Suara.com - Cyril Raoul Hakim atau dikenal dengan nama Chico Hakim kerap lantang dalam berpendapat di tengah panasnya Pilpres 2024. Wajar saja, beliau merupakan juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.
Sebelum ditunjuk menjadi jubir tim sukses capres-cawapres, Chico memang sudah aktif di dunia politik sejak lama. Ia pernah mencicipi Wakil Ketua Departemen Pemuda Partai Amanat Nasional periode 1998-2000.
Lalu, ia juga pernah menjabat Ketua DPP PAN periode 2010-2012.
Kemudian, Chico hijrah menjadi kader PDIP hingga saat ini. Pada Pemilu 2024, Chico mencoba peruntungannya menjadi calon anggota legislatif (caleg) DPRD DKI Jakarta Dapil 9 (Cengkareng, Kalideres, Tambora).
Tepat pada Senin, 5 Februari 2024, Chico mengunjungi kantor Suara.com di wilayah Jakarta Selatan. Pada kesempatan itu, Chico dan jurnalis Suara.com banyak berbincang terutama perihal Pilpres 2024.
Berikut obrolan selengkapnya:
Waktunya tinggal sebentar lagi menuju Pemilu 2024, pasti lagi sibuk banget, ya?
Iya harus dibagi, soalnya sehari saya cuma bisa 5 show, Iya harus dibagi-bagi waktu ya karena saya kan ngejubir nih sehari bisa pernah lima, lima TV tapi yang datang ke studio cuma dua, yang ketiga Zoom, tapi minimal dua stasiun televisi sehari. Walaupun Dapilnya dekat di Jakarta Barat, Cengkareng, Tambora, Kalidres, tapi tetap aja kan jauh ya, nggak dekat dari selatan. Jadi diatur-atur lah teman-teman tim relawan yang banyak turun ke bawah. Tapi mungkin ada yang lebih besar yang kita perjuangkan, yaitu memenangkan Pak Ganjar dan Pak Mahfud. Jadi, saya prioritaskan jubir.
Kita masuk ke debat semalam, Bang Ciko. Ini saya lihat di Twitter nih ya, warganet itu kecewa. Ini kok debat kayak ngobrol-ngobrol sambil minum kopi, nggak ada huru haranya kayak debat-debat sebelumnya, tapi yang saya lihat itu hanya Pak Ganjar yang terlihat ofensif, banyak menyinggung, tapi lebih menyinggung kepentingan-kepentingan Bapak Jokowi sebelumnya. Itu tujuan Pak Ganjar untuk menggunakan arena debat itu?
Baca Juga: Tak Yakin Prabowo Teruskan Nawacita, Ahok: Saya Sayang Pada Pak Jokowi
Jadi kemarin itu kan sebenarnya Pak Ganjar juga masuk ke arena debat juga dalam rencana yang kita sama-sama bicarakan ya di TPN maupun apa yang kita tahu kira-kira Pak Ganjar apa yang ingin dia amplifikasi di debat atau menjadi fokusnya sebenarnya cuma satu fokusnya beliau adalah ingin menyampaikan bahwa semua topik yang didebat seperti kesejahteraan sosial, inklusi, teknologi informasi, ketenagakerjaan, dan lain-lain itu semua pernah beliau kerjakan di masa dua periode sebagai Gubernur Jawa Tengah, di mana apa yang dikerjakan itu di dalam topik-topik yang dibahas itu menghasilkan prestasi, prestasi yang secara langsung dirasakan masyarakat maupun juga yang berbuah penghargaan-penghargaan dari berbagai lembaga di Indonesia.
Nah, ini yang utamanya, jadi kita ingin menonjolkan diferensiasi itu bahwa dengan pengalaman dia dua periode sebagai Gubernur Jawa Tengah, hal-hal ini sebenarnya sudah dia lakukan semua dengan inovasi-inovasi, dengan kesuksesan-kesuksesan di tingkat provinsi, dan nanti kalau dia jadi presiden tinggal dinaikan ke skala nasional dengan program-program yang mirip gitu ya, tapi tentunya dinamika di dalam perdebatan pasti ada, ya, nah ini kita serahkan semuanya untuk Pak Ganjar lah biar dia yang bermanufaur dan lain-lain tapi kita melihat juga sebenarnya Pak Ganjar karena memang fokusnya itu jadi memang tidak bermaksud menyerang siapa-siapa dan kalau pun memberikan pertanyaan tentunya pertanyaan-pertanyaan yang menurut kami pertanyaan yang wajar-wajar aja gitu sebenarnya bisa dijawab dengan hal-hal yang berbeda dengan apa yang menjadi visi misi Pak Ganjar gitu. Maksudnya kan intinya kan dalam kontestasi politik kan itu yang diutamakan visi misi gagasan dan beradu itu dan sebaiknya memang semuanya harus ada perbedaan diantara satu dan yang lain, gitu.
Kalau nggak ada yang perbedaan ngapain maju jadi calon presiden gitu atau calon wakil presiden. Tetapi kan pada akhirnya kita bisa melihat di situ banyak persetujuan-persetujuan, ya kan? Justru yang paling sering setuju dengan semuanya ini kan Pak Prabowo, jadi kita bingung, ini kenapa ada Pilpres, apa pertarungannya bansos, tapi kan itu nggak sehat, nggak bisa dong nggak boleh, jadi sebenarnya debat itu harusnya di situ lah ditonjolkan perbedaan satu sama lain. Tapi kemarin Pak Ganjar selain dia menyampaikan rekam jejaknya, dia juga ingin meng-highlight, menstabilo rekam jejak lawan kontestasi yang ada di Pilpres, salah satunya mungkin Pak Prabowo. Jadi, menurut saya nggak salah ada serangan-serangan kecil, tapi kan ini masih dalam tataran kalau kita bicara soal pilpres tentunya kita bicara tentang rekam jejak, kita bicara tentang histori, kita bicara tentang konsistensi dalam ucapan dan tindakan, ya kan, termasuk kenapa ada disinggung soal Pak Jokowi misalnya, kita semua tau lah Pak Jokowi lebih condong ke paslon yang mana, nah itu juga harus disampaikan gitu, kalau kenapa?
