Suara.com - Dani Suryadi, pelatih sepak bola asal Indonesia ini tidak begitu terdengar saat klub Liga Italia Como 1907 lolos ke Seria A, kasta tertinggi Liga Italia. Siapa Sangka, Dani Suryadi menjadi salah satu orang yang penting di sana.
Dani Suryadi bisa dibilang cuma segelintir saja yang tahu. Bagaimana tidak, ia yan tak memiliki pengalaman sebagai pesepakbola profesional mampu membuktikan bisa menjadibagian dari Como 1907 yang sukse promosi ke Serie A.
Kesuksesan Como 1907 promosi ke Serie A atau kompetisi kasta tertinggi di Italia disambut dengan suka cita pecinta sepak bola Tanah Air.
BACA JUGA: 3 Fakta Usai Persib Bandung Menghajar Bali United 3-0 di Leg Kedua Championship Series
Baca Juga: Hasil Fiorentina vs Napoli: Partenopei Ditahan Imbang 2-2
Sebab, tim yang bermarkas di Stadion Giuseppe Sinigaglia kental dengan nuansa Indonesia.
Como 1907 dimiliki oleh konglomerat asal Indonesia, Hartono bersaudara sejak 2019. Mereka adalah bos Grup Djarum dan BCA.
Selain itu, di staf kepelatihan Como 1907 ada dua sosok Indonesia yaitu Kurniawan Dwi Yulianto dan Dani Suryadi.
BACA JUGA: Elkan Baggott Diminati 4 Klub Liga Inggris, Masa Depan di Ipswich Town Terancam?
Untuk Kurniawan tentu sudah banyak yang tahu karena seorang legenda Timnas Indonesia.
Baca Juga: Timnas Indonesia U-20 akan Menggelar Pertandingan Uji Coba di Como 1907
Bagaimana kisah singkat Dani Suryadi yang kini berada di staf kepelatihan Como 1907.
Jurnalis Sepak Bola Suara.com Adie Prasetyo Nugraha berbincang dengan Dani Suryadi yang kini masih di Italia untuk mempersiapkan Como 1907 ke Seria A Italia.
Selamat buat coach yang ikut membawa Como ke Serie A. Sebagai salah satu orang yang menciptakan sejarah ada di Como ke Serie A bagaimana perasaannya?
Jelas senang sekali. Tetapi ini bukan yang pertama karena saat saya pertama kali datang itu ke Leicester juara Liga Inggris.
Jadi ada momentum yang mirip kaya dejavu buat saya pribadi sih.
Pada 2016 saat Leicester City juara Liga Inggris saya merasakan atmosfer yang sama seperti yang dialami kemarin di Como.
Kan banyak yang belum tahu kalau orang Indonesia di tim kepelatihan Como bukan hanya Kurniawan Dwi Yulianto, tapi, ada Anda juga. Bisa diceritakan bagaimana pada akhirnya ke Como?
Cerita singkatnya saya mengikuti seleksi, jadi Como membuka peluang.
Saya mendaftar setelah itu dipilih Dennise Wise (Presiden Como), proses administrasi sebagainya, saya sampai di Como, saya diminta belajar dibanding bekerja kala itu.
Tetapi tidak apa-apa karena itu prosesnya.
Jadi selama beberapa bulan banyak hal yang saya pelajari, ya ada banyak yang didapat di sini.
Kabarnya, coach tidak memiliki background seorang pesepakbola?
Kalau pemain tidak.
Saya cuma ikutan fun-football, ya saya kira banyak juga yang tidak memiliki latar belakang tetapi mampu masuk ke bidang apapun jadi seperti itu.
Tantangan Terberat Selama Berada di Como?
Tantangan paling berat itu bahasa kalau buat saya.
Tetapi tidak hanya cuma bahasa yang masuk linguistik ya, tetapi ada emosi yang tak bisa saya sampaikan dengan maksimal.
Contohnya saat kita mengobrol dengan orang Sunda langsung memiliki perbedaan saat kita bicara sama orang Jawa walau sama-sama orang Indonesia.
Tetapi itu bukan kendala besar, sejauh ini dan saya merasa di Italia sudah adaptasi dengan baik sejauh ini.
Bisa berada dalam satu tim bersama orang-orang hebat seperti Cesc Fabregas (Asisten pelatih), Thierry Henry (salah satu pemilik saham) bagaimana bisa bekerja bareng mereka?
