Ini misinya teater keliling ini. Tapi ketika kamu berbuat, ketika kamu main di panggung, misi kamu juga harus ada. Apapun deh. Misalnya kamu bilang, 'Saya main ini karena saya butuh uang, saya ingin dapat uang’. Nggak apa-apa, itu misi kamu. Misalnya di sini belum dapat, ya nggak apa-apa, tunggu aja. Sampai kamu bisa. Supaya berharga, kamu punya nilainya gitu gimana? Mainnya harus bagus kan.
Sehingga orang butuh kamu. Kalau orang udah butuh, namanya orang butuh, ya kamu minta apa aja dikasih. Itu saya tanam-tanamkan gitu. Karena saya yakin kok, pada saatnya, masa sih sampai nanti Indonesia umur 100 tahun, kesenian tidak hidup di Indonesia. Dulu pernah mempunyai sejarah panjang kesenian Indonesia itu luar biasa kok. Ludruk apa itu disenangkan karena itu lebih kencang kritiknya kan.
Kini yang mahal sewa gedung. Pemerintah sudah menyatakan di undang-undang, pemerintah adalah fasilitator. Ya sudah, sediakan dong. Karena gedung-gedung itu termasuk fasilitas.
Di internasional pun, semua masih sewa, tetapi ada subsidi dari pemerintah. Kayak di luar negeri, yang membangun gedung-gedung teater itu biasanya swasta, tapi dapat subsidi dari pemerintahnya. Sehingga sewanya itu bisa ditekan, grup-grup ini mampu membayar.
Nah itu yang kemenangan di sana. Sehingga seni teater di Eropa umumnya sudah kebutuhan. Orang nonton. Orang kemarin di Spanyol, nyari tiket untuk nonton itu sudah habis. Jadi satu pertunjukan itu bisa 3 bulan. Dan yang paling panjang itu 3 tahun. Saya pernah nonton di Paris itu pertunjukan hari ke 9.900 berapa, sampai saya nanya, 'Kamu main dari zaman muda ya? Sampai tua'.
Dan saya yakin bisa, karena kita mempunyai sejarah yang pernah hebat kesenian di Indonesia. Seni pertunjukan, walaupun namanya wayang, entah apapun. Tapi itu kan hebat.