Lebih Dekat dengan Danang Maharsa, Wakil Bupati Sleman yang Hobi Olahraga

Selasa, 03 Oktober 2023 | 13:01 WIB
Lebih Dekat dengan Danang Maharsa, Wakil Bupati Sleman yang Hobi Olahraga
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa. (Suara.com/Rahadyan Adi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Danang Maharsa, Wakil Bupati Sleman periode 2021-2026, dikenal dekat dan mudah membaur dengan masyarakat, terutama generasi muda. Di sela kesibukannya sebagai pejabat daerah, Danang ternyata juga hobi olahraga.

Karir politik Danang Maharsa terbilang gemilang. Setelah pengurus partai sejak masih kuliah, Danang terpilih sebagai anggota DPRD Sleman periode 2014-2019. Dia lalu kembali terpilih menjadi anggota DPRD Sleman periode berikutnya.

Namun, belum habis periode, Danang Maharsa mendapat amanah dari PDI Perjuangan untuk mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati Sleman, mendampingi Kustini Sri Purnono selaku Calon Bupati Sleman pada Pilkada 2020.

Pasangan Kustini Sri Purnomo dan Danang Maharsa kemudian berhasil memenangkan Pilkada 2020. Pada 26 Februari 2021, keduanya dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sleman oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

Baca Juga: Wawancara Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa: Bantu Rakyat Jadi Motivasi untuk Tetap Bekerja

Berikut wawancara Suara.com dengan Danang Maharsa saat ditemui di Komplek Kantor Bupati Sleman pada 14 Agustus 2023 lalu.

Bagaimana awalnya Anda berkecimpung di dunia politik?

Jadi dulu sebenarnya dari orang tua saya, simbah saya dulu lebih dulu terjun di dunia politik. Bahkan, dulu simbah pernah juga menjadi anggota DPRD Sleman.

Saya tahunnya lupa, cuma waktu itu sebelum meninggal tahun 1991, beliau sudah menjabat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sleman, tentunya dari Partai PDI. Belum ada PDIP waktu itu.

Sudah meninggal 1991, tapi riwayatnya memang pernah menjabat 5 periode jadi anggota DPRD, jadi sekitar25 tahun. Nah, dari situlah, walaupun dulu saya juga nggak pernah berpikir, nggak pernah punya cita-cita ke sini, tapi karena lingkungan keluarga itu dari situ, ya, lama-lama tahu dan senang.

Baca Juga: Dorong Kerukunan Antar Sesama, Wakil Bupati Sleman Ajak Masyarakat Kembali Perkuat Sikap Toleransi

Walaupun dulu nggak ada, wah, saya kepengin gitu, tapi karena kebiasaan di lingkungan keluarga orang-orang politik, ya, jadi tertarik lah.

Nah, masuk lah saya di dunia politik, berawal dari pengurus partai. Tahun 1998 setelah reformasi, saya sudah masuk pengurus partai. Waktu itu masih kuliah. Setelah orde baru, 1998, ya? Sudah masuk ke dunia politik sampai saat ini.

Tahun 2014 menjadi anggota DPRD Sleman dan kembali terpilih pada periode berikutnya. Namun, Anda tiba-tiba dicalonkan sebagai Wakil Bupati Sleman, mendampingi Kustini Sri Punomo di Pilkada 2020. Karir politik Anda bisa dibilang kilat, ya?

Iya, saya dimandatkan untuk bisa mencalonkan sebagai wakil bupati, pilihan waktu itu Desember 2020.

Jadi, 2014 saya masuk pertama kali menjadi anggota Dewan. Saya bersyukut, itu sampai 2019. Tahun 2019 saya mencalonkan lagi dan masuk lagi waktu itu di Dapil sini.

Namun di tahun 2020, ditugaskan oleh partai untuk maju menjai Wakil Bupati Sleman sampai saat ini. Itulah sekilas karir politik saya yang selama ini sudah saya jalankan.

Perjalanan karir politik Anda tentu masih panjang. Adakah rencana untuk naik ke posisi yang lebih tinggi?

Itu kita serahkan saja kepada Yang Maha Kuasa, tapi ada prinsip yang memang sudah menjadi doktrin dan ajaran dari keluarga saya.

Berpolitik itu sebenarnya hanya bagian dari bagaimana kita bisa memberikan pendampingan dan memperjuangkan apa yang menjadi kehendak rakyat. Itu saja. Kalau dibuat beban, pasti kita malah susah sendiri, jadi mengalir saja. Apa yang sudah menjadi rencana, apa yang menjadi hal harus kita jalankan, ya, kita jalankan sesuai dengan kemampuan kita. Utamanya, yang penting kita tidak melanggar aturan.

Anda pernah bertugas di legislatif dan sekarang menduduki jabatan eksekutif. Tantangannya lebih besar yang mana?

Kalau saya yang merasakan sebenarnya sama saja antara eksekutif dan legislatif, hanya perbedaannya secara ketugasan. Legislatif itu punya tugas pokok tiga, yakni penganggaran, pembuat undang-undang atau perda, pengontrolan atau controlling penggunaan anggaran.

Kalau di sini, ini adalah yang menggunakan anggaran dan membuat progam Pembangunan daerah. Tapi saja saja tantangannya dan sama saja risikonya. Paling utama adalah bagaimana kita bisa menikmati tanggung jawab yang sudah diberikan kepada kita.

Kalau soal beban, pastilah semua beban. Risiko? Pasti di mana pun semua itu jabatan berisiko, tapi bagaimana kita memanfaatkan itu yang penting untuk kesejahteraan masyarakat. Sama-sama bisa untuk menyejahterakan masyarakat. Tergantung bagaimana kita nanti mendesain dan melaksanakannya sesuai aturan.

Pengalaman apa yang tak terlupakan bagi Anda selama berpolitik sejak 2014 hingga sekarang?

Saya nggak punya hal unik dan antik. Cuma ada kadang orang datang ke saya, mengeluh, minta bantuan, minta diberikan pertolongan. Tahu-tahu ini berhasil, terus beliau di suatu tempat atau acara, ketemu dengan saya.

Saya kadang kalau menolong, kan, nggak pernah menanyakan secara detail ini orang mana, namanya siapa, dari mana, yang penting selama saya bisa tolong, saya senang. Tahu-tahu datang, terus menangis, ucapkan terima kasih. Itu rasanya saya sangat puas, sangat bangga. Inilah yang sebenarnya tugas saya bisa menolong, bisa membantu orang lain, bisa membantu masyarakat yang membutuhkan.

Itu yang paling berkesan. Kadang di hati itu langsung merasa senang dan bangga. Tanpa memandang siapa pun. Jadi hal-hal seperti itu yang membikin saya menjadi semangat dan termotivasi lagi untuk terus bekerja untuk masyarakat. Itu sebenarnya yang sering memotivasi saya dan membuat saya sampai saat ini jadi lebih giat bekerja.

Intinya, syukurlah, ternyata kerjaan saya, jabatan saya, itu bisa bermanfaat untuk orang lain. Hal-hal yang kadang membuat kaget, oh, ternyata bisa membantu orang lain.

Di sela kesibukan sebagai Wakil Bupati Sleman, apakah Anda masih punya waktu luang untuk menekuni hobi pribadi?

Berbicara hobi, memang saya dari kecil hobinya olahraga. Sebenarnya olahraga apa pun saja bisa, walaupun tidak bagus. Tapi ada dua olahraga yang saat ini menjadi favorit saja. Memang dari kecil, sejak SD ini sudah saya lakukan, yaitu bermain tenis dan bola voli.

Saya kelas 3 SD sudah berlatih tenis dan sering mengikuti kejuaraan Bupati Cup. Waktu itu Pak Bupati sering mengadakan turnamen di sini. Kelas 5 naik kelas 6 SD, saya ikut di salah satu klub voli yang ada di DIY. Bahkan sampai sekarang jadi keterusan suka karena hobinya dari kecil seperti itu.

Profesional, sih, tidak. Biasa-biasa saja. Tapi kadang kalau ditandingkan dengan selevel di lingkungan pemda sini, lumayan lah dapat juara, walau tidak tidak juara satu.

Banyak juga hobi lainnya. Traveling naik motor, touring dengan teman-teman. Terutama ke beberapa destinasi wisata, wisata alam, dan lain sebagainya. Kalau pas ada waktu dan tidak ada kegiatan kemasyarakatan, pastilah 1-2 kali menyisipkan itu.

Mancing juga senang. Pokoknya saya senangnya hobi yang berhubungan dengan alam. Saya senang mancing di sungai karena tidak target untuk mendapat ikan yang banyak, tapi dapat manfaatnya, melatih kesabaran. Dapat nggak dapat, tetap ditunggu itu pancingnya.

Adakah nilai-nilai dari hobi Anda seperti olahraga voli yang kemudian bisa diterapkan dalam pekerjaan Anda sekarang?

Voli itu olahraga tim, tidak bisa dilakukan sendiri atau dengan satu orang saja. Butuh enam orang yang mungkin punya tugas berbeda-beda. Ada yang melakukan passing, ada yang melakukan umpan, ada yang melakukan smash. Ini tentunya bisa untuk belajar saat melakukan kegiatan atau Menyusun program.

Jadi, pimpinan itu, kan, tidak bisa melakukan kegiatan atau sukses tanpa ada orang di lingkungannya yang membantu. Kita tidak bisa sendiri. Nah, itu mengajarkan kita bagaimana leadership kita di situ sebagai seorang pemimpin harus bisa mengayomi, melibatkan personal di bawahnya dan memberikan kepercayaan kepada personal ini, masing-masing untuk bisa menyelesaikan tugasnya.

Selain itu juga melatih mental dan kesabaran. Karena kalau pas kita poinnya tertinggal, pas kita kalah, kita harus berpikir, bagaimana ini cara menang?

Sama saja, kita dilapori Masyarakat permasalahannya apa, kita harus berpikir bagaimana menyelesaikannya. Itu sebenarnya berhubungan, hanya beda saja terkait olahraga dan tanggung jawabnya.

Terkait Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tamanmartani di Kalasan, sudah sejauh apa persiapannya?

Jadi masalah sampah untuk Sleman, memang saat ini menjadi masalah paling utama yang harus kita selesaikan. Ini karena dari volume sampah sendiri, khususnya se-DIY, Sleman ini volume sampahnya setiap hari paling banyak, sangat besar, sekitar 300 ton per hari. Kemarin masih bisa kita buang di Piyungan, tapi sekarang harus kita Kelola sendiri sesuai dengan perintah Bapak Gubernur.

Sleman, untuk mengantisipasi dalam waktu dekat ini, memang sudah kemarin membuka di Kalasan, pembuangan sampah sementara yang akan kita perkirakan bisa menampung sekitar 40-45 hari ke depan, dengan menunggu lagi pembangunan tempat pengolahan sampah.

Jadi memang ada beda. Ini yang perlu kita sampaikan kepada masyarakat. Tempat pengolahan sampah dengan tempat pembuangan sampah, berbeda. Kalau tempat pengolahan sampah, begitu sampah masuk tempat ini, itu diolah oleh mesin, dipilah, sehingga menghasilkan beberapa barang atau residu yang mungkin bermanfaat dan bisa digunakan lagi.

Kalau pembuangan, hanya ditumpuk, seperti di piyungan. Tapi ini diolah dengan alat sehingga nanti pasti tidak menimbulkan gunungan, tidak menimbulkan semacam tumpukan sampah, tapi menghasilkan sesuatu yang bisa dimanfaatkan lagi.

Sleman baru akan mengusahakan itu. Mudah-mudahan untuk bisa mengolah sampah yang seharinya 300 ton ini, paling tidak kita butuh tiga tempat pengolahan sampah sesuai dengan wilayahnya. Sleman timur, barat, tengah, biar masalah sampah ini bisa teratasi semua. Itu yang dilakukan.

Tapi waktu dekat ini, untuk mengantisipasi sampah agar tidak liar, ini kita gunakan tempat pembuangan sampah di Tamanmartani dengan konsep yang sudah kita rencanakan. Dilapisi dengan goemembran, disemprot dengan cairan yang biar tidak bau sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan permasalahan bagi warga sekitar situ.

Memang yang paling sulit di Sleman ini terkait dengan pengolahan sampah adalah lokasinya karena biasanya banyak warga yang menentang. Tapi mudah-mudahan nanti untuk tempat pengolahan sampai ini beda dengan pembuangan. Mohon doanya saja. Saya juga minta dukungan warga Sleman untuk bisa paham bahwa ini adalah masalah bersama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI