Berawal dari Anak Desa, Harda Kiswaya Berhasil jadi Sekda dan Bersiap Maju di Pilkada Sleman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:54 WIB
Berawal dari Anak Desa, Harda Kiswaya Berhasil jadi Sekda dan Bersiap Maju di Pilkada Sleman
Mantan Sekda Sleman, Harda Kiswaya saat diwawancarai di rumahnya Godean, Sleman. (YouTube/Suaradotcom)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menjadi sosok yang merakyat memang tak banyak orang punya karakter ini. Biasanya orang-orang yang berangkat dari akar rumput lebih banyak menyentuh masyarakat dan mendapat dukungan penuh dari warga.

Hal itu yang dirasakan mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Sleman, Harda Kiswaya. Pria asli kelahiran Sleman, DIY ini mendapat banyak dukungan rakyat. Bahkan selepas pensiunnya sebagai ASN di Pemkab Sleman, arak-arakan panjang mengantarnya pulang ke rumahnya yang ada di Godean, Sleman.

Sosok sederhana yang ada dalam diri Harda Kiswaya menjadi salah satu daya tarik masyarakat yang akhirnya memberikan dukungan selama bertugas di Pemkab Sleman.

Tak jarang manuver yang ia lakukan untuk kepentingan banyak orang diapresiasi dan banyak membantu orang-orang.

Suara.com bekesempatan bebincang secara eksklusif di rumahnya yang terletak di Godean. Berikut beberapa kisah perjalanan hidup putra asli Sleman yang banyak memberikan kontribusi ke masyarakat:

Lahir di Sleman, apakah Anda memiliki latar belakang keluarga yang bertugas di pemerintahan?

Bapak saya itu dulu pamong desa dulu jogoboyo di kelurahan Sidoagung (Sleman) kemudian mendekati atau bukan mendekati ada pergantian undang-undang berkaitan dengan pembatasan masa jabatan lurah-lurah lama pensiun bapak maju. Alhamdulillah jadi lurah Desa Sidoagung, jadi saya memang dari keluarga pamong (bekerja di pemerintahan).

Apakah pendidikan Anda juga berkaitan dengan kepemerintahan, mengingat bapak salah satu pelayan masyarakat?

Saya sekolah besar itu hanya di Sleman, saya enggak pernah keluar dari Sleman, asli Sleman. Jadi saya itu original, saya original. SD ini sebelah rumah ini sekarang sudah tutup karena enggak ada murid. Terus SMP-nya, di SMP 1 Godean itu sebelah barat kampung ini kemudian saya SLTA-nya itu kejuruan.

Kemudian saya melanjutkan di Fakultas Ekonomi jurusan akuntansi UII. Lulus S1, saya mengabdi (bekerjat) di swasta sekitar tiga tahunan, kemudian saya diterima PNS dan ditempatkan di Kabupaten Sleman, kemudian ada kesempatan sekolah lagi, saya S2 di UPN sehingga saya produksi Sleman.

Apakah memang sudah bercita-cita akan melanjutkan aktivitas seperti almarhum bapak sebagai pegawai pemerintahan?

Saya diterima di PNS ini bapak yang dorong, karena bapak itu seorang pejabat kelurahan (desa) kan dia melayani masyarakat dia hanya sampaikan ke saya pada saat saya diterima di pns ini di Kabupaten 'wah aku seneng banget kowe iso ngabdi neng pemerintah melayani masyarakat' (saya senang sekali kamu bisa mengabdi di pemerintahan untuk masyarakat).

Nah dari dorongan bapak itu saya menapaki karir saya di Pemkab Sleman karena dulu saya tiga tahun di swasta itu di akuntan publik, saya akuntan publik selanjutnya lagi dapat promosi. Nah, karena waktu ada lowongan penerimaan PNS saya lamar diterima, alhamdulillah ya saya tuh ganti haluan. Kemarin berkecimpung dengan akuntansi kemudian saya berkunjung dengan pelayanan masyarakat tapi tidak jauh dari latar pendidikan saya yang ditempatkan di Dinas Pendapatan Daerah yang notabene ngurusi pendapatan daerah. Jadi itu tidak lepas dari latar belakang pendidikan saya akuntansi itu.

