetulan sekali, pemerintah kolonial Belanda sedang butuh banyak tenaga dokter untuk dipekerjakan di tanah jajahannya, Hindia Belanda (cikal bakal Indonesia). Eijkman pun sekolah kedokteran gratis. Sebagai gantinya, ia wajib berangkat ke Hindia Belanda untuk bekerja sebagai dokter bedah militer di Semarang, Cilacap, dan Padangsidempuan.

Namun, belum lama di Indonesia, dia terjangkit Malaria dan dipulangkan. Selama setahun kepulangannya, Eijkman sempat memperdalam ilmunya di Jerman. Lalu, ketika penyakit beriberi mewabah di Batavia, Eijkman dipanggil kembali untuk melakukan penyelidikan. Selama sembilan tahun, Eijkman mencoba mencari tahu apa penyebab dan apa obat penyakit yang merenggut banyak nyawa tersebut.

Berbekal ilmu yang ia dapat saat belajar dari ilmuwan Robert Koch di Jerman, Eijkman melakukan serangkaian penelitian di Batavia. Setelah menggunakan ayam, kera, bahkan tahanan Belanda sebagai kelinci percobaannya, akhirnya Eijkman menemukan titik terang. Ia menemukan bahwa kulit ari pada beras merupakan zat anti-bakteri ampuh yang bisa mencegah penyakit beriberi. Eijkman sampai pada kesimpulan itu setelah melihat tahanan yang lebih sehat setelah mengkonsumsi beras yang tidak digiling sampai bersih alias masih menyisakan kulit arinya.

Lalu, mengapa Eijkman memanfaatkan tawanan sebagai kelinci percobaan? Menurut lelaki tersebut, tahanan bisa diawasi setiap waktu. Beberapa tahanan yang menjadi objek penelitiannya pun tinggal dalam waktu yang cukup lama di penjara, sehingga memudahkan studinya.

Temuan itu menjadi awal bagi penelitian para ilmuwan lainnya. Pada tahun 1906, ahli biokimia Inggris Frederick Hopkins memperjelas zat anti-bakteri yang ditemukan Eijkman sebagai "zat pelengkap" yang sangat penting bagi tubuh di samping protein, karbohidrat, lemak, garam, dan air. Kemudian, barulah pada tahun 1912, ahli kimia Casimir Funk menamakan zat anti-beriberi temuan Eijkman sebagai Vitamin. Pada tahun 1926, vitamin pencegah beriberi pertama disintesakan dan dikenal dengan nama Thiamin atau B1.

Laboratorium yang dipakai Eijkman untuk melakukan penelitian tersebut kini menjadi tempat penelitian biologi molekul. Gedung yang dinamakan Lembaga Biologi Molekul Eijkman tersebut berada di Jalan Diponegoro no.69, Jakarta Pusat.

Baca juga:
Ken Kutaragi Pencipta PlayStation
Leo Fender Pembuat Gitar Fender
Frederic Bartholdi Pembuat Patung Liberty
Earl Tupper Si Pembuat Tupperware

REKOMENDASI

TERKINI