Suara.com - Gelaran Pilkada 2024 diwarnai partisipasi sejumlah artis Tanah Air. Tercatat, ada 12 publik figur yang ikut kontestasi di berbagai daerah.
Dari belasan nama tersebut, ada sosok Ronal Surapradja di dalamnya. Ia mendampingi Jeje Wiradinata sebagai calon wakil Gubernur di Pilkada Jawa Barat.
Diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ronal Surapradja awalnya mengajukan diri untuk bertarung di Pilwalkot Bandung. Sudah sejak lama sang komedian bercita-cita memimpin kota kelahirannya.
Namun untuk penunjukkan sebagai calon Wakil Gubernur Jawa Barat, Ronal Surapradja sama sekali tidak merencanakannya. Sebab saat namanya tidak muncul sebagai calon Wali Kota Bandung, Ronal sudah punya rencana lain untuk dijalankan di luar kegiatan politik.
Baca Juga: Ditunjuk PDIP Jadi Cawagub Jabar, Ronal Surapradja: Ikhlas Bikin Naik Level
Ronal Surapradja bahkan menyebut jalannya menuju Pilkada Jawa Barat sebagai langkah dadakan. Ia benar-benar tidak mempersiapkan diri untuk itu.
Lantas, seperti apa perjalanan dadakan Ronal Surapradja menuju kursi Jawa Barat 2? Berikut, penuturan lelaki 47 tahun kepada Suara.com dalam sebuah wawancara beberapa waktu lalu.
Mas Ronal, bisa diceritakan penunjukkan sebagai cawagub di menit-menit terakhir?
Ya, awalnya memang buat Wali Kota Bandung. Tapi kan dari PDIP ada dua calon ya, ternyata surat rekomendasinya turunnya ke yang satunya lagi, bukan buat gue. Jadi ya udah. Itu hari Senin gue ingat banget tuh. Pas minggu terakhir pendaftaran.
Karena surat rekomendasi nggak turun sama gue, ya udah, berarti gue kan sudah tidak akan ikutan kontestasi, kan? Ya udah, di situ gue bilang, ‘Ya Allah, saya ridho. Saya ikhlas sama ketetapanmu’. Ternyata, di hari Kamis saya ditunjuk.
Baca Juga: Bukan Alhamdulillah, Ronal Surapradja Sebut Innalillahi Diusung Jadi Cawagub Jawa Barat
Berarti setelah tidak dipilih sebagai calon Wali Kota Bandung, Mas Ronal sebenarnya sudah ikhlas untuk tidak ikut Pilkada?
Iya, jadi main-main, udah. Bisa ngejar tesis lagi. Gue lagi tesis, udah harus sidang bulan ini. Jadi bisa fokus lagi nyari data. Bisa main ke rumah temen lagi. Ternyata gue hanya dikasih enak makan, enak tidur sama Tuhan selama tiga hari doang.
Reaksi Mas Ronal sendiri bagaimana, setelah diberi amanat untuk maju di Pilkada Jabar?
Saya langsung, ‘Allah, apa tuh?’. Makanya, kalimat yang pertama itu bukan alhamdulillah, gue malah innalillahi.
Kenapa mas, kok malah innalillahi?
Aku nggak pernah meminta ini, tapi kamu memberikan sesuatu yang begitu besar. Kalau bisa dibilang, dalam bentuk tanda kutip, ini musibah.
Proses Mas Ronal meyakinkan dirinya gimana?
Ya masa nggak percaya kalau ini yang terbaik. Namanya Allah udah kasih.
Kalau yang Mas Ronal di awal maju Pilwalkot Bandung itu, arahan juga atau memang pengin?
Gue memang awalnya pengin di kota Bandung.
Sejak kapan muncul keinginan Mas Ronal jadi Wali Kota?
Gue tuh pengin jadi Wali Kota Bandung, dari kecil. Dari SMP juga gue mah udah sering nunjuk gedung Balai Kota. Gue bakal ngantor di sini, lihat aja lo. Woh, teman gue tuh saksinya. Itu kalimat sudah terucap 30 tahun yang lalu tuh, gue akan jadi Wali Kota Bandung. Eh, sempet dibuka jalannya. Ya cuma gue harus menunda mimpi, karena surat rekomendasinya gak ke gue, tapi ke yang satunya lagi.
Sempet kecewa nggak mas, waktu tidak dipilih sebagai calon Wali Kota Bandung?
Ya dinamika politik lah namanya juga. Ya udah. Gue bilang, oke, nggak sekarang nggak apa-apa. Mungkin gue disuruh belajar dulu, kayak sama Allah disuruh merapatkan barisan dulu. Macem-macem lah. Ternyata, ketika udah berserah, ikhlas, Allah malah naikin level kita.
Emang tadinya Mas Ronal mau bawa perubahan apa sih buat Bandung?
Gue mah selalu kembali ke dua hal. Yang pertama, yang selalu menjadi concern gue, pendidikan dan kesehatan.
Kenapa fokusnya ke dua hal itu?
Ngapa-ngapain orang juga harus pintar dulu, dan ini juga akan gue bawa ke Jawa Barat.
Berarti mas Ronal emang punya keresahan di situ ya?
Iya, karena di Bandung aja yang kota, ibu kota, itu masih ada. Yang di kampung-kampung di dalam kota, orang yang nggak bisa sekolah aja ada. Masih ada itu. Gimana kayak yang di Garut Selatan gitu-gitu, dan masih banyak lagi.
Mas Ronal, tapi ini kan situasi politik lagi dapat sorotan tajam dari publik, gimana rasanya mencalonkan diri di tengah kondisi seperti itu?
Jangankan rakyat, saya juga begitu. Tapi sekarang, saya ada di posisi yang dinilai. Kemarin kita menilai, kemarin kita komentarin, sekarang saya ada di posisi yang dinilai dan dikomentarin sama orang. Artinya apa? Ketika gue dulu komentarin nggak suka ini nggak suka itu, ya gue jangan lakuin itu lah. Ini pertanggungjawaban gue secara personal.
Bener mas, bisa amanah?
Bos gue pertama itu langsung Allah, habis itu baru rakyat, lalu partai. Itu kan sesuatu yang bukan mainan. Makanya kenapa gue bilang ini musibah. Hanya orang-orang gila yang mau menjadi pemimpin.
Kenapa kok Mas Ronal punya pandangan seperti itu?
Di keyakinan gue, di Islam, pemimpin dihisab pertama dan paling lama. Pemimpin yang adil tadi, aksesnya langsung masuk, kebanyakan cepat. Tapi ada satu aja warganya yang nggak bisa makan, neraka nanti loh. Gue tuh udah banyak dosa. Jadi aduh, ini ada begini.
Makanya tanpa harus dikomentarin, diingatkan, dikritik, kesadaran itu udah ada dalam diri gue, bahwa gue nggak mau, sangat tidak mau menjadi pemimpin yang zalim, pemimpin seperti yang selama ini gue nggak suka. Gue nggak mau menjadi orang yang akhirnya menjadi seseorang yang dulu gue pernah nggak suka.
Berarti nanti prinsip ini juga yang mau Mas Ronal bawa ke Pilkada Jawa Barat?
Ya mungkin kelebihan gue itu, gue bersih. Gue bukan birokrat. Gue seniman. Silakan cari track record gue. Apa gue ada kasus korupsi? Ya nggak mungkin ada lah. Gue nggak main anggaran, nggak main proyek. Gue bekerja, dibayar, dapet duit. Nggak kerja, nggak dapet duit. Makanya kalau misalnya mau memilih pemimpin yang bersih ya, kalau pengin punya pemimpin yang bersih, dimulai lah dengan memilih pemimpin yang bersih pada saat Pilkada
Mas Ronal udah siap ya berarti?
Harus siap. Udah masuk, udah nyemplung. Harus siap. Bismillahirrahmanirrahim, siap.