Pertanyaannya kan gitu, kenapa bisa condong ke situ, padahal kan dulu dibilang yang di situ juga adalah pelanggar HAM, pernah melakukan tindak kekerasan kepada aktivis dan mahasiswa, dan lain-lain. Nah Nah itu aja lah sebenarnya, itu bagian dari ingin mengingatkan masyarakat. Dan menurut saya itu sah saja. Tapi memang karena memang nggak ada serangan balik kan gitu ya orang kalau udah nyerah nggak diserang balik yaudah gitu ya yang penting udah tersampaikan apa yang perlu disampaikan.
Mulai dari Bansos kemudian apa namanya dinasti politik juga disinggung jadi kemarin itu jadi momennya Pak Ganjar untuk nyentil Pak Jokowi ya?
Gini lho, sentil menyentil ini kan sebenarnya yang kita sentil adalah paslonnya ya kalau memang eksesnya terkena dengan para pendukungnya ya itu jadi hal yang biasa, mungkin salah satu pendukung utama dari paslon nomor dua itu kan Pak Jokowi, secara otomatis kita bisa lihat bahwa dia punya anak kandung yang berkontestasi juga, dan berada di paslon itu, ya nggak ada yang salah lah saya rasa, dan memang ini bukan rahasia lagi kok Bansos ini dilontorkan sebegitu banyak dengan nilai anggaran untuk Bansos di 2024 itu hampir 500 triliun dan lebih tinggi daripada anggaran Bansos di masa puncak-puncaknya pandemi Padahal di puncak pandemi COVID itu banyak pencari nafkah di keluarga itu meninggal. Banyak juga pencari nafkah di keluarga kehilangan pekerjaan. Bahkan terjadi orang-orang yang mati kelaparan.
Ada kalau kita Google, ini bukan fitnah atau hoax gitu ya di Google ada, di Jogja yang mati kelaparan, di Banten tapi kok sekarang yang justru sedang tidak ada bencana ya kan kalau dibilang ada El Nino, BMKG bilang alert tentang El Nino ini udah selesai di bulan Januari sementara juga curah hujan sudah mulai baik, artinya sebentar lagi panen.
Ini menjadi pertanyaan bahkan di rapel, di rapel sebelum pencoblosan, kan ini ada sesuatu ya. Ini masyarakat juga nggak bodoh, ini kan masalah rasa, bukan masalah, oh nggak tapi secara undang-undang boleh dan lainnya, ini bukan masalah undang-undang, masalah pasal, ini masalah rasa, rasanya apa? Rasa-rasanya Rasa-rasanya ada pihak-pihak yang berkuasa ingin memenangkan salah satu paslan, menggunakan bansos yang sebenarnya adalah uang negara, yang didapat dari hasil jerih payah masyarakat yang membayar pajak.
Emang strategi itu nggak dilakukan sama Pak Jokowi waktu Pilpres 2019?
Saya rasa tidak, pasti gini ya, di dalam politik itu ada namanya pork barrel politics, itu politik gentong babi istilahnya, itu diambil dari istilah di Amerika artinya adalah satu kebijakan-kebijakan diambil oleh incumbent, baik itu presiden atau anggota DPR, kebijakan-kebijakan itu diambil mem-budget-kan hal-hal yang bisa menguntungkan dia secara elektoral. Nah ini terjadi umum di seluruh dunia, kalau di dalam artinya gini, demokrasi ini memang dibilang bukan sistem yang terbaik, katanya demokrasi ini sistem kedua yang terbaik, namun sistem yang terbaik pertama ini belum ditemukan, jadi kita pakai demokrasi saja, tapi di dalam demokrasi itu tetap dibilang ada aturan-aturan dan lain-lain yang bisa menguntungkan rakyat banyak bahkan meminimalisir kecurangan dan lain-lain tapi selalu ada celah nah celahnya itulah mengalami salah satunya pork barrel politic ini jadi mencari anggaran-anggaran supaya saya sebagai incumbent bisa nih jalan ke daerah nggak usah pakai biaya uang sendiri pakai uang negara ya kan hal-hal yang tidak harus bansos bisa juga bangun jembatan padahal jembatannya belum rusak-rusak amat gitu, tapi bisa dibangunnya dua bulan lagi lebih masuk akal, tapi harus sekarang nih, soalnya pemilunya seminggu lagi, nah ini dilakukan umum, tapi kalau terlalu vulgar kan juga nggak elok ya, secara etika itu melanggar, etika ini kan menurut saya selalu lebih tinggi posisinya daripada hukum, kenapa?
Kemarin saya juga ada dalam satu pembicaraan dengan beberapa teman di acara podcast dengan Bang Karni, di situ kebanyakan lawyer, lawyer-lawyer kan kalau bicara soal pasal, ini kan nggak ada pelanggaran, nggak ini, terus saya bukan lawyer, jadi ketika saya punya kesempatan berbicara, saya bilang, saya ini bukan lawyer, saya menganggap diri saya orang baik saja, orang baik yang setiap hari keluar rumah berniat berbuat baik, nggak mau niat buat jahat, artinya apa? Sampai Sampai usia saya di umur 50 ini alhamdulillah saya belum pernah berusaha menghukum, bukan karena saya hafal pasal, karena saya punya etika, ya gitu, artinya menurut saya etika jauh lebih tinggi, yang hafal pasal itu cuma dua macam manusia, penjahat sama pembayar, ya kan, kalau penjahat itu pasti dia hafal pasal, kenapa? Karena Karena dia keluar rumah niatnya udah mau bikin jahat nih, gimana caranya kalau gue nggak ketangkep nih ya, kena pasal ini, kan pasalnya apa sih isinya gitu kan, oh kalau gue bikinnya begini, nah itu artinya itu tadi, bahwa belum tentu apa-apa yang tidak melanggar aturan, itu tidak melanggar etika dan peradaban, kan gitu, nah kan kita tau sendiri hukum ini udah terlalu sering menghukum orang baik dan membebaskan orang jahat jadi bukan hal yang baru artinya belum tentu hukum ini adalah sesuatu yang betul-betul di atas segala-galanya, nggak.
Menurut saya tetap adat dan etika dari segalanya. Dan ini banyak adat dan etika yang dilanggar termasuk dengan pembagian bansos, mempolitisasi bansos yang notabene adalah uang negara yang dapat dari pajak rakyat tapi digunakan untuk memenangkan salah satu kandidat.
Jadi membicarakan Pak Jokowi memang nggak ada habisnya dan makin seru, tapi nanti kita simpen dulu, karena saya penasaran sama persiapan sebenarnya ke Ganjar-Mahfudnya ini setelah debat. Gimana hasil survei internal karena kan selama ini ya Abang tahu sendiri dari berbagai lembaga survei gitu kan yang puncak tetangga sebelah sementara 01 dan 03 ini saling susul menyusul gitu jadi di survei internal itu sebenarnya seperti apa sih?
Situasinya nggak terlalu seperti itu, memang ketat pertarungannya, tapi kita masih optimis bahwa kita berada di atas sih intinya, tapi ya memang trennya akan menghadapi pilpres ini menjadi dua putaran, saya nggak mau bilang lah persisnya angka-angkanya ya, tapi intinya kita optimis, karena cara-cara kita menghitungnya itu bukan cuma survei, survei hanya menjadi salah satu variable, kita bikin survei, kita juga lihat dari FGD-FGD, focus group discussion yang kita lakukan di banyak daerah kita juga menghitung berapa pintu yang sudah pernah diketuk oleh relawan kita, caleg-caleg kita dari partai pendukung PDIP, Hanura, Perindo, dan P3 gitu dan juga bagaimana Pak Ganjar, Pak Mahfud, Bu Atikoh, Alam berkeliling kemana aja dan itu kita mengukurnya dari situ salah satunya kenapa? Karena memang setelah kita ukur kita paling banyak daripada turun ke masyarakat baik itu relawannya, PDI perjuangannya, Perindo, Hanura, PPP, caleg-calegnya, baik juga calon presiden, calon wakil presiden, dan para pendukung-pendukung utama seperti Mbak Yeni juga, ini Wahid, dll. Itu Itu tuh lebih sering bertemu dengan masyarakat. Jadi agak aneh memang kalau ada survei-survei yang mengatakan, tetap menjadi acuan lah buat kita, menjadi catatan lah ya, tapi menurut kita itu tidak sama dengan apa hitungan-hitungan kita. Tapi kan kita juga punya pengalaman, ada 16 lembaga survei, hasil surveinya memenangkan Prabowo Hatta di 2014, ternyata Prabowo Hatta kalah.
Banyak juga, hampir mayoritas lembaga survei juga membuat Anies diurutan ketiga terus di Pilkara DKI, di bawah Pak Ahok dan AHY, ternyata yang menjadi pemenangnya Anis Baswedan. Jadi dinamika survei itu kan bukan hal yang pasti, itu juga prediktif juga. Jadi kita lihat aja lah nanti tinggal sebentar waktu lagi.
Jadi kan masih ada masa kampanye juga, terus Pak Ganjar dan Bu Atiko juga sering kampanye ke Jawa Tengah nih. Ada apa di Jawa Tengah, Bang?
Ada kandang banteng yang harus dipertahankan, itu bukan rahasia lagi. Itu ada mayoritas suara di Jawa Tengah itu selama ini memang didominasi oleh PD perjuangan, Jawa Timur juga. Artinya memang itu sesuatu yang biasa dalam politik, kita harus menjaga yang memang sudah menjadi basis kita. Sama Sama dengan kita kalau jadi caleg, caleg didapil kita tuh dapilnya di rumah kita, jangan sampai di TPS kita, kita kalah dong. Itu Itu yang nomer satu, ya kan malu-maluin.
Malu-maluin dong, ya artinya kamu nggak disukain dong di kandang sendiri, itu juga harus dibuktikan. Dan seperti juga kebaikan kita melihat juga di pihak 02 kan juga begitu, bansosnya turunnya kebanyakan ke situ, ya sama lah kita melihat juga di situ, tapi pada prinsipnya memang dari tahun ke tahun memang PDI Perjuangan fokusnya di banyak daerah sebenarnya, cuma kan memang pemilihnya memang banyak di Jawa, kalau jauh secara keseluruhan.
Kalau dilihat di hasil beberapa lembaga survei itu, Ganjar-Mahfud ini disebutnya itu hanya unggul di Jawa Tengah. Lantas bagaimana kinerja dari TPN Ganjar-Mahfud untuk di provinsi-provinsi lainnya? Jatim kan diklaim oleh capres-cawapres lainnya.
Itu kan bisa aja dia klaim, kita juga klaim begitu, tapi kalau bicara soal pengitungan parpolnya, PDI Perjuangan masih di atas, dan nomor duanya PKB, jadi ini masih pertarungan yang cukup bebas lah ya, tapi terakhir di hitungan kita Jawa Timur masih di kita, untuk di daerah lainnya itu tadi, nggak ada strategi yang istimewa, nggak ada yang rahasia, sebenarnya cuma kanvasing, bertemu rakyat. Bertemu rakyat langsung, kadang-kadang orang bilang, temuin kepala desanya dulu ya, belum tentu juga, temuin rakyat-rakyat di desa itu, selain kepala desanya. Tapi ya kembali lagi, memang itu menjadi kekuatan dari pak Ganjar Pak Mahfud khususnya kalo partai pendukung itu kan PDI Perjuangan, semua orang mengakui PDI Perjuangan ini kalo udah berusukan yakan, turun ke aka rumput dan itulah memang environment-nya, lingkungannya PDI Perjuangan masyarakat wong cilik di aka rumput, itu hal yang sangat natural ketika kita turun ke bawah, dan nggak sulit untuk bisa menginfiltrasi ke akar rumput.
Tapi masa strateginya nggak berubah, Bang? Maksudnya Maksudnya melihat ada yang semakin tidak beretika, gitu kan?
Karena artinya apa? Mau lawan money politics dengan money politics yang double kan nggak juga kan. Jadi intinya kita hanya menggiatkan aja jadi kita bekerja lebih keras kita berkeringat lebih banyak dari mereka ya itungannya gitu kita harus dua kali lipat bekerja karena memang dana kampanya kita tidak seperti mereka gitu ya dan juga kita juga tidak menggunakan alat-alat instrumen-instrumen kekuasaan untuk memenangkan seperti yang dicurigai oleh kita maupun oleh masyarakat itu dilakukan oleh pihak mereka Itu kan rasa ya, orang akan bilang, mungkin kalau saya ngomong begini nanti dari timnya paslon dua bilang, laporkan aja, laporkan. Itu Itu tadi kan soal-soal hukum, soal, ya kan, maksudnya, lah, kadang-kadang udah dilaporkan terus kalau Bawaslu sama polisinya nggak bertindak gimana? Berarti nggak melanggar, ya nggak gitu, ya kan, belum tentu juga, satu, ya kan, kan kadang-kadang juga kalau nggak melanggar aturan tertulis, Pak Jokowi bilang belum, apakah dia akan kampanye apa nggak?
Dia udah kampanye tiap hari kok, kemarin nongkrong sama anak-anak PSI, dikasih lihat sama orang, dia dari mobil RI 1 ada jari dua, iya kan, keluar, bahwa seluruh bilang itu bukan pelanggaran, ini gimana ya kita mau ngomong apa, jadi agak sulit ya, ini kan artinya yang bersangkutan juga harus bisa menahan diri siapapun itu, untuk tidak melanggar adab dan etika, dan harus tahu diri ketika dia menggunakan fasilitas negara yang melekat padanya, setiap detik itu semuanya harus dipertanggung jawabkan walaupun secara hukum dibilang nggak salah seorang presiden berkeliling dan lain-lain tapi kan ada adat dan etika dan ini lagi musim kampanye ya sebaiknya jangan ditunjukkan sementara jelas-jelas beberapa bulan lalu mengatakan tidak boleh memihak bupati, wali kota tidak boleh memihak sementara terus tahu-tahu Bobby sama istrinya joget, juga jadi campaigner untuk TKN ya itulah yang terjadi
Berarti lawannya juga sekarang selain paslon 02, paslon 01 dan juga penguasa dan itu bikin gerah ibu Mega nggak sih?
Sebenernya gini, pertanyaannya ibu Mega pasti gerah dong, kita pasti gerah semua, pasti nggak suka dengan situasi seperti ini. Tapi kan yang lebih penting kalau masyarakat suka nggak juga, apakah orang-orang biasa juga melihat ini suatu hal yang biasa dan diperbolehkan secara adep dan moral, tapi kan itu tadi, ya pastilah kita pasti marah, tapi gini, kembali lagi, kadang-kadang memang harus marah untuk bisa lebih semangat, kalau adem-ayem aja kan di bawah juga geraknya kurang mantap, kan kita bisa lihat di Jawa Tengah mereka bergeliat, Pak Jokowi berkeliling ternyata di jalan dipadati oleh manusia kerumunan orang yang mendukung Pak Ganjar, kalau adem-ayem aja kan itu nggak keluar tuh semangat-semangat itu, Seperti Pak Ganjar kan pernah bilang ketika dia diwawancara dulu sama Najwa Syihab yang dia menjadi tim sesnya Pak Jokowi, ketika Banteng itu kalau disenggol akan lebih mudah marah.
Tapi sebenarnya di internal gimana sih Bang? Ini Ini kan jadi pertanyaan juga buat masyarakat di rumah. Ya kita sebagai penonton sebenarnya memang tahu, paham. Ibarat kata kita lihat urusan rumah tangga selebritis, kita paham gitu. Tapi ini kita penasaran, ini sebenarnya hubungan Pak Jokowi dengan keluarga PDIP itu untuk saat ini ya?
Untuk saat ini tidak ada komunikasi yang saya tahu ya, kan saya juga nggak tahu pasti, tapi yang saya tahu gitu, yang saya tahu tidak ada komunikasi sama sekali dengan teman-teman di DPP, PDI Perjuangan, maupun Bu Mega, dan tokoh-tokoh lain.
Kapan terakhir bertemu?
Terakhir ketemu kan waktu rakernas ya di Kemayoran.
Berarti tidak ada komunikasi sama sekali dengan Bu Mega? Kemarin juga, ya, beberapa acara yang digelar PDIP juga beliau tidak hadir, terakhir di konser salah metal juga tidak ada karena sibuk bagi-bagi bahasa sosial mungkin ya di Jawa Barat ya Bang? Ibu Mega pernah menyampaikan isi hatinya nggak?
Nggak pernah. Yang disampaikan kalau saya pribadi yang mendengar apa yang disampaikan ke publik saja, yang pada rekaman-rekaman gitu, langsung ke pada kadur-kadurnya yang sama lah, saya taunya sama lah sama Anda, iya kan, apa yang pernah disampaikan beliau, enggak. Enggak,
Maksudnya gini, Bu Mega dan Pak Jokowi saat ini masih satu rumah, tapi kenapa ketika Bu Mega kecewa, kenapa harus disampaikan di publik?
Ya mungkin karena memang nggak ada akses untuk penyampaian secara langsung, tapi juga publik mesti tahu karena ini bukan masalah satu rumah, ini masalah publik dong, politik itu kan masalah publik, politik ini bukan masalah kita berdua, bukan masalah Jokowi, tapi kan itu yang mau dilakukan oleh Pak Jokowi justru nggak benar, politik itu bukan masalah dia dan Bu Iriana dan Gibran untuk menentukan anak yang menjadi calon wakil presiden, publik harus tahu, publik harus siapkan soal itu, sama dengan Bu Mega, Bu mega melihat bila ada hal-hal yang tidak berkenan ini, ini kan terkait dengan nasib masyarakat bangsa Indonesia ke depan, hubungan Bu Mega dan Pak Jokowi itu bukan urusan mereka berdua, karena mereka adalah tokoh-tokoh bangsa yang punya instrumen-instrumen politik di bawahnya yang sedang bekerja buat bangsa dan negara dan akan terus bekerja buat bangsa dan negara dan sedang berkontestasi dalam Pilpres, ya kan?
Jadi, keputusan-keputusan besar apapun yang terjadi itu terkait dengan kemasyarakatan bangsa ini. Jadi Jadi nggak ada masalah Bumega menyampaikan ke publik, menurut saya. Dan publik harus tahu, ya kan, seperti apa yang dirasakan oleh kita, seorang pemimpin Pak Joko ini kan seorang kepala negara, kepala negara itu beda sama kita lho, ekspektasinya harus beda, nggak boleh dia diekspektasikan seperti saya, saya boleh aja agak sembarangan, berlaku nggak, maksudnya tetap dalam koridor etika yang moral yang berlaku, cuma banyak hal yang dia lebih tidak boleh melakukan itu, Kenapa?
Karena setiap harinya melekat kemuliaan yang diberikan oleh bangsa dan negara ini dari uang rakyat. Jadi kita ini kan terlalu sering gini lho, kesian ya Presiden. Apa yang kesian? Tinggal di istana, dikawal sekian banyak, nggak pernah ngerasain macet-macetan, naik mobil paling the best car di negara ini, segala macam kemuliaan-kemulian itu, nggak harus dikasihanin, dibiarin aja bekerja, kalau dia salah ya kritik, kalau dia salah disorotilah kesalahannya, emang harus begitu, itulah demokrasi.
Termasuk pencalonannya Gibran pun tidak ada komunikasi sama sekali?
Enggak. Enggak ada.
Mungkin lewat telepon gitu?
Enggak ada. Setahu saya, kamu kan nanya sama saya. Terus saya nanya sama, Bu Mega.
Agak sulit ya...
Iya, sama. Saya juga sulit. Jangan salah. Saya, saya nggak bisa datang, tiba-tiba nanya 'bu, dia nelfon, gak', kan nggak.
Enggak mungkin. Jadi kalau ada yang bisa jawab itu, itu sok tahu, kamu mau nanya sama 100 orang yang kamu agak berdekat, kalau dia bisa jawab itu, itu sok tau, dan kedua, kok dia menceritakan ke publiknya gitu, itu satu hal yang sifatnya, kalau pun tahu,
Abang kan dulu sebenarnya ada di pihaknya mendukung Jokowi lah
Oh iya dong, saya die hard, biasanya kalau diehard itu, kalau sakit hati, sakit hatinya lebih sakit.
Dengan melihat sikapnya yang seperti ini, ada nggak satu pesan yang ingin disampaikan abang ke Pak Jokowi gitu kan? Karena Karena secara, ya dilihat masyarakat ya, Pak Jokowi masih PDIP kok, tapi kok lebih akrab sama yang sebelah?
Itu kan, terlalu kecil itu. PDI Perjuangan itu kan, walaupun itu memang menyedihkan ya, itu rumahnya dia. Tapi Tapi rumah besarnya dia kan adalah Indonesia. Rumah besarnya ini adalah dia harus mengayomi seluruh rakyat Indonesia. Dan itu tadi saya katakan, dengan banyak sekali kemuliaan yang kita berikan kepada dia.
Nggak usah PDI deh, kalau mau disakitin terserah deh. Tapi kan kemuliaan yang dia dapat bukan hanya dari PDI Perjuangan, dari bangsa Indonesia. Dia memimpin upacara di Istana, dia berpakaian dari ujung kaki sampai ujung kepala dibayarin sama negara.
Semua nggak ada yang (gak) dibayar. Pulsanya dibayar negara. Iya kan? Makan bakso sama Prabowo pakai uang negara. Iya kan?
Naik sepeda mahal, naik sepedanya pasti dibeli sama negara. Jadi intinya itu yang diharus jaga, karena dia tahu kemuliaan-kemulian itu dibelikan oleh rakyat Indonesia pada dia, dan dengan masa tenggang waktu hanya dua periode, ada kontra kerjanya, kontra kerjanya itu kita sudah sepakati di konstitusi kita, itu kesepakatan, artinya itu juga harus dia jaga, kita kembalikan lah kepada dia, masa sih nggak cukup dua periode memimpin dengan baik, pertanyaan saya adalah masa sih Anda mau legacy Anda diingat sebagai pemimpin yang ogah-ogahan turun sampai ada anak buahnya berusaha untuk mendapatkan tiga periode atau perpanjangan masa jabatan, kemudian gagal, kemudian abis gagal akhirnya mencalonkan anaknya yang belum cukup umur, dan akhirnya dengan cara mengubah undang-undang, dan itu.
Jadi pertanyaannya jangan disempitkan soal PDI Perjuangan, ini soal bangsa dan negara. Jadi menurut kami kalau ini yang sedang dilakukan menganggarkan bansos di tahun politik di mana anaknya ikut kontestasi lebih tinggi daripada di tahun di masa-masa pandemi yang bener-bener banyak orang kesulitan kehilangan pekerjaan dan lain-lain, masa sih kayak begitu? Nah itu pertanyaannya.
Dan itu tidak hanya bicara soal PD Perjuangan, itu bicara soal seluruh rakyat Indonesia. Baik yang sekarang masih mendukung beliau, atau mendukung anaknya, atau yang tidak mendukung. Kan masalahnya yang mendukung kan kadang-kadang nggak paham aja. Iya kan? Mendukung karena apa? Saya juga nggak ngerti. Karena bagian dari oligarki kan yang diuntungkan dengan hilirisasi mikro. Ya kita nggak tahu. Coba ya itu.
Tapi untuk kepartaian nih Bang, setiap manusia kan butuh kepastian?
PDI nggak perlu gini loh, PDI ini ada, berjaya, jatuh bangun tanpa ada Pak Jokowi kan punya sejarahnya sendiri sejarah PDI Perjuangan jauh lebih padat dan lebih seru dan lebih berwarna selama Pak Jokowi tidak ada. Jadi Jadi buat kami kehilangan kader siapapun itu sama saja. Kemarin ada yang ngomong tadi sebelum masuk ke sini, kehilangan kader seperti Budiman, Sudjatmiko, Ara. Mungkin lebih berat kalau kita kehilangan seorang Krisdayanti karena suaranya di dapil lebih tinggi daripada Budiman sama Ara ya kan? Loh, Loh, kita ngomong apa adanya? Apa sih yang dicari sama partai? Suara lah.
Coba diadu hasil pelayanan suaranya Krisdayanti sama Ara sama Budiman Sudjatmiko, banyakan mana, bukan pinter-pinteran, bukan retorika-retorika yang dicari partai supaya dia bisa bercokol, mempunyai kekuasaan, apa yang dihitung? Presentasi, presentasi penghasil apa hasil dari suara pemilu. Ada Mas Bambang Pacul, suaranya juga luar biasa. Kalau Kalau di Jogja ada Bu Esti, suaranya juga luar biasa. Saya yakin suaranya melebihi yang saya sebutkan tadi yang sudah keluar.
Tapi tegesin aja, Bang. Ini Pak Jokowi harus menyampaikankah saya mundur dari PDI?
Oh iya, menurut kami itu lebih elok. Karena kita punya adat dan etika. Kita Kita tetap menganggap seseorang yang duduk sebagai seorang Presiden Republik Indonesia itu dalam tempat yang terhormat. Masa sih Presiden kita pecat? Itu fair aja menurut saya.
Nggak ada masalah. Itu ada adatnya. Nanti mau dipush-push sama orang, oh pecat dong, pecat dong. Gimana dipecat? Ya, Ya, maksudnya presiden dipecat. Itu orang Indonesia banget. Kita nggak mau terpancing sama hal-hal seperti itu. Karena kita punya aturan-aturan sendiri yang nggak bicara soal, soal itu tadi, soal teks. Karena ada aturan-aturan lain dalam hidup ini. Kamu, kamu kan keluar rumah sebagai manusia yang mengatakan kamu manusia itu apa?
Karena kamu taat hukum? Enggak Enggak lah, karena kamu punya adab dan etika. Jadi ada juga dalam tantangan-tantangan tentu-tentu ada adab dan etika itu harus juga dipikirkan. Secara teks mungkin dia sudah banyak pelanggaran dalam aturan-aturan dan AD/ART partai, tapi kan ada adat dan etika, dia seorang presiden, dia seorang kepala negara, itu tadi, Pak, negara yang harusnya mengayumi semua itu, kita masih menganggap dia sebagai pelanggar. Jadi artinya apa? Ya
Ya sudah kita berikan kesempatan untuk silakan, kalau mau mundur, silakan, kalau nggak kita tunggu. Tapi kalau dalam hal ini kita berbeda ya nggak apa-apa kan masyarakat sudah bisa melihat kita berbeda.
PDIP nggak ngerasa rugi?
Apa? Tadi yang saya katakan ada untung dan rugi pasti, pastilah siapapun yang keluar juga pasti ada kerugian yang kita alami. Tapi Tapi kan kembali lagi, partai ini yang saya katakan tadi, kita juga pernah, aduh pernah diserang kan ter-PDIP 27 Juli, dibunuh kadernya, Bumega pernah nggak boleh ngapain-ngapain di peradatan Orde Baru, iya kan? Pernah Pernah dua kali jadi oposisi di jaman Pak SBI, nggak ada masalah, ini bukan hal yang, wow kayaknya hebat banget, nggak ada sebesarnya, bukan partai yang baru kemarin sore gitu, iya kan, Bumega juga mana ada sih ketum parpol sekali berbumega di Indonesia, artinya apa pengalaman yang begitu banyak, bukan usia aja loh pengalaman dan apa yang pernah dilalui buat dia. Jadi Jadi walaupun ini juga artinya ada kecewa di kita, tapi ya itu tadi.
Tetap ini masih dalam hal yang suatu yang biasa di perjuangan bukan tidak pernah mengalami hal ini.
Apakah Pak Jokowi bakalan mengalami hal yang sama dengan Pak SBY?
Saya nggak tahu, tanya Bu Mega, yang tahu hanya Bu Mega kan kita nggak bisa, saya nggak mau nebak juga kita sama-sama, pengetahuan kita tentang itu sama betul,
Kalau misalkan terjadilah dua putaran, terus nanti Pak Joko tiba-tiba, ayo PDIP kita gabung deh, gimana?
Yang bisa jawab cuma Bu Mega.
Kalau dari Abang sendiri?
Enggak Enggak bisa dong, dia jawab saya apa? Saya enggak punya posisi di PDIP.
Semisal, koalisi PDIP kemudian diajak, ayo kita bergabung gitu sama koalisi, mau nggak Bang?
Kalau saya yang menentukan?
Iya, pendapat Abang.
Nggak, nggak tahu, itu kan yang bisa menjawab pertanyaan itu hanya Bu Mega. Kalau saya ditanya sekarang, saya sih malas, karena saya udah panjang cerita tentang hal macam, tiba-tiba, oh oke, udah mau nangis cerita bahwa bansos lebih tinggi di 2024 dari 2021 untuk memenangkan saya tidak
Pak Jokowi sama Prabowo aja kan sempet rival, sekarang sudah menyatu.
itu kan mereka, tidak punya adab, saya punya adab Ini kan menyambung semua, semua orang punya batasan-batasan moral. Jadi kan kadang-kadang orang bilang, ada yang bilang Pak Jokowi ini pinter ya dia pemain catur ulung, ya, segala macam ya, menurut saya nggak gitu ada hal-hal yang terpikir oleh dia nggak terpikir oleh kamu dan saya, kenapa? Karena kita nggak dibolehin sama orang tua kita ngomong hari ini A, besok B, dan besoknya lagi C.
Bener nggak? Jadi Jadi ada batasan-batasan moral yang berbeda antara dia dan kita. Dan masyarakat pada umumnya, iya kan?
Ada batasan-batasan soal pengkhianatan yang kita nggak terpikir untuk melakukan, ah malu, ah dosa, ah takut, orang kalau nggak ada batasan-batasan itu ya dia terpikir untuk melakukan hal yang luar biasa, artinya sebenarnya bukan berdasarkan kecerdasan, itu berdasarkan dengan moral yang berbeda dengan orang pada umumnya, itu aja. Iya kan? Ya Ya seperti saya katakan, baru dua bulan lalu bilang bupati, wali kota nggak berpihak, terus Bobby sama istrinya joget-joget gemoy, termasuk dia, tiba-tiba ngomong di depan pesawat TNI AU mengatakan bahwa Presiden boleh berpihak, itu hak politik, segala blablabla. Nah, kamu kan nggak mungkin begitu, malu dong. Ada malu kan?
Artinya itu, itu yang membedakan. Itu bukan cerdas namanya, apa, ya nggak tau deh, silakan disebut sendiri apa namanya. Jadi, itu yang membedakan kita dengan dia.
Kalau misalnya nggak mungkin dengan kubu itu, kalau dengan kubu Amin gimana, Bang?
Saya kan nggak bilang nggak mungkin, kalau ditanya sekarang nggak mungkin.
Nggak mungkin tuh gini, ini kan kamu nanya saya, saya tidak merepresentasikan PDI Perjuangan, saya merepresentasikan Chico Hakim, walaupun nanti kalau PDI Perjuangan punya sikap, saya nggak lurus punya sikap itu. Cuma apakah dengan sepenuh hati dan setengah hati, ya kamu kan bisa nilai sendiri, ya kan? Kayaknya setengah hatilah gitu, ya.
Kan di media sosial tuh rame lah, banyak cocoklogi, termasuk ini kubu 1 sama kubu 3 lagi bersatu, gitu. Kubu 1 sama kubu 3 ini lagi bersatu buat ngelawan kubu 2.
Enggak, Enggak, nggak mungkin lah. Kalau Kalau sekarang sedang bersatu melawan itu nggak mungkin. Karena kan kita pengen yang jadi calon jadi presidennya Pak Ganjar, kubu satu maunya kan Pak Anies, enggak lah itu salah, salah berpikir itu salah ya .Di putaran pertama ini ya pastinya kita maunya Pak Ganjar jadi presiden, udah nggak bisa ditawar-tawar dan saya yakin juga teman-teman di PKS, NasDem juga pasti yang maunya, ini selalu presiden kalau kelihatannya ada kesamaan dalam berbagai hal, itu mungkin karena sama-sama bukan kita yang bagi-bagi bansos pake orang negara, ya gitu. Jadi ada kesamaan mungkin karena apa, kita bukan pihak yang bisa menggerakkan aparat untuk tidak netral, jadi ada ini, apa, komen, apa, penderitaan yang sama, gitu ya, biasanya kan orang dengan mengalami hal-hal yang sama itu kan bisa relate lah satu sama lain, cuma itu lebih ke situ nah masalahnya nanti pertanyaannya apakah koalisi diputar yang kedua itu juga kita lihat nanti, kita bicarakan nanti cuma sekarang masih dalam tantangan itu Seperti hari ini kita tahu Mas Butet Kartaredjasa dilaporkan, terus yang menyiapkan tim hukumnya itu dari pihak TPN maupun Timnas AMIN.
Dan itu menurut saya gini, orang akan melihat, kok bisa gitu ya? Itu bisa, kenapa? Saya bilang tadi kan saya katakan, ada hal-hal yang lebih besar dari sekedar partisan, bangsa dan negara tadi. Ketika kamu tanyakan apa yang dilakukan Pak Peduli ke PDIP, sebenarnya itu nggak terlalu penting. Apa Apa yang dilakukan Pak Jokowi terhadap negara dan bangsa ini yang lebih penting, termasuk itu yang dirasakan oleh mungkin Timnas Amin, walaupun dia tahu Mas Butet itu condong ke Pak Ganjang, tapi kan dia melihat ini ketidakadilan ini universal sifatnya, Iya kan, ketidakadilan itu bukan kalau tidak adil buat kubu kamu, artinya bukan tidak adil buat saya, enggak dong, ketidakadilan ini kan hal-hal universal Nah orang-orang yang punya adab dan etika yang bisa memahami itu yang enggak akan selalu berpikir soal kelompok.
Kubunya TPN Ganjar Mahfud merasa mendapatkan untung nggak dari hasil seseorang yang dianggapnya sudah tidak punya etika?
Ya kita melihat gini, justru itu tadi, makanya ada hasil survei yang berbeda di internal dengan yang di luar, justru semakin ke sini kita melihat masyarakat makin terbuka pikirannya, makin menguak melihat keadaan ini, gitu. Nah mereka juga akhirnya saya pernah mengatakan juga di salah satu stasiun televisi, pertanyaan yang sama, apakah ketika nanti Pak Jokowi benar-benar berkampanye itu akan menguntungkan Paslon II?
Saya bilang belum tentu. Bisa jadi itu malah menurunkan elektaibilitas paslon II karena masyarakat bisa menilai, ih kok presiden kita kayak gitu sih, kalau dia nggak netral sih katanya dia mau mengayung, dulu dia bilang dia harus netral, semua orang harus netral, tapi itu kita nggak terlalu mengambil pusing, karena strategi kita tetap tidak berubah. Strategi kita untuk memenangkan depresi ini adalah turun ke akar rumput, terus menginfiltrasi daerah-daerah yang belum terjangkau maupun sudah terjangkau kita berkuat lagi, menurunkan juga Pak Ganjar, Pak Mafud, Bu Atiko, Alam, Yemi Wahid, Pak Andika Perkasa, dan lain-lain orang-orang yang mempunyai basis-basis pendukung
Masih ingat kemarin kata Bu Mega apa yang marah-marah ke TNI Polri gitu tapi dibalas lagi tuh Bang sama 02, Pak Dudung. Pak Dudung bilang, ya nggak apa-apa gitu, tapi kenapa BIN nggak disebut?
Nggak tau, tanya Ibu Mega.
Maksudnya dari apa yang disampaikan oleh Ibu Mega tuh seolah mental aja sama kubu 02.
Iya lah, itu biasa lah. Pasti kan harus ada counternya. Namanya juga lawan.
Baik, ini tinggal beberapa hari lagi, mungkin ada harapannya Bang Chico menuju 14 Februari dan untuk pemilih khususnya swing voters juga masih ada, gimana tuh bang?
Harapannya adalah supaya kita betul-betul menentukan pilihan sesuai dengan tinurannya, ya kan? Dan juga mengingat bahwa memang kalau memang masyarakat ini adalah sebagian yang nonton ini adalah penerima bansos harus diingat bansos itu adalah uang negara, ya kan? Dan Dan bukan cuma dari kata-kata saya, itu kata-kata Menteri Keuangan juga, Bu Sri Mulyani juga berulang kali mengingatkan itu.
Pada prinsipnya memilih dengan sesuai hati nurani memilih pemimpin yang masih punya energi banyak untuk memimpin bangsa ini, jangan memilih yang kira-kira energinya sudah terkuras dengan memikirkan kondisi kesehatan, kita memilih orang yang punya rekam jejak yang baik dan saya selalu mengatakan Pak Ganjar dan Pak Mahfud itu kelebihannya diantara dua paslon lain, baik itu Pak Anies Baswedan maupun Pak Prabowo Pak Ganjar dan Pak Mahfud ini lahir dari keluarga yang sangat sederhana, bahkan cenderung bisa dibilang kurang karena mereka pernah punya pengalaman di usia-usia yang belum usia kerja, mereka bekerja untuk mencari nafkah, membantu menyokolkan adiknya, dan lain-lain. Ini artinya mereka betul-betul orang-orang yang berjuang dalam hidupnya dan biasanya mereka orang-orang inilah yang bisa relate dengan apa namanya penderitaan-penderitaan rakyat dan tau bagaimana caranya untuk menjadikan rakyat ini mencapai kesuksesan seperti mereka.
Artinya dalam program-program kami, seperti satu keluarga, satu sarjana, terus beasiswa untuk anak-anak prajurit dan di Polri, dan hal-hal lain yang meningkatkan sejahteraan masyarakat itu betul-betul dipikirkan betul karena mereka pernah berada dalam posisi itu. Nah, saya harap menjadi pilihan masyarakat ya itu, Pak Janjara dan Pak Mah. Dan jangan lupa untuk 14 Februari juga pilih Caleg yang di Cengkareng, Takdurah, Kalidres, ya kan, untuk DPR, DKI-nya pilih saya, Siril Raul Hakim nama lengkapnya, dari PDI Perjuangan nomor urut 12.
Masih ada satu sih Bang, tadi sempet kedenger namanya Bu Sri Mulyani, mungkin Abang tahu, apakah setelah Pak Mahfud mundur ada gelombang-gelombang?
Saya nggak tahu ya siapa lagi yang akan mundur di kabinet. Tapi yang saya tau kalau Bu Sri Mulyani dan Pak Basuki dan kita denger lah gosip-gosip. Jadi gue nggak tau dari mereka langsung. Ada kekecewaan di hati mereka dengan apa yang sedang terjadi mempolitisasi fasilitas negara, bansos, dll. Kita lihat aja gimana ke depan.
Bener ya Bang, itu katanya menunggu momen mundurnya?
Enggak tahu, harus tanya mereka.
Terus yang masuk ke telinga saya itu Pak Pramono Anung sudah nyerahin surat.
Kalau Pak Pramono Anung kan kita tahu memang kader PDI Perjuangan tulen. Saya kenal beliau secara pribadi, bahkan di luar urusan kepartian, dan saya tahu dia orang berintegritas, bukan orang-orang tipe yang mencari-cari jabatan, minta-minta dipilih untuk menjadi sesuatu karena memang kemampuannya di berbagai bidang membuat dia mendapat posisi. Biasanya orang-orang yang begitu kan tidak takut kehilangan jabatan. Kita lihat saja.
Selain Pak Pramono Anung terutama, menteri PDIP yang lain mungkin?
Belum tahu.
Itu kan banyak tuh, menteri-menteri, PDIP. Nunggu momen ya, Bang?
Selain nunggu momen, ya mungkin memang ada pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai, kan? Kenapa Kenapa juga, kayak Pak Mahfud kan ditanya, kenapa baru sekarang? Banyak hal yang harus diselesaikan, karena kita juga punya tanggung jawab dari negara. Tetapi, kalau pun sampai ada yang meninggalkan pekerjaannya di kabinet, itu bukan berarti tidak memikirkan negara, karena Pilpres ini, pemilu adalah juga bagian dan ikut berperan aktif dalam pemilu sebagai kandidat atau sebagai pendukung itu juga termasuk ikut memberikan sumbang sih untuk kebaikan bangsa dan negara ke depan.
Jadi kalau misalkan masih ada yang nanya soal, ini Menteri PDIP kok masih pada adem-ayem aja nih di Kabinet, padahal udah nggak nyaman ya Bang.
Ya pastilah, kalau itu pasti lah, bukan rahasia lagi siapa sih yang nyaman? Masyarakat juga udah nggak nyaman dengan situasi ini.
Itu soal kenyamanan itu tadi, bahwa ada oknum-oknum di kekuasaan yang menggunakan fasilitas negara, uang negara untuk memenangkan salah satu paslon, sebenarnya juga bikin gerah juga dong.