Kalau dulu, mungkin kita selalu mikir kalau jadi leader mesti visioner dan thinker gitu.
Kalau sekarang, enggak. Yang penting itu lover side kita. Lover, di mana kita itu menunjukkan bahwa we care, bahwa kita ada di situ.
Tadinya saya pikir, oke, yang penting orang itu visioner.
CEO gitu kan? Kita kasih tools buat mereka.
[Tapi itu] Nggak cukup, dan barang kali nggak utama, bahwa kita [lebih penting] untuk caring.
Sebetulnya sih nggak terlalu susah-susah amat sih, menunjukkan empati aja. Jadi lebih [ke] understanding.
![CEO XL Axiata, Dian Siswarini (kedua dari kanan) menghadiri pameran Mobile World Congress atau MWC 2024 di Barcelona, Spanyol pada 26-29 Februari 2024. [Suara.com/Suwarjono]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/02/27/39048-ceo-xl-axiata-dian-siswarini-mobile-world-congress-atau-mwc-2024.jpg)
Apa yang membuat gaya kepemimpinan Bu Dian Siswarini berubah?
Mungkin juga ada pro-kontra ya. Karena sudah lama, jadi bisa tahu sebetulnya dinamika seperti apa.
Jadi kalau saya bikin tim itu, saya tahu siapa saja yang bisa tergabung di tim itu.
Drawbacks-nya kadang-kadang kurang fresh eyes, kadang-kadang kita kurang eksternal perspektif.