Saya itu alhamdulillah, amat sangat bersyukur di Dinas Pendapatan Daerah itu ganti nama dan sebagainya, saya belum pernah dipindah oleh bupati kecuali ditempatkan di institusi yang mencari keuangan daerah, baik pendapatan daerah, pokoknya tidak lepas dari itu, sehingga saya amat sangat paham lika-liku, proses pengeluaran keuangan daerah.

Nah saat saya pindah itu jadi Sekretaris Daerah (Sekda), oke sehingga berkaitan dengan kepindahan saya ini semakin menguatkan saya bagaimana melayani masyarakat dengan baik karena pada saat saya di BKD atau dulu di BENDA itu saya hanya berkecimpung bagaimana suksesnya pengelolaan keuangan daerah. Tapi kalau di Sekda bagaimana kepentingan masyarakat semuanya bisa terpenuhi, bisa tercukupi. Goal gather-nya nanti di pemerintah daerah sebelum nanti pertanggungjawabannya ke bupati.

Menjadi ASN hingga Sekda Sleman selama 30 tahun lamanya, apakah ada momen berkesan?

Kalau momen, semua momen karena apa setiap hari yang saya hadapi permasalahan yang mungkin secara frame solusinya itu sama atau permasalahannya sama. Tapi juga ada yang berbeda-beda tapi setiap hari itu apa, pasti ada permasalahan masalah yang saya syukuri.

Saya sejak menjabat di kepala BKD atau mungkin kepala bidang, saya enggak tahu ini permasalahan-permasalahan daerah dari di level pemerintah desa kemudian lingkungan desa vertikal dan sebagainya enggak tahu orang itu larinya mesti ke saya. Saya enggak tahu ini, ini saya diuntungkan oleh mungkin karena saya berkomunikasi dengan siapapun. Saya itu enggak senang pakai birokrasi (lama), siapapun boleh (datang) ke saya langsung dan sebagainya. Sehingga saya diangkat ke Sekda.

Pekerjaan di Sekda yang ramai sehingga saya itu pulang kerja itu minimal jam 21.00-22.00 WIB. Pulang karena saya sebagian besar untuk melayani masyarakat baik level pemerintahan maupun ormas-ormas. Baru setelah itu tamu, habis saya ngerjakan administrasi baru saya pulang.

Mantan Sekda Sleman, Harda Kiswaya saat pelantikan. (Instagram/@harda.kiswaya)
Mantan Sekda Sleman, Harda Kiswaya saat pelantikan. (Instagram/@harda.kiswaya)

Mengapa bisa bertahan lama di pemerintahan melayani masyarakat?

Saya amat sangat ingat sekali pada saat saya menunaikan ibadah haji. Saya diingatkan oleh Allah untuk bagaimana saya bisa melayani masyarakat dengan baik dan plus motivasi yang amat sangat kuat itu bapak saya sebelum meninggal didampingi si mbok (ibu) saya ngulangi kalimat saat saya awal awal masuk pemda, 'Do aku seneng koe kerjo ning pemda, Aku juga ngelingke koe nek bermanfaat bagi wong okeh anakmu wis dipikirke karo Gusti Allah' (Do aku senang kamu kerja di pemerintah. Aku juga mau ingatkan ke kami kalau kamu bermanfaat untuk orang banyak, anakmu sudah dipikirkan Gusti Allah). Dan alhamdulillah yang disarankan bapak, simbok saya itu betul-betul terwujud sekarang ini sampai-sampai saya didorong untuk maju (Pemilihan Umum) bupati.

Itu mungkin masyarakat menilai apa ya kesungguhan saya keikhlasan saya men-support masyarakat bagaimana permasalahan dan masalah yang ada bisa diselesaikan.

Bapak berangkat dari lingkungan desa, sampai-sampai disebut-sebut 'Bapake Wong Sleman', bagaimana tanggapannya?

Subhanallah maha suci Allah keberhasilan saya di Pemda dinilai baik oleh masyarakat, namun kalau dinilai baik itupun karena Allah bukan karena saya. Saya hanya menjalankan segala perintah agama yang saya yakini kemudian saya menjalankan amanahnya pemerintah, bagaimana melayani masyarakat dengan baik karena saya enggak pernah membeda-bedakan siapapun itu ke saya pasti saya terima.

Kemarin mau pensiun juga penuh yang datang. Jadi apa ya, ya sekali lagi makanya ini bisa untuk sharing kepada siapapun kepada masyarakat, kalau kita menghormati orang, balasan Allah akan lebih banyak lagi, akan lebih besar lagi, saya hanya menanyakan itu saja.

Akhirnya bapak melanjutkan ke politik dan bakal maju di Pilkada Bupati Sleman, apa yang mendasari untuk terjun ke sana?

Insya Allah memang akan maju di perhelatan Pilkada 2024, tapi hanya untuk Sleman Satu oke, karena hanya dengan Sleman Satu itu kita bisa mengoptimalkan segala kebijakan saya, sehingga untuk mensejahterakan masyarakat bisa dilakukan.

Memang ada sebuah peristiwa yang menggugah saya yang menginspirasi saya kenapa saya pingin maju ke Sleman Satu. Pertama ada sebuah peristiwa waktu itu saya masih kepala BKD nah saya disambati (dikeluhkan) oleh salah satu tokoh masyarakat di Prambanan atas sana kalau kekurangan air pada waktu itu kemarau, kebetulan ada peristiwa air yang dipompa ke atas itu ada masalah dengan masyarakat yang di bawah. Nah kemudian teman saya yang di Prambanan itu bilang 'pak Aku datang ke BKD pak, aku digolekke banyu, jaluke sopo terserah, kekurangan banyu' (pak aku ke BKD ini minta dicarikan air. Minta ke siapa terserah karena warga kita kekurangan air). Namanya Pak Prawoto itu, terus oh ya saya menghubungi rekan saya notaris paguyuban notaris. Alhamdulillah tahun itu saya lupa tahunnya, tapi saya masih Kepala BKD mendapat 192 tangki untuk dropping ke atas 92 atau 199 itu, antara pakai 92 itu karena peristiwa udah cukup lama.

Nah waktu seremonial, kan saya ajak Pak Bupati (Sri Purnomo) yang menerima biar beliau apapun yang kerja anak buah tapi kan bupati itu, karena sebagai bentuk penghormatan kepala wilayah.

Nah saya melihat sebuah peristiwa yang betul-betul saya bikin nangis. Ada nenek-nenek yang saya tanyai, jalannya 2 km dari rumah hanya membawa gendong klenting itu tempat air dari tanah liat itu, sudah agak bongkok jalannya dua kilometer. Saya pikir, kemarau itu akibatnya setahu saya mohon maaf ini di Gunungkidul saja karena bebatuan, lha kok di Sleman ada ya, saya betul-betul nangis, terus saya berusaha bergumulan dalam hati saya saya merasa berdosa nih saya jadi pejabat seiman kok ada kayak gini peristiwanya. Betul-betul nangis saya mbrebes mili saya itu kalau melihat hal yang ketimbangan saya mesti nangis, saya pernah ada pulang rapat tak selingi sebentar pulang rapat saya itu bawa nasi yang untuk rapat itu di keronggaan itu ada orang yang minta-minta tak kasih saya nggak tahu tiba-tiba saya pengen diapakan ya nasi yang tak serahkan itu. Dia langsung jalan ke pojok ke selatan pojok selatan itu saya tertarik untuk mengikuti, saya enggak langsung ke kanan tapi saya minggir kemudian saya melihat dia makan itu wah kayaknya enak banget Aku saat itu nangis. Kenapa di kantor (kotak makan) itu paling mung dipilih lawuh e nasine dibuang (dipilih nasinya, lauknya dibuang) dan sebagainya neng kok neng di sebelahku masih ada orang yang seperti itu.

Mantan Sekda Sleman, Harda Kiswaya saat diwawancarai di rumahnya Godean, Sleman. (YouTube/Suaradotcom)
Mantan Sekda Sleman, Harda Kiswaya saat diwawancarai di rumahnya Godean, Sleman. (YouTube/Suaradotcom)

Nah kembali ke Prambanan, begitu saya pulang saya ngumpulin teman-teman saya, ada Bapeda ada Dinas PU ada PDAM kemudian saya bincang-bincang 'eh neng prambanan atas kui
sing wingi dadi goro goro apa toh? oh terus sana, di sana ada jaringan pamsimas nah tapi airnya dari bawah, oh berarti ngambil dari bawah, ada masalah dengan penduduk di bawah nah saya pelajari dengan teman-teman ternyata jaringan pamsimas itu tinggal detail bikin jaringan baru nanti sudah bisa mengalirkan air ke rumah-rumah ataupun tempat-tempat umum.

Di atas sana karena kebetulan Pemerintah Pusat memberikan proyek air bersih ke Sleman melalui PDAM memanfaatkan penjernihan Kali Opak di kali mana Tamantirto, kalau enggak salah tapi kemudian kita diskusikan loh jaringannya PAM itu masih milik PU Pusat belum diserahkan ke daerah. Terus saya oh ini bikin surat saja bikin surat ke PU untuk kita minta diserahkan daera.

Tapi saya itu sering nekat, dalam mengambil kebijakan yang penting kalau saya tidak untuk memperkaya diri atau tidak untuk apapun yang sifatnya pribadi saya berani tanggung-jawab 'kamu di lokasi wae, rasah nunggu jawab PPU' (Kamu di lokasi saja, enggak perlu menunggu izin dari PPU), bikin sambungan, PDAM suruh kerjakan, jadi kalau langganannya PDAM kan diuntungkan juga PDAM kan pada waktu itu dihitung habis Rp1,1 juta. Terus saya bilang ke PDAM, kerjakan pakai duitmu, nanti APBD berikutnya tak tambahi tambahan modal, minimal Rp1,1 juta sesuai biaya untuk sambungan. Alhamdulillah, semuanya bisa diisikan dengan baik pada waktu itu bisa menyambung 1.132 KK kalau enggak salah itu rumah-rumah sambungan rumah sehingga sampai hari ini terakhir airnya jernih bersih enggak ada gangguan apapun sampai hari ini.

Nah inilah yang menginspirasi mohon maaf ini perlu saya sampaikan dengan keberhasilan ini menggugah saya jadi pimpinan itu bisa menjadi kebijakan-kebijakan yang untuk masyarakat luas, karena ternyata kemarin belum ditentukan, aku kalau ngomong bupati mungkin bisa disalahkan ya ini bupati, betul-betul murni dari pemikiran dan alhamdulillah, tiga bulan setelah selesai suratnya dari Jakarta turun dan diiznkan. Artinya menunggu jawaban dari pusat,masyarakat klenger tiga bulan. Di situlah yang salah satu inspirasi saya kalau jadi pimpinan ternyata bisa untuk cari ladang kebaikan karena saya mau satu tujuannya hanya satu bersama mengajak masyarakat untuk cari kebaikan itu. Di luar itu enggak ada, karena saya tidak ingin anakku misalnya aku jadi bupati terus tak belikan lemah (tanah) dan itu bukti bapakku itu meninggalkan prilaku baik. Akhirnya saya bisa melakukan apa yang diinginkan bapak, betul, tiba-tiba saya bisa beli roda empat walaupun perjalanan waktunya lama.

Kalau kerja di swasta sudah kemarin (bisa beli mobil). Tapi ya saya syukuri saja dan sampai detik ini pun saya tidak berpikir untuk saya kemarin mencari jabatan sampai numpuk harta.

Siapa yang mendorong bapak maju di Pilkada Sleman ini?

Memang dorongan kuat dari teman-teman, dari masyarakat. Saya sudah ngomong dari sisi potensi aku enggak punya kemampuan potensi dari sisi keuangan. Nah teman-teman kemudian bergotong royong kemarin saya ketemu dengan salah satu partai yang nemani saya ya Insyaallah saya amat sangat bersyukur dari tokoh-tokoh masyarakat menemani saya. Semua saya hubungi, saya agak brebes mili (menangis) berarti serius teman-teman men-support saya mendorong saya jadi Sleman Satu.

Bagaimana dengan dukungan keluarga sendiri bapak maju di Pilkada Sleman?

Oh ya, dari keluarga pasti mensupport setelah tahu, saya jelaskan dan sebagainya saya pernah bilang pada istri saya setelah saya pulang haji kalau saya ngomong kan dulu waktu masih muda 'jeng kamu jangan pernah khawatir tentang saya misalnya belum dititipi anak tidak usah berpikir aku neko-neko (aneh-aneh)' nah kemudian istri saya nangis berarti selama ini ada kegamangan juga kemudian ada satu peristiwa lagi. Bapak itu sebelum meninggal, di samping itu juga ngomong gini 'kalau kamu nanti di titipi anak terus bapak agak keras nadanya 'apa yang membikin istri saya jadi amat sangat saya percaya penuh dengan saya sehingga apa yang saya inginkan saya bicarakan dengan istrikemudian istri, karena saya sudah berjalan dan tidak macam-macam ya.

Mantan Sekda Sleman, Harda Kiswaya saat memberi sambutan di acara warga di, Sleman. (Instagram/@harda.kiswaya)
Mantan Sekda Sleman, Harda Kiswaya saat memberi sambutan di acara warga di, Sleman. (Instagram/@harda.kiswaya)

Mereka support penuh termasuk anak saya, sehingga kan anak saya sudah kuliah sekarang sudah skripsi juga ya saya sampaikan, aku tujuannya ini, aku tujuannya apa. Saya bilang aku golek kebaikan (aku mencari kebaikan). Aku dengan perilaku saya yang bermanfaat bagi banyak orang yang itu penuh resiko apapun itu itu aja dengan anak saya dan alhamdulillah.

Selain Pak Harda ada sejumlah nama yang tak asing seperti Erina Gudono yang disebut-sebut meramaikan Pilkada Slema, bagaimana menanggapi itu?

Oke, saya amat sangat siap. Jadi secara kita kan warga negara. Siapapun ya boleh maju, monggo saja, saya kan juga tidak bisa menghalangi gitu.

Tapi saya amat sangat siap, karena begini, saya itu punya prinsip bupati itu sesuatu yang bersih sesuatu yang suci makanya, caranya meraih juga dengan cara yang baik itu jadi prinsip saya. Pegangan saya, saya enggak mau dengan cara yang tidak baik misalnya, saya menghendaki seseorang harus enggak maju dan sebagainya itu kan nggak baik itu haknya mulia yang jadi prinsip saya, saya dengan cara yang baik Insyaallah, Allah memberikan kemudahan karena caranya saya dengan cara yang baik dengan cara-cara yang enggak baik saya enggak mau.

Karena apa, saya mungkin dalam catatan Tuhan, aku punya kebaikan walaupun itu yang saya pertanyakan, jangan sampai hilang akan saya tambah pada saat saya bisa meraih Sleman Satu, jangan sampai hilang kebaikan itu untuk saya menghadap Tuhan, saat ajal saya tiba, itu aja saya enggak akan cari yang lain mau itu popularitas enggak, cari harta juga enggak.

Memiliki rencana berpolitik apakah ada role model yang jadi inspirasi Anda?

Kalau sosok yang sifatnya nasional mungkin enggak, karena saya enggak kenal dekat juga.

Saya enggak bisa matur (menyebutkan) karena berkaitan dengan role model siapa itu saya hanya ingin menciptakan role model itu dari saya sendiri

Saya pingin suatu hari nanti masyarakat nyeletuk atau berguman 'oh mbok bupati kaya Harda' itu cita-cita saya. Artinya apa, saya betul-betul mumpuni bisa menggetarkan masyarakat, kalau figure hanya satu yang saya kenal baik ya bapak sama si mbok saya.

Ternyata manusia itu tidak sempurna, yang bikin ada catatan mungkin yang di sini ini bisa bagus banget, tapi di sisi lain ini ternyata keropos. Sehingga saya mohon maaf untuk tokoh idola itu saya hanya nyebut bapak sibuk saya saja yang paling menginspirasi karena kebetulan bapak saya juga tokoh masyarakat yaitu lurah desa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI