Terakhir ngomongin 'isi tas'. Sekarang maju, dan anak bapak maju lagi, ini dua-duanya maju di Pilkada gimana isi tasnya itu?
Jadi saya ini sebenarnya kalau mau jujur ya, sudah selesai dengan diri saya sendiri. Sebelum saya jadi politisi, saya juga sudah punya usaha. Bahkan saya mengalami nasib yang sama dengan emak saya. Anak saya ketika maju sebagi bupati periode pertama dia nggak mau. Nggak mencalonkam nggak mau persis seperti saya. Bahkan ketika saya pertmuan dengan ibu.
Yang kedua ini lawannya (anak saya Hanindhito) mau kotak kosong lagi, saya bilang nggak nggak nggak. Harus ada lawan. Makanya lawannya ini ada lawan, supaya dia punya pengalaman juga untuk melawan. Saya sendiri juga kurang lebihnya sama.
Berarti aman isi tas ya untuk PIlkada?
Ya mudah-mudahan, kita berdoa semoga Allah memberikan isi tas yang cukup.
Dua lho ini sekaligus maju ini gimana nggak pusing ibu, haduhh. Bapaknya, anaknya maju semua?
Yang jelas bahwa satu hal yang saya, mudah-mudahan pelajaran juga bagi anak-anak muda. Betul-betul, boleh dicek, saya wanti-wanti kepada Dito adalah kalau kamu pada periode pertamanya jangan pernah berurusan dengan uang, bekerja profesional, kalau pekerjaanmu bagus pasti popularitas kamu juga bagus.
Sekarang ini yang mengejutkan elektabilitas dia itu di atas 80. Sehingga ya mohon maaf, bagi lawannya pasti berat banget apalagi dia incumbent.
Sehingga ya itu lah modalnya dia. Nggak terlalu seperti saya yang survei juga nggak ada harus senyam senyum mesam mesem untung aja ria mau dateng ke rumah ku ini.
Baca Juga: KIM Plus Dinilai Setengah Hati Usung Ridwan Kamil, TSRC: Gerindra Sudah Mencapai Tujuan di Jabar
Kalau Pak Ahok dikenalnya tegas tapi kerjanya bagus. Mas Anies kalem kalem kerja. Kalau Mas Pram?