Suara.com - Indah Permatasari menjadi salah satu aktris. Hal ini ditandai dengan beberapa film yang dimainkan dalam waktu setahun.
Untuk sampai ke titik ini, Indah Permatasari melalui proses panjang. Dari lenggak-lenggok bak model semasa SD hingga menjadi pemain sinetron di 2009.
Bahkan ia juga sempat diremehkan dalam berakting. Tapi toh, artis yang sudah berkarier 15 tahun ini bisa menyabet Piala di Festival Film Bandung.
"Kalau ada orang seperti itu kan kita berasa kayak oke gue, akan menunjukkan kemampuan aku," kata Indah Permatasari saat datang ke kantor Suara.com.
Baca Juga: Film Sakaratul Maut, Angkat Kisah Tentang Khodam Hingga Warisan
Lalu, seperti apa perjalanan karier Indah Permatasari lebih lengkap? Simak obrolan Suara.com dengan Indah Permatasari berikut ini.
Awal mula karier Indah Permatasari itu darimana?
Aku justru bukan dari acting tapi sebagai model. Jadi dulu sering ikut lomba model, nah yang juara satu itu ikut lomba lagi di Jakarta. Jatohnya kayak skala nasional gitu, nah abis itu dari agensi membawa kita ke PH, PH. Pulang ke Makassar, tiba-tiba ada callingan dari Jakarta.
Ikut model dari kapan?
SD, karena sebenernya Awal mula yang ikut muda itu adalah kakakku tapi dia enggak selalu antusias dan justru aku yang antusias ketika melihat orang lomba pake baju bagus. Kan kalau di Makassar tuh setiap rumah pasti ada temanya kan misalnya baju gaun atau tradisional jadi aku merasa seru aja pake baju bagus jalan di catwalk.
Baca Juga: Dari Superman ke Pesawat: Mimpi Terbang Meki Fritz Nawipa untuk Rakyat Papua
Mungkin Orang tua aku melihat aku antusias jadi yaudah. Akhirnya kelas 6 SD pindah ke Jakarta, ikut iklan dan akhirnya masuk stripping.
Kok bisa terjun ke akting?
Gak tau ya aku merasa acting itu menyenangkan banget buat aku karena waktu kecil itu aku orangnya pendiam. Jadi setelah sesuatu aku pendam nah pas acting itu mulai merasa itu adalah tempat aku menyuarakan beberapa karakter yang atau perasaan dan merasanya seru aja.
Aku juga merasa menjalankannya sangat Van banget jadi enggak ada paksaan dari orang tua atau siapa pun jadi ya udah aku sendiri aja masuk ke akting.
Dulu langsung ke Cinta Fitri?
Awalnya itu dari FTV Hidayah,setelah itu casting di MD. Jadi flesbek ke siapa aku di situ berproses jadi anak kecilnya.
Habis itu makin gede masuk ke Stripping yang ceritanya remaja. Jadi waktu itu ada Tobat Sambel, cerita muslim, sinetron MD picture, ada aku.
Honor debut akting?
Berapa ya kayaknya tuh sekitar Rp 200.000 untuk satu hari syuting. Maksudnya waktu itu memang enggak pernah kepikiran untuk honor sih tapi ya udah pengen aja acting main sama teman-teman.
Kenapa akhirnya ke film?
Mungkin ini menjadi campur tangan juga manajerku. Dia kan pasti pengene anak anaknya tumbuh dan berkembang. Waktu itu beberapa film sutradaranya melirik aku jadi mengalir gitu aja sih sebenarnya.
Tapi Aku bersyukur banget memulai karir itu di dunia sinetron. Karena dari situ aku belajar banyak hal dari belajar membaca atau menghafal skenario dengan cepat, Ekspresi yang juga berubah dengan cepat.
Sementara kalau di film kan pasti punya skala tertentu kalau sinetron kan gak mau tau misalnya tim satu sini nangis nangis kemudian pindah ke tim dua. Scene yang berbeda happy banget, Itu kan gak mudah.
Jadi aku bersyukur bisa memulai karir ku itu di acting lalu pindah ke film.
Suka duka di sinetron seperti apa?
Kalo aku pribadi pada saat menjalankan sih lebih banyak sukanya. Gak tau kenapa ya kerja itu buat aku menyenangkan aja, Ketemu sama teman teman dan lawan mainnya yang sangat fun, krunya juga.
Walaupun memang secara jam tidur berkurang, berdampak ke stamina. Seinget aku juga kayaknya aku gak pernah diinfus atau drop sampai dibawa ke rumah sakit.
Aku juga merasa menjalaninya menyenangkan aja jadi mungkin itu bagus bagus aja.
Kayak misalnya Putri Duyung, itu kan sinetron yang capek banget. Kita callingan pagi, dan subuh itu masih asa scene renang , akhirnya pulang jam 8 pagi.
Kalau orang lihat kan, gila ini orang kuat apa? Berenang pula. Tapi buat aku fine aja, selain juga usia masih muda, jadi baik-baik aja. Seinget aku juga nggak sampai sakit.
Buat jaga stamina, apa rahasianya?
Nggak tau ya. Makan ya makan, minum air putih, membawa situasi yang menyenangkan aja. Itu kan di mindset juga, pikiran positif, imun juga insya Allah kuat.
Lanjut ke film yang mulai di 2011, sudah belasan tahun ini, mana yang paling menantang?
Buat aku setiap judul ataupun gender itu mempunyai tantangan masing-masing.
Misalnya drama, Ada emosional yang di dalam gitu. Kalau komedi, memikirkan timing yang pas, diksi lucu sehingga membuat situasi menyenangkan.
Kalau horor, jam tidur bisa terbalik. Banyak juga adegan menantang, pakai sling, lain-lain, yang effort banget untuk scene itu.
Buat aku sama aja, tergantung porsi di situ. Jadi menurut aku sama aja.
Film paling memorable?
Mungkin Rudy Habibie, karena film itu tempat dimana aku belajar banget. Banyak nama-nama besar, sedangkan aku dari sinetron, main film, ada rasa ‘gue bisa nggak sih?’ Ada juga orang yang nggak percaya, 'emang Indah Permatasari bisa main Rudy Habibie' Kan disandingkan dengan pemain lain seperti Reza Rahadian, Chelsea Islan, Pandji Pragiwaksono.
Mereka semua kan udah punya nama besar sementara aku nongol dengan porsi yang banyak juga pada saat itu. Tapi, di Rudy Habibie juga, Aku mendapatkan piala di Festival Film Bandung sebagai pemeran pembantu.
Itu adalah usaha yang aku lakukan cukup besar.
Denger ada omongan itu juga?
Bukan dari aku langsung sih yang mendengarkan tapi dari tim yang, ada orang yang ‘kayaknya ini orang nggak bisa main di film ini’. Aku yang, oh yaudah.
Kalau ada orang seperti itu kan kita berasa kayak oke gue, akan menunjukkan kemampuan aku.
Menghadapi ujaran yang tadi dibilang, perempuan suka baper. Kamu gimana?
Iya, of course. Tapi itu sebuah acuan untuk kita lebih gesit lagi. Karena mungkin omongan orang itu benar, Kan kalo enggak ada hasilnya kan kita gak tau apakah kita bisa atau enggak. Nah dari omongan itu juga bisa mendorong aku untuk melakukan belajar lebih keras lagi.
Ada goals nantinya? Mungkin sosok di belakang layar?
Kalo aku pribadi jalanin aja karena enggak terlalu mau ngoyo juga. Jadi apa Yang ada di depan mata aku berusaha untuk semaksimal mungkin. Ketika nanti suatu saat ada tawaran di belakang layar tentunya itu pilihan yang berat. Karena kalau acting kan aku tahu nih porsi porsi nya tapi kalau di belakang layar kerjaannya beda lagi.
Aku berharap ke depannya lebih banyak lagi film film yang bisa aku mainkan dengan berbagai genre.
Ada ajakan dari Arie Kriting?
Kalau bang Arie sih kayaknya belum sih. Kayaknya aku juga tau dia kan sekarang jadi sutradara, penulis juga. Jadi aku melihat porsi sutradara itu udah kayak capek banget.
Sementara kita pemain, reading, syuting lalu pulang. Kalau sutradara, sebelum film tayang sampai selesai, dikerjain semua. Kayaknya bang Arie kalau mau ngajak aku jadi sutradara, ntar aja deh.