Seperti mimpi yang menjadi kenyataan buat saya karena saya melihat Fabregas itu dari SMP terus tiba-tiba setiap hari di depan saya sekian meter, sehingga banyak yang saya pelajari.
Terus salah satu investor Thierry Henry apa ya sering memberikan apresiasi pekerjaan kita di Como.
Jadi, kami merasa ini akan menjadi tempat belajar yang baik dan entah ini masih serasa mimpi.
Kita harus melangkah setelah ini bahagia sekali intinya.
Liga Italia itu dikenal dengan permainan taktikal, apa benar seperti itu?
Semua liga memiliki taktikal sendiri, Italia buat saya kalau perbandingannya lima kompetisi top Eropa mungkin temponya lebih lambat saja.
Semua liga mempunyai ciri khas seperti apa, filosofinya bagaimana.
Italia itu unik dibanding liga-liga lainnya karena memang temponya yang lambat, tetapi itu memang seninya.
Jadi banyak hal yang bisa digali dari situ kenapa seperti itu.
Apakah sudah menganalisis Serie A musim depan dengan hadirnya Como sebagai pendatang baru?
Jauh-jauh hari semua orang sudah analisa itu, kita juga sebagai tim harus seperti apa.
Saya kira juga kita sudah mapping akan seperti apa, kebijakan sistemnya juga bagaimana dalam konteks yang saya tak bisa bicara banyak.
Tetapi secara garis besar harusnya sudah diprediksi apa yang akan dilakukan.
Kalau menurut coach sudah adakah pemain Indonesia yang layak bermain di Como?
Untuk saat ini saya tidak tahu.
Jawaban saya tidak tahu karena saya pribadi tak bisa menyaksikan satu atau dua pertandingan Timnas apalagi saya jarang menonton liga karena kesibukan.
Saya tidak bisa menjawab dengan final bahwa tidak ada.
Namun, peluang itu harusnya ada, tujuan peluang memotivasi.
Harusnya pemain-pemain Indonesia berpikir ke sana.
Target Anda ke depannya bagaimana? Kabarnya ingin berada di Timnas Indonesia kasih kontribusi sepak bola Tanah Air?
Mungkin kalau itu terasa terlalu jauh. Intinya saya ingin memberikan kontribusi di Indonesia lebih tepatnya di mana pun itu.
Kalau di timnas alangkah baik sekali karena itu esensinya, tapi yang lebih baik lagi bermanfaat untuk sepak bola Indonesia.
Profil Singkat Dani Suryadi:
Dani Suryadi adalah salah satu sosok yang berperan penting dalam membawa Como 1907 meraih promosi ke Serie A.
Keinginan Dani untuk menjadi seorang pelatih muncul pada tahun 2012, diperkuat oleh dukungan keluarganya, terutama ibunya.
Dani, berasal dari Soreang, Bandung, Jawa Barat, mulai mencari informasi mengenai pelatihan sepak bola secara mandiri, mencari kursus kepelatihan, dan menemukan peluang di Inggris.
Tanpa ragu, Dani mendaftar kursus di Inggris karena biaya dan persyaratan pendaftarannya yang terjangkau.
Meskipun menghadapi kendala keuangan, Dani berhasil menyelesaikan kursus dan mendapatkan kesempatan magang di klub-klub Inggris.
Setelah kembali ke Indonesia dan menyelesaikan lisensi UEFA FA Level 2, Dani terlibat dalam berbagai klub dan akhirnya bergabung dengan Como 1907 pada tahun 2021.
Sejak awal ketertarikannya pada sepak bola pada tahun 2013, Dani telah menunjukkan dedikasi yang tinggi. Ia tidak hanya menonton dan menganalisis pertandingan, tetapi juga mendalami statistik dan analis kimia.
Dani bahkan melanjutkan pendidikan di bidang psikologi karena ia percaya bahwa semua ilmu yang dipelajarinya memiliki keterkaitan yang erat.
Dalam perjalanannya, Dani terbang ke Inggris untuk mengikuti kursus lisensi pelatih Level II FA di bawah naungan UEFA, yang membantunya memperluas pengetahuannya dalam sepak bola.
Dengan pengalaman dan pengetahuannya yang terus berkembang, Dani berhasil menjadi salah satu pelatih yang berkontribusi besar dalam sukses Como 1907 mencapai promosi ke Serie A pada tahun 2024.