Kalau menurut saya, riak apapun yang ada di mahasiswa itu adalah dinamika yang harus kita terima sebagai sarana untuk pendewasaan dari para mahasiswa tersebut. Karena dulu juga saya sama, naik UKT dikit waktu saya mahasiswa juga sama, udah protes tuh dari zaman baheula.
Yang protes bukan kita sih, Bu, orang rumah.
Orang rumah naik lagi atau misalnya gini. Selain orang rumah juga kan mungkin kita tidak merasakan sulitnya bertambah sekian ratus ribu, tapi teman-teman kita ada yang kayak gitu. Jadi biasanya yang memicu kegiatan, apa ya, yang memicu protes mahasiswa itu adalah solidaritas kan bagus menciptakan jiwa korsa. Nggak apa-apa selama itu disampaikan dalam koridor yang baik, tetap menyampaikan secara konstruktif dan santun. Itu nggak apa-apa. Tapi kalau penyampaiannya udah brutal, udah tidak dalam koridor yang baik, nah itu yang harus kita kasih tahu. Gini loh caranya kalau protes.
Untuk memastikan, Prof, kalau misalkan kenaikan UKT ini menurut Pak Menteri akan ditetapkan untuk mahasiswa baru 2024, kalau di Unpad dipastikan tidak ada kenaikan ya?
Saya belum mendengar akan ada kenaikan, tapi saya pernah mendengar statement bahwa Insya Allah tidak akan dinaikkan.
Nah, ini masih membahas soal kenaikan UKT. Maksudnya, kondisi keuangan keluarga yang menjadi penyebab mahasiswa mengeluh. Ada lagi, Prof, alasan lain di mana mahasiswa berpikir, "kita bayar UKT mahal, UKT naik lagi, tapi fasilitas yang kita dapat di kampus itu kok gitu-gitu aja." Itu gimana memandangnya, Prof?
Jadi gini, kalau kenaikan UKT akan dijalankan dengan perbaikan fasilitas, sepertinya memang berat. Karena kenaikan UKT itu makanya sampai harus ditingkatkan, berarti kebutuhan dasar untuk penyelenggaraan pendidikan memang sudah nggak cukup, apalagi untuk memperbaiki fasilitas yang lain. Namun, saat ini untuk memperbaiki fasilitas itu banyak cara selain dari UKT. Ada hibah dari luar negeri, ada hibah dari dalam negeri, ada hibah dari Kemendikbud. Itu untuk memperbaiki fasilitas tersebut.
Unpad pernah dapat dana dari IDB untuk bikin gedung-gedung, memperbaiki gedung. Jadi kalau memperbaiki fasilitas kita mengharapkan pada UKT, saya pikir itu hampir nggak mungkin. Karena UKT itu untuk operasional pendidikan. Memang operasional pendidikan itu memerlukan fasilitas yang baik, tetapi kalau kita mengharapkan dari UKT untuk operasional pendidikan plus perbaikan fasilitas, jadi naiknya mau berapa?
Perbaikan fasilitas itu juga costly. Makanya saya sampaikan tadi, kita harus ngajak kerjasama. Misalnya di Fakultas Farmasi, perbaikan satu lab, kita ngajak dari laboratorium klinik tertentu, seperti Prodia. Mereka ngasih alat-alat canggih, jadi kita punya lab baru alatnya canggih tapi kita nggak beli karena kita dapat kerjasama seperti itu, dapat hibah. Atau kita bisa juga kerjasama dengan alumni.
Betul, kadang mindset mahasiswa kan gitu ya, kita bayar mahal, buktinya apa?