Respek diri aja dulu kalau enggak enggak akan pernah selesai jangan terus-terusan berlihat pada Ibu Kartini udah lewat aduh bu Kartini sudah hidup sekarang juga migrain. Gue kemarin habis ketawain seorang. Waktu itu kita lagi sering demo-demonya kita ngedorong TPKS, itu perempuan pada demo dan itu kan banyak yang nolak siapa? Perempuan juga kan atas dasar apa, agama; saya kan mau berbakti pada suami. Jadi sebenarnya itu harus kompakin perempuannya dulu gitu, enggak bisa terus-terusan salahin laki atau salahin lingkungan atau salahin keadaan.
Beberapa tahun belakangan juga ada UU TPKS, apakah regulasi itu menurut Melanie sudah cukup?
Yang pada mensah-sahkan pada dapat duit kan? Dalam beberapa hal ada (signifikansi UU TPKS) tapi then again terus kan muncul yang baru-baru juga kan gitu. Kayak yang ya itu tadi salah satunya yang paling menjebak itu ITE, Iya lu berhak melapor, tapi pelapor kena gitu (UU ITE) kan.
Ya buat gue undang-undang kita sebenarnya tuh ah lengkap, undang-undang kita tuh sebenarnya cukup, pengawasannya kagak ada dalam banyak hal. Gini UU TPKS walaupun gue berat dalam beberapa hal ya pada saat kita ngomong yang soal aborsi, ini itu segala macam, tapi ya paling enggak undang-undangnya sudah ada.
Terima kasih gitu, daripada kita ngomong perlindungan pekerja rumah tangga 18 tahun sampai sekarang kan belum sah-sah 18 tahun kita ngawali itu sampai hari ini belum ada sah-sahnya gitu, ya oke kemajuan bisa sah, sekarang.
Tolong pengawasannya. Karena pembuat undang-undang itu membuat undang-undang itu kayak kita bikin target. Lo jadi satu pasal harga lo segini, lo buat. Nah sekarang sudah ada tolong diawasin, yang kemarin pada ikutan demo, tolong dibaca satu-satu banyak kok yang enggak baca juga, cuman ikutan karena a perempuan gitu dibaca satu-satu tolong kita yang jadi monitor.
Sebagai sesama perempuan, bagaimana kita harus saling menguatkan di tengah situasi ini?
Jaga! Pertama jaga perempuan di sekitar kita itu dulu. Jaga kayak kita mau dijaga. Kayak apa sih kita mau dijaga tuh dengan dipuji, dengan digandeng ,dengan dipeluk, dan dikasih tahu hal baik. Lakukan itu ke sekitar kita dan yang bisa melakukan dan paham rasanya kita tuh ya sesama perempuan gitu.
Sayangnya kebanyakan kebijakan masih diwakili oleh laki-laki, perempuan juga ditaruh cuma untuk syarat minimum angka yang ada di pemerintahan, but yang enggak heran perempuannya juga tidak believe in themself bahwa kita tuh hebat. Kita bisa kita keren kita pintar kita mampu, so when you do that aduh perempuan tuh aduh kondisi begini aja perempuan masih kuat loh.
Baca Juga: Perjalanan Sunyi Seorang Perempuan dalam Novel 'Tokyo dan Perayaan Kesedihan'
Ya kondisi kita masih suka dilecekan, undang-undangnya belum jelas, masih suka diitu, perempuan tuh masih hebat masih bisa dibilang hebat gitu apalagi kalau kita saling menguatkan perempuan. Kalau sampai ada perempuan menjatuhkan perempuan, itu pasti perempuan yang sangat insecure, perempuan yang sangat sangat sangat insecure dan please ke psikiater. Karena Lu pasti punya masalah sendiri juga gitu, cuman perempuan itu hebat titik.