Suara.com - Kesedihan mendalam masih dirasakan Tamara Tyasmara usai putranya, Raden Andante meninggal dunia pada Januari lalu. Kini hidup Tamara Tyasmara tak lagi sama.
Segala cara dilakukan Tamara Tyasmara untuk bangkit dari kesedihan. Namun tetap saja, rasa sakit melekat permanen di hati ibu satu anak tersebut.
Di samping itu, bintang FTV tersebut juga harus kuat dalam memperjuangkan keadilan untuk almarhum Dante.
Tamara masih terus mengawal jalannya persidangan kasus dugaan pembunuhan putranya dengan terdakwa Yudha Arfandi, sang mantan pacar.
Lalu bagaimana cerita kehidupan Tamara sejak ditinggal Dante? Berikut hasil wawancaranya dengan Suara.com.
Pasti berat ya menjalani hidup tanpa Dante?
Sangat berat, bukan berat lagi. Semuanya mengingatkan dengan Dante, karena hari-hariku sama dia terus. Jadi semua keingat.
Apalagi bikinin makanannya Dante. Karena Dante itu harus makan makanan dari rumah, nggak boleh dari luar. Aku biasain dari bayi. Terus antar sekolah. Kangen banget sama itu semua.
Lalu bagaimana cara Tamara menjalaninya?
Sampai sekarang di rumah aku masih siapin terus sarapannya, makan siang, dan makan malamnya. Karena aku belum bisa nggak bikinin itu, berat banget. Makanan yang sudah aku buat, aku taruh di depan fotonya.
Dan sampai sekarang aku tetap nggak bisa pulang sore di rumah, aku harus pulang malam. Pas sudah ngantuk baru pulang, pagi sudah jalan lagi syuting.
Aku kalau belum ngantuk nggak mau pulang, ditemanin sahabat-sahabatku di luar, misalnya olahraga, badminton, ngopi, atau makan Korea gitu-gitu. Berusaha cari kegiatan supaya sampai rumah sudah ngantuk.
Sayangnya itu semua malah dinyinyiri netizen ya, banyak yang bilang kamu malah sibuk dan bukan bersedih karena Dante pergi?
Iya, mereka (netizen) nggak akan tahu karena mereka nggak 24 jam sama aku, yang tahu cukup orang-orang terdekat aja.
Siapa yang menguatkan Tamara untuk bangkit sampai saat ini?
Yang nguatin ya orang terdekat, keluarga , sahabat, manajer, tim kuasa hukum aku juga. Semuanya alhamdullilah baik semua untuk nguatin.
Lalu bagaimana perasaan Tamara saat menyaksikan sidang terdakwa Yudha Arfandi, sang mantan pacar?
Aku sesakit hati itu pas kemarin di sidang perlakuan keluarga dan kuasa hukum YA seperti itu. Mereka nggak pernah tahu ini sakitnya luar biasa.
Pengacara YA cengar-cengir ketika ngasih pertanyaan dan mendengar jawaban aku, padahal menurut aku tidak ada yang lucu sama sekali, dan dia cengar-cengir itu nggak cuma sekali.
Jadi aku sangat-sangat emosi. Merasa diremehkan dan dipermainkan.
Aku refleks menegur, sebenarnya tidak enak sekali dengan para hakim dan jaksa aku refleks seperti itu, tapi namanya emosi ya gimana, nggak bisa ketahan.
Dan aku sakit hati juga sama keluarga, teman, sahabat-sahabat YA yang hadir itu tepuk tangan seperti suporter bola. Ini padahal persidangan anak aku meninggal lho, tapi mereka tepuk tangan seperti sedang pesta.
Keluarga YA juga bawa preman-preman di luar yang melototin aku sampai ada salah satu yang ikut ke dekat mobil aku waktu aku mau masuk mobil.
Bagaimana reaksi Tamara saat itu?
Aku lihatin balik terus aku bilang, 'kenapa kamu liatin saya? Naksir kamu sama saya?' Tapi dia diam aja dan sempat ada satpam yang datang.
Harus berani karena kita kan nggak salah, jadi kenapa harus takut hehe. Ada Allah.
Bagaimana cara Tamara menguatkan diri selama menghadapi sidang dan harapannya untuk terdakwa Yudha Arfandi?
Berdoa dan pasrah sama Allah, karena itu yang cuma bisa kita lakukan sekarang. Semoga ada keadilan untuk Dante, aku percayakan semua di pengadilan nanti. Dan percaya sama hakim juga, karena hakim kan wakilnya Allah di dunia.
Dan lebih ke menyiapkan kesabaran aja sih untuk menghadapi para keluarga terdakwa dan sahabat-sahabat terdakwa yang akhlakless (tak berakhlak) hehehe.
Harapannya JPU memberikan tuntutan yang seberat-beratnya, Pasal 340 KUHP dengan hukuman mati atau seumur hidup. Karena ini benar-benar peristiwa yang kejam banget.