Mengulik Sosok Singgih Raharjo, Pj Wali Kota yang Berjibaku Geliatkan Pariwisata Jogja di Tengah Hantaman Covid-19

Selasa, 03 Oktober 2023 | 02:28 WIB
Mengulik Sosok Singgih Raharjo, Pj Wali Kota yang Berjibaku Geliatkan Pariwisata Jogja di Tengah Hantaman Covid-19
Singgih Raharjo, Pj Wali Kota Yogyakarta saat berbincang dengan wartawan. [YouTube/Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memegang kendali sebuah daerah yang memiliki potensi besar dalam pariwisata memang mudah-mudah-sulit. Tak jarang polemik antara pelaku wisata dan penyedia wisata kerap bersinggungan.

Seperti di Kota Jogja, segudang destinasi wisata tersedia bagi pelancong bahkan warga Jogja sendiri. Peran pemerintah tentu menjadi yang disorot pertama kali ketika mendapat apresiasi, bahkan ketika terjadi polemik.

Hal itu pun dirasakan Singgih Raharjo, pria 58 yang saat ini menjadi Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta harus bisa menjaga marwah Jogja sebagai Kota Wisata.

Singgih Raharjo sendiri merangkap dua jabatan sekaligus saat ini, di samping memegang kendali Kota Jogja, pria yang doyan bersepeda ini juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata DIY.

Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Berdampak Negatif Pada Pariwisata, Menparekraf Sandiaga Uno: Kita Aktifkan Kembali WFH

Banyak cerita unik