Suara.com - Belum lama ini, Suara.com dan International Media Support (IMS) selalu inisiator Local Media Summit (LMS), berkunjung ke kantor Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta. Diterima langsung oleh Duta Besar (Dubes) Belanda, Lambert Grijns, pada kesempatan itu selain menyerahkan piala Apresiasi LMS 2023, kami sempat berbincang sejenak dan merekam wawancara singkat.
Sebelumnya, kepada Dubes Lambert, Pemimpin Redaksi Suara.com Suwarjono sempat menceritakan sekilas apa itu kegiatan Local Media Summit, juga mengenai latar belakang digelarnya event tahunan yang mempertemukan para pengelola media lokal dengan stakeholders media tersebut. IMS Indonesia Program Manager Eva Danayanti, ikut menjelaskan betapa pemberian Apresiasi LMS 2023 merupakan sesuatu yang baru yang sengaja diselenggarakan di tahun kedua Local Media Summit ini, dilatarbelakangi adanya dukungan dan kontribusi signifikan dari berbagai pihak terhadap pengembangan media lokal.
Sementara di sisi lain, Dubes Lambert Grijns pun merespon dengan menegaskan komitmen Belanda dalam mendukung media sebagai pilar keempat demokrasi. Dia pun mengaku merasa terhormat karena mendapatkan apresiasi tersebut. Selengkapnya, berikut petikan wawancara eksklusif tim Suara.com dengan Dubes Belanda berpembawaan ramah dan humoris itu.
Jadi, Pak Dubes, seperti yang telah kami sampaikan kepada Anda, apresiasi dari Local Media Summit ini merupakan apresiasi yang kami berikan kepada lembaga-lembaga, termasuk di sini Kedutaan Besar Belanda, yang dinilai telah mendukung media lokal dan mendukung perkembangan media di Indonesia. Bagaimana komentar Anda mengenai hal ini?
Terima kasih banyak, dan tentu saja ini adalah kehormatan besar, sebuah kebanggaan besar bagi kami karena baru saja menerima penghargaan yang luar biasa ini dari Suara.com dan IMS. Ini sebenarnya adalah pengakuan atas pekerjaan yang kami lakukan sebagai Kedutaan. Banyak orang di tim Kedutaan yang terlibat, khususnya rekan saya, Dewi Barnas.
Namun, ini juga merupakan pengakuan atas pentingnya kebebasan pers, kebebasan pers di Indonesia. Dan itulah yang membuat saya sangat bangga, bukan karena kami menerima penghargaan ini, tapi karena Anda menyerahkan penghargaan ini untuk meningkatkan perhatian terhadap kebebasan pers di Indonesia. Dan kebebasan pers adalah bagian penting dari demokrasi.
Indonesia, bagaimanapun juga, masih merupakan negara demokrasi yang masih muda. Dan sebagai bagian dari perkembangannya menuju demokrasi yang matang, kebebasan pers sangatlah penting.
Nah, sebagai Kedutaan Besar, kami telah banyak, saya kira sejak awal, terlibat dalam perjalanan perkembangan demokrasi ini, terutama di bidang kebebasan pers. Misalnya, melalui kegiatan seperti Jurnalisme Aman, atau bekerja sama dengan kelompok-kelompok tertentu seperti jurnalis perempuan, atau pers dan perempuan, bekerja untuk keberagaman atau kelompok minoritas. Sebagai Kedutaan, kami telah mencoba untuk mendukung para jurnalis dan lembaga-lembaga di Indonesia.
Di tingkat regional, kami juga telah bekerja sama, misalnya, dengan enam negara di ASEAN untuk memperkuat jurnalisme. Dan juga di tingkat global melalui kampanye kebebasan media internasional, di mana kami juga merupakan salah satu anggotanya.
Baca Juga: Local Media Summit 2023 Resmi Ditutup, Hasilkan Sejumlah Rekomendasi untuk Majukan Media Lokal
Intinya, menurut saya, Indonesia adalah negara yang luar biasa. Anda memiliki antara 30.000 hingga 40.000 agensi media, baik yang kecil maupun yang besar, dan ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Dan saya rasa Indonesia bisa sangat bangga akan hal itu.
Pada saat yang sama, hal ini juga disertai dengan tanggung jawab yang besar dalam hal profesionalisme dan independensi, serta bertanggung jawab kepada para pembaca dan mereka yang mengikuti perkembangan media di Indonesia.
Profesionalisme dan pengembangan untuk menjadi bagian yang matang dari perkembangan demokrasi, menurut saya, adalah salah satu tantangan di Indonesia. Sebagai Kedutaan Besar, kami senang dan bangga bisa memainkan peran sederhana dalam mendukung hal tersebut.
Jadi Kedubes Belanda sebenarnya telah terlibat dalam cukup banyak program di sektor media, dengan para jurnalis, ya? Apakah ini sedang atau akan menjadi program jangka panjang bagi Kedutaan, untuk terlibat dalam sektor media ini?
Kami memiliki beberapa kegiatan. Misalnya, Hari Kebebasan Pers Sedunia, biasanya merupakan kegiatan di mana kami sebagai Kedutaan setiap kali mencoba menarik perhatian untuk topik ini. Dan sekarang kami terlibat dalam kegiatan jangka panjang yang disebut Jurnalisme Aman.
Ya, seperti yang dikatakan, ini tentang keselamatan dan keamanan, keamanan jurnalis di seluruh dunia. Jurnalis itu bukan pekerjaan yang mudah. Kadang-kadang itu adalah pekerjaan yang berbahaya. Lihatlah apa yang terjadi sekarang di Gaza, dan juga di Amerika Latin. Dan di sini, di Indonesia.
Bahkan kita tahu bahwa jurnalis terkadang berada di bawah tekanan yang sangat besar. Mereka harus berani membuka diri dan mengangkat isu-isu sensitif. Tapi itu adalah peran dan tanggung jawab jurnalis untuk melakukannya. Dan saya rasa pada akhirnya, hal itu sangat dihargai.
Lalu, menyadari bahwa ada 30-40 ribu media di seluruh Indonesia, termasuk media berskala kecil di daerah di seluruh Indonesia, apa pendapat Anda tentang fakta itu? Apakah Anda memiliki kepedulian terhadap mereka?
Pertama-tama, saya sangat senang dan gembira dengan begitu banyak kantor berita. Mungkin (ada) jurnalis yang hanya bekerja sendiri, atau ada juga konsorsium dan perusahaan-perusahaan besar. Ini adalah pencapaian yang luar biasa di negara yang 25 tahun lalu tidak memiliki pilihan.
Sekarang ada pilihan, dan itu berarti bahwa dalam hal informasi, fakta, orang dapat memilih ke mana mereka ingin pergi. Mereka bisa berpindah dari satu platform ke platform lainnya. Itu adalah pencapaian yang luar biasa bagi saya sebagai konsumen. Saya melakukan itu. Saya membaca media yang berbeda.
Pada saat yang sama dengan media yang kecil, terutama media yang lebih kecil yang tidak memiliki sumber daya untuk memasang mata dan telinga di mana-mana, itu mahal, bukan? Memang mahal. Jadi, ada tanggung jawab untuk sangat berhati-hati dalam apa yang Anda katakan sebagai jurnalis. Harus berdasarkan fakta. Fakta itu penting dan periksa faktanya, dan jangan percaya semua fakta. Tidak semua "fakta" adalah fakta.
Dan kemudian interpretasi fakta, tentu saja, (ada) manipulasi fakta. Menurut saya, hal ini menjadi tanggung jawab jurnalis, karena konsumen, pembaca seperti saya, mudah percaya dengan apa yang mereka lihat atau dengar.
Nah, mungkin ini pertanyaan terakhir. Apakah Anda memiliki komentar lain mengenai kerja sama antara pemerintah Belanda dan pemerintah Indonesia? Apakah ada program-program yang menjadi highlight ke depan?
Saya rasa saat ini kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Indonesia. Hubungan yang sangat kuat, beragam, berwawasan ke depan, dan berorientasi pada masa depan. Dan hal ini telah dikonfirmasi dua hari yang lalu oleh Menteri Luar Negeri kami.
Beliau adalah menteri yang baru. Baru dua bulan di Belanda, dua bulan yang lalu dia ditunjuk. Dan dia memilih Indonesia sebagai salah satu tujuan bilateral pertamanya. Hal ini juga menunjukkan bahwa bagi Belanda, Indonesia adalah negara yang penting.
Kami memiliki kerangka kerja sama yang komprehensif, yang telah ditandatangani 10 tahun yang lalu. Namun, apa yang dia lakukan di sini adalah menerjemahkan kemitraan komprehensif tersebut ke dalam tindakan nyata. Jadi kami berdiskusi dengan Kementerian Luar Negeri Indonesia, tindakan-tindakan yang sangat konkret untuk memastikan bahwa kami tidak hanya "bla-bla-bla-bla", dan berbicara. Tapi kami benar-benar bekerja sama di berbagai bidang, di bidang ekonomi, di bidang pertanian, pengelolaan air, energi terbarukan.
Maksud saya, semua orang mengeluhkan polusi udara di Jakarta. Jadi apa yang bisa kita lakukan? (Lalu) Apa yang bisa kita lakukan sebagai Belanda untuk mendukung Indonesia atau berbagi pengetahuan, bahkan menjual pengetahuan? Maksud saya, ini tidak hanya gratis. Kadang-kadang kita juga harus bekerja secara komersial. Namun, terkadang kami berbagi pengetahuan secara terbuka di antara universitas.
Jadi itu adalah bidang ekonomi. Kami (juga) memiliki banyak kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan. Ada banyak kerja sama budaya. Namun kami juga bekerja dalam topik yang baru saja kita bahas, membantu atau mendukung Indonesia dalam memperkuat jalannya demokrasi. Jadi kami memiliki program supremasi hukum secara nasional, kami juga bekerja sama dengan Indonesia di Pasifik. Dan saya pikir Indonesia dan Belanda sangat berpikiran sama dalam hal keinginan untuk membantu memperkuat tatanan berbasis aturan di Pasifik.
Jadi, ini benar-benar merupakan upaya untuk menyatukan kekuatan dan menunjukkan bahwa kita saling membutuhkan. Dan terutama pada saat-saat seperti sekarang ini, atau seperti yang kita jalani sekarang ini, kita saling membutuhkan satu sama lain. Jadi itulah pesan dari menteri saya, juga dari Ibu Menlu, dari Ibu Retno, bahwa kita benar-benar ingin bekerja sama dan bersatu.
Dan itu berarti bahwa kita harus dapat berbicara satu sama lain, berbagi pendapat. Mungkin juga berbagi pendapat yang berbeda, tetapi setidaknya melihat di mana kita dapat bertemu dan mencoba untuk menemukan di mana kita setuju, daripada di mana kita berbeda pendapat. Itulah tujuan dari kunjungan ini.
Dan sekali lagi, hal ini menegaskan bahwa kami memiliki hubungan yang sangat kuat dan berorientasi pada masa depan dengan Indonesia. Jadi ya, masa depan bagi kami, bagi hubungan kedua negara kita (menurut kami) sangat cerah.
Berikut video lengkap wawancara eksklusif singkat Suara.com dengan Dubes Belanda Lambert Grijns: