Suara.com - Dianna Dee Starlight merupakan pedangdut yang terkenal dari media sosial lewat jargon "Tampol-Tampol" miliknya. Wajah penyanyi 37 tahun itu wara-wiri di berbagai judul sinetron hingga pindah-pindah di berbagai panggung off line untuk bernyanyi.
Namun rupanya keberhasilan Dianna Dee sekarang tidak diraih dengan mudah. Ada perjuangan panjang yang dilalui oleh dirinya untuk berada di posisi sekarang.
Bagaimana kisahnya? Berikut hasil wawancara Suara.com dengan Dianna Dee Starlight beberapa waktu lalu.
Bagaimana awal mula Dianna Dee bisa berkarier di industri hiburan?
Baca Juga: Dianna Dee Starlight Rilis Di Mana Jodohku, 11 Lagu Menyusul Dirangkum di Vinyl
Aku itu datang dari kampung, selesai sekolah di Manado baru ke Jakarta, nggak tahu mau ngapain. Akhirnya aku ikut casting film, iklan, tapi diantara berapa ratus casting nggak ada yang masuk.
Sambil casting, kesibukanku itu nyanyi-nyanyi. Datang ke Jakarta sudah nyanyi, ya membiayai hidup sendiri, ngekost di Jakarta. Dapat uang nggak seberapa buat bayar kost, buat makan, jadi berjuang intinya.
Tapi itulah, aku itu orangnya sangat semangat, apapun itu aku nggak mudah menyerah, walaupun gagal aku tetap casting, aku tetap datang. Dan akhirnya aku dapat, peran iklan dan film. Sampai di detik ini, perjuanganku itu malah (berhasil) mereka yang mencari aku.
Lagu genre apa yang biasanya dinyanyikan Dianna Dee saat awal berkarier?
Aku nyanyi pop, aku awalnya penyanyi pop bukan penyanyi dangdut. Aku nggak ngerti malah nyanyi dangdut. Cuma kalau ditanya kenapa sekarang nyanyi dangdut, genre dance-dut sebenarnya, karena aku kan diangkat dari media sosial. Konten-konten aku yang unik dan lucu, banyak lah pengikutku.
Baca Juga: Interview: Senggol Kotak Lagi Masalah Izin Lagu, Posan Tobing Kejar Apa Sih?
Tiba-tiba muncul lah si jargon ‘Tampol-tampol’. Jadi berbarengan, aku menjadi seorang selebgram tapi di belakang ini aku sudah nyanyi, sudah main sinetron.
Lalu bagaimana Dianna Dee sampai akhirnya terjun ke dunia musik dangdut?
Sebelum aku jadi penyanyi dangdut itu kan aku bernyanyi di TNI, di TNI itu kebanyakan mereka senang dengan lagu koplo.
Nah aku tuh senang dengan tantangan, job aku hampir setiap hari di TNI tuh dan mereka mintanya koplo. Sedangkan aku orang Manado nih, mau nyanyi lagu koplo kayak gimana.
Tapi aku senang belajar, aku lihat ‘oh ketika ada yang nyanyi lagu koplo, dangdut, semua pada joget’ di situ aku ada keinginan untuk menghibur dengan cara itu. Akhirnya ya sudah, aku nyanyi dance-dut dengan 'Tampol-tampol’, orang berjoget dan jadilah sebuah konsep hingga hari ini.
Kalau jargon "Tampol-tampol" awalnya muncul dari mana?
Jadi aku mau mengkolaborasikan si ‘Tampol-tampol’ ini dengan bernyanyi. Nah nggak mungkin dong aku nyanyi lagu pop yang elegan, tiba-tiba ‘Tampol-tampol’ kan nggak mungkin.
Jadi aku mikir gimana caranya si jargon ‘Tampol-tampol’ ini bisa masuk di konsep bernyanyiku ketika aku lagi show, oh ternyata di genre dance-dut. Jadilah si jargon ‘Tampol-tampol’ ini aku tampilkan di show, orang menerima. Jadi tambah laris lah aku.
Dari semua genre musik, mana yang paling disenangi Dianna Dee?
Semua genre aku senang, karena konsep aku kan senang menghibur ya. Jadi buat aku semua genre itu bagus.
Jadi kalau aku lagi di acara pop, elegan, aku bernyanyi secara elegan. Ketika ada permintaan aku harus bernyanyi ambyar sampai joget-joget, aku bisa.
Karena aku konsepnya adalah aku seorang penghibur yang membuat audiens yang melihatku jadi bahagia dan terhibur dengan karya-karyaku.