Suara.com - Selama masa kampanye Pilkada Jawa Timur 2024 yang padat, Calon Wkil Gubernur Emil Elistianto Dardak yang mendampingi Khofifah Indar Parawansa, berbagi pandangannya tentang dinamika politik, tantangan kampanye, dan upayanya menjaga keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, serta aktivitas politik.
Politisi muda ini juga mengungkapkan alasan di balik keputusannya untuk maju kembali sebagai pemimpin di Jawa Timur, serta pencapaian yang berhasil diraih bersama Khofifah selama periode sebelumnya.
Dalam wawancara eksklusif dengan Suara.com, Emil menceritakan bagaimana pengalaman sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur membekalinya menghadapi kampanye yang intens.
Tak hanya itu, ia juga berbicara tentang pentingnya komunikasi dengan masyarakat dan pendekatannya dalam mengatasi berbagai persoalan di lapangan.
Baca Juga: Pilkada Jatim 2024: Emil Dardak Ungkap Keunggulan Khofifah Dibanding Risma-Luluk
Simak perbincangan Suara.com dengan Emil Dardak berikut ini, yang memberikan gambaran mendalam tentang visi dan komitmennya untuk melanjutkan pembangunan di Jawa Timur.
Mas Emil, gimana cara membagi waktu di tengah kesibukan kampanye, pekerjaan, menjadi suami, dan ayah? Pastinya sibuk dan capek sekali. Bagaimana menjaga keseimbangan?
Jujur, di momen kampanye, hampir semua urusan mengalah kepada kampanye. Dukungan dari istri dan anak-anak sangat luar biasa, mengerti bahwa ini masa yang sangat intensif. Kampanye ini singkat, hanya sampai 23 November 2024.
Dengan Jawa Timur yang luas, 38 kabupaten/kota, dan 40 juta penduduk, waktunya padat. Jadi, meskipun perhatian untuk keluarga berkurang, saya tetap menyempatkan waktu bersama anak-anak. Alhamdulillah, meskipun tak sebanyak biasanya, tetap ada waktu untuk mereka.
Dalam kampanye, biasanya ada calon kepala daerah atau presiden yang dalam satu hari bisa menghadiri dua hingga empat titik. Mas Emil sendiri bagaimana?
Baca Juga: Seru! Emil Dardak Ngobrol Bareng Suara.com, Bahas Pilkada hingga Program Unggulan
Malah lebih banyak, karena Jawa Timur itu wilayahnya luas tapi terkonsentrasi. Dalam sehari bisa lebih dari empat titik, bahkan delapan hingga sepuluh agenda. Ini sudah biasa dari saat saya menjabat sebagai wakil gubernur (wagub), di mana agenda sangat padat.
Bahkan di akhir pekan, saat yang biasanya family time, sering kali digunakan untuk menemui masyarakat. Sebab, di akhir pekan masyarakat banyak yang mengadakan kegiatan dan berharap kehadiran gubernur atau wakilnya.
Sepertinya jadwal seorang wagub memang tidak terbatas pada konsep kerja sembilan-ke-lima ya?
Betul, justru di luar jam kerja resmi, banyak waktu untuk kerja-kerja politik yang penting untuk menjaga stabilitas daerah.
Komunikasi dengan para tokoh dan pemangku kepentingan sering dilakukan di malam hari, karena itulah saat mereka juga bisa bertemu. Jadi, meskipun kampanye sekarang intensif, ritmenya tidak jauh berbeda dengan rutinitas sebagai wagub.
Mengapa Mas Emil ingin maju lagi sebagai kepala daerah di Jawa Timur? Apa pencapaian yang dirasa perlu diteruskan bersama Bu Khofifah?
Membangun daerah itu bukan pekerjaan yang ada garis finish-nya. Walaupun kami tahu bahwa ada batasan periode jabatan, tapi menjadi kepala daerah itu bukan sekadar pekerjaan, tapi bagian dari hidup kami—it's our life. Identitas kami terikat dengan posisi ini.
Ketika ada dukungan signifikan untuk maju kembali, panggilan hati pun berkata iya. Pencapaian selama lima tahun terakhir sudah banyak, seperti pengentasan kemiskinan ekstrem yang turun dari 4,4% di atas rata-rata nasional menjadi 0,66%, dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari 71 menjadi 73, lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Fokusnya pada Pilgub Jatim kali ini, Mas Emil menghadapi tiga serikandi sebagai lawan. Apa yang menjadi keunggulan pasangan Khofifah-Emil dibandingkan kandidat lain?
Masyarakat punya hati dan pikiran, dan mereka melihat dedikasi Bu Khofifah. Contohnya, beliau sering mengecek pasar di pagi hari untuk memastikan harga-harga tetap stabil. Itu pengorbanan yang membangun hubungan batin dengan masyarakat.
Pengabdian beliau terasa hingga ke level terendah. Kami pun mengapresiasi dukungan masyarakat, baik dari mereka yang pernah berjuang bersama maupun yang baru memberikan dukungan.
Terkait cara kampanye Mas Emil di Pasar Baru Kamal yang mirip dengan blusukan Pak Jokowi, apakah ini terinspirasi dari kesuksesan beliau?
Kampanye itu kombinasi dialog dan diskusi. Di pasar, kami tidak bisa terlalu panjang menjelaskan, tapi masyarakat ingin bersalaman dan bertemu lagi.
Itu bentuk "kulonuwun" kepada warga Jawa Timur, ekspresi menghormati dan mengajak mereka bersama-sama. Jadi, ini bukan hanya saat kampanye, tetapi bagian dari pendekatan kami selama menjabat.