Suara.com - Tamara Geraldine memiliki perjalanan religi yang menarik untuk dibagikan. Presenter era 90-an tersebut kini memang jarang muncul di dunia entertainment dan memilih menjadi pelayan Tuhan.
Kepada Suara.com, Tamara Geraldine bercerita soal awal mula menjadi hamba Tuhan. Jalannya berkelok hingga sempat takut dengan ucapan seseorang.
"Ada hamba Tuhan yang bilang, 'dia bilang nanti kamu akan ngomong dan orang akan dengerin kamu'," kata Tamara Geraldine ditemui di Grand Indonesia beberapa waktu lalu.
"Disitu saya ketakutan, maksudnya males ya sebagai anak gaul kan ya," imbuhnya
Baca Juga: Berat Badan Turun 91 Kilogram, Dewi Hughes 8 Tahun Tak Makan Nasi
Lalu seperti apa kisahnya? Berikut wawancara selengkapnya bersama Tamara Geraldine.
Tamara, seperti apa proses akhirnya bisa dekat banget sama Tuhan?
Sebenarnya sudah dari 3-4 tahun terakhir, saya memang memutuskan full time gitu untuk jadi hamba Tuhan. Turning point-nya di 2010 itu sendiri akhirnya, kan kalau kita mah Islam, kayak ada hidayahnya gitu ya.
Tapi ada yang nge-trigger nggak?
Nggak tahu, kalau saya itu justru tiba-tiba aja. Memang kalau ditanya kenapa, saya juga bingung kenapa. Cuma kalau di Muslim kan gitu ya, hidayah, hijrah gitu kan ya.
Baca Juga: Siap-siap Standby, Promotor Bakal Ajak Salah Satu Line Up City Camp Keliling Jakarta
Saya itu kalau di Alkitab itu ada tulisan tuh, 'kalau Tuhan itu bilang bukan kamu yang memilih aku, aku yang memilih kamu'. Jadi ketika ditanya, kenapa ya Kak? Ya gak tahu, itu pasti Tuhan yang pilih saya dan saya udah gak bisa mangkir. Itu aja turning point-nya.
Proses apa yang dilalui Tamara saat dekat sama Tuhan?
Justru waktu saya ikut Tuhan, disitulah Tuhan proses saya dengan luar biasa. Kalau orang biasanya kan sakit dulu, terus habis itu tobat, bangkrut dulu, baru tobat. Kalau saya justru ikut Tuhan, habis itu saya divonis sakit, habis itu saya bangkrut, gitu.
Tapi hari ini dipulihkan gitu, setelah sabar, setia lah ya, cukup taat berproses selama hampir 15 tahun. Tapi hari ini juga masih terus berproses.
Sempat baca berita, sempat menjadi 'ratu diskotik' sebelum akhirnya kembali ke jalannya Tuhan?
Justru dulu tuh sebenarnya kenapa saya jadi anak disco gitu ya, semakin dalam lagi jadi ratu disco, karena saya ketakutan.
Waktu pas tahun 99 tuh ada hamba Tuhan yang bilang, 'dia bilang nanti kamu akan ngomong dan orang akan dengerin kamu, kamu akan pergi jauh gitu ya ke tempat-tempat dimana kamu dikirim, dan kamu akan jadi tiang doa'.
Di situ saya ketakutan, maksudnya males ya sebagai anak gaul kan ya, malahan saya makin membenamkan diri saya ke disco. Saya pikir kalau di disco signal rohani melemah gitu.
Tapi ya itu yang saya bilang, waktu ternyata Tuhan itu kan bilang bukan kamu yang milih aku, aku yang milih kamu. Mau sedalam apapun saya jerumuskan diri saya tuh di kehidupan gemerlap malam, tapi Tuhan tetap kejar saya sampai ke situ, dan dia tarik, nah itu saya sampai hari ini.
Jadi keputusan saya untuk ke sana sebenarnya tuh pelarian, karena saya gak mau dulu jadi hamba Tuhan. Tapi ya sekali lagi kalau Tuhan udah tetapkan, saya gak bisa ngapa-ngapain.
Kalau saya yang memutuskan untuk jadi hamba Tuhan, bukan karena Tuhan pilih, saya pasti tobat sambel, pasti ada berhentinya, pasti ada jenuhnya, pasti ada titik bosen gitu ya. Nah hari ini setelah 15 tahun, saya tahu Tuhan yang pilih saya.
Sehingga dari tahun pertama sampai tahun yang ke-15 saya jalan gitu aja, gak ada keinginan.
Selain cerita soal menjadi ratu disko, ada juga kabar yang bilang, umur Tamara nggak lama lagi. Benar?
Ya itu, ketika saya memutuskan lebih kenal sama Tuhan, malah saya dapet vonis, umurnya nggak panjang waktu itu, tahun 2005. Saya hanya punya satu tahun waktu itu katanya, untuk hidup.
Terus saya mulai gitu lah, foya-foya habis-habisin gitu ya, uang saya. Eh, 2006 saya gak mati. Saya kembali ke kehidupan lama saya gitu, sampai akhirnya 2010 saya divonis lagi tinggal punya hidup katanya 8 bulan.
Dengan sakit yang sama dan ada penyakit tambahan baru. Nah, pada saat itu saya udah mikir, yaudah, berarti saya harus sungguh-sungguh kembali ke iman saya waktu itu.