Kalau dari keluarga Ade Jigo, yang kena berapa?
Yang kena itu sekitar 8 kepala keluarga. Tapi itu ada juga yang tidak ada di-list, ikut kena juga.
Bagaimana bisa, padahal obyek eksekusi semestinya semua tertera di putusan?
Jadi kan, ada rumah yang awalnya tidak digusur tuh, mereka. Awalnya tidak digusur, dilewatin, karena memang tidak ada di gugatan. Tapi setelah semuanya ambruk, dia balik lagi ke situ, kena juga.
Berarti, dari juru sita, apakah asal-asalan pada saat proses eksekusinya?
Iya, mereka kayak cap-cip-cup aja gitu. Walaupun sudah jelas obyeknya salah, namanya salah, tetap saja salah.
Ada kemungkinan bahwa kedua pihak sama-sama jadi korban makelar karena obyek sengketa dulunya tanah garapan. Benarkah seperti itu?
Kalau dibilang dua-duanya korban makelar, kayaknya nggak mungkin kalau menurut saya.
Apa alasannya?
Baca Juga: Cerita Bos Hotel Sukses Keluar dari 'Badai' Pandemi Covid-19 Hingga Buka-bukaan Rencana Ekspansi
Dari pertama kali orang tua kami pada tinggal di situ tuh, tahun 60-an, sudah ada yang tinggal di situ. Saat itu BPN pun membuatkan sertifikat buat kami. Nggak mungkin dong bikin surat dobel, pasti BPN kroscek dulu dong? Setelah jadi surat, mereka kan pasti kroscek dulu datanya. Tanahnya di mana, batasnya apa, dasarnya apa.