Tapi at least, untuk saat ini saya tidak melihat itu sebagai jalan yang saya pilih.
Kemarin di Lapor Pak juga sempat bilang nggak mau masuk politik, karena 'bapak saya aja digituin', itu maksudnya apa Inaya? Apa ini juga menjadi alasan belum mau ke politik?
Namanya dunia politik, itu kan kalo yang saya alami itu mengerikan.
Seperti apa bentuk mengerikannya?
Kayak keluarga aja bisa terpecah belah benar-benar karena kekuasaan.Pernah saya ngobrol sama paman. Beliau bilang gini, 'Salah satu yang aku syukuri adalah bapak kamu itu nggak jadi presiden lama lama’ saya tanya kenapa gitu om?
Kata dia karena kita nggak pernah tahu kita akan jadi kayak apa kekuasaan itu bisa mengubah banyak banget kekuasaan itu bisa mengubah seseorang. Just like that.
Sementara Inaya belum berminat terjun ke politik, ada anak-anak muda yang juga terkenal, mendadak terjun jadi politisi. Pandangannya gimana?
Saya gak tahu nih yang di baliho-baliho itu siapa. Kenapa sih orang orang ngomongin anak muda? Saya jadi pusing dengan glorifikasi anak muda.
Seakan-akan perubahan itu hanya dimiliki anak muda. Faktanya, kita bisa melihat bahkan partai yang ngaku anak muda aja status quo yang dibawa.
Banyak juga anak anak muda yang kemudian terjun hanya karena gimmick 'saya anak muda'. Ya terus so what gitu? kalo lu muda bukan itu yang penting.
Saya beberapa kali ketemu beberapa caleg yang bahkan mereka enggak tahu mesti ngapain. Mereka bahkan gak tahu sistem legislatif itu kayak apa nanti di sana mau ngapain yang mereka tahu yaudah gue nyaleg.
Jadi mereka yang mendadak nyaleg tapi belum memiliki kemampuan mumpuni, nyatanya nggak tau tujuan sebenarnya masuk ke politik ya?
Seakan-akan itu adalah portofolio perjalanan karier. Jadi kayak benar-benar sesuatu yang untuk kepentingan pribadi bukan untuk publik.
Saya enggak tahu yang ada di baliho itu sebenarnya mau ngapain, sadar nggak isu yang mereka bawa, kenapa harus ada di gedung DPR? Kenapa saya harus pilih dia ada di sana juga nggak terjawab, itu yang bikin saya sedih.