Atasi Sampah Plastik di Laut, The Circulate Initiative & Yayasan Mahija Parahita Nusantara Hadirkan Program RSI

Senin, 18 November 2024 | 16:00 WIB
Atasi Sampah Plastik di Laut, The Circulate Initiative & Yayasan Mahija Parahita Nusantara Hadirkan Program RSI
Chairwoman Yayasan Mahija Parahita Nusantara, Ardhina Zaiza dan Director of Programs The Circulate Initiative, Annerieke Douma. (Dok: Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - The Circulate Initiative, organisasi nirlaba yang berdedikasi untuk mengatasi permasalahan polusi plastik di lautan pada negara berkembang mulai melebarkan sayapnya ke Indonesia. Organisasi nirlaba yang sudah berdiri sejak 2019 lalu itu membawa program Responsible Sourcing Initiative (RSI).

Tim Suara.com berkesempatan untuk wawancara langsung Director of Programs, The Circulate Initiative, Annerieke Douma dan Ardhina Zaiza selaku Chairwoman, Yayasan Mahija Parahita Nusantara selaku pihak-pihak yang berperan aktif dalam program ini. Berikut hasil wawancara eksklusifnya:

Bisakah Anda menjelaskan tentang The Circulate Initiative, apa yang melatarbelakangi berdirinya, dan juga apa misi utamanya?

Annerieke Douma: Jadi, The Circulate Initiative adalah organisasi nirlaba. Kami melakukan banyak pekerjaan di pasar yang sedang berkembang dengan misi untuk mengatasi polusi plastik di lautan dengan membangun sistem sirkular yang kredibel.

Responsible Sourcing Initiative diselenggarakan oleh The Circulate Initiative dan merupakan program global multi-year yang berfokus pada pemberdayaan pekerja sampah informal. Selain itu, juga memastikan penyediaan plastik secara bertanggung jawab, sambil menangani isu-isu hak asasi manusia yang paling mendesak dalam rantai nilai daur ulang plastik. Sehingga inisiatif ini memang berfokus pada perubahan sistem. Saat ini kami bekerja di Indonesia, Vietnam, India, Kenya, dan Ethiopia untuk inisiatif ini.

Kami menyadari bahwa kami tidak dapat mengatasi polusi plastik tanpa para pekerja yang terlibat karena lebih dari enam puluh persen dari seluruh pengumpulan plastik secara global dilakukan oleh waste pickers. Waste pickers ini adalah istilah internasional yang mereka pilih untuk menyebut diri mereka sendiri.

Ada lebih dari 2,2 juta pemulung di Indonesia, dan kami tahu bahwa Indonesia memiliki tantangan dalam mengatasi polusi plastik. Jadi, kami bekerja sama dengan merek-merek global, seperti The Coca Cola Company dan lainnya, di berbagai negara untuk memahami dan mencari cara bagaimana kami dapat mendukung pemulung dalam meningkatkan kesejahteraan mereka serta menciptakan rantai pasokan yang transparan dan kuat.

Misalnya, banyak merek yang bekerja sama dengan kami menyediakan banyak produk kemasan di pasaran, dan mereka mengatakan bahwa mereka akan menggunakan sekitar lima puluh persen plastik daur ulang dalam kemasannya. Untuk mencapai hal tersebut, mereka harus melaporkan bahwa plastik daur ulang tersebut dikumpulkan dan juga diproduksi dengan memperhatikan kondisi hak asasi manusia yang baik.

Kami tahu bahwa para pemulung menghadapi banyak tantangan terkait hak asasi manusia dalam hal ini. Singkatnya adalah kami tidak dapat menyelesaikan polusi plastik tanpa menyertakan stakeholder utama ini dan kami perlu bekerja bersama dengan mereka untuk menemukan solusi. Inilah latar belakang terbentuknya Responsible Sourcing Initiative.

Baca Juga: Tak Sudi Ditegur Gegara Buang Sampah Sembarang, Pria Lansia di Johar Baru Tewas di Tangan Tetangga

Apa  peran Yayasan Mahija Parahita Nusantara dalam program Responsible Sourcing Initiatives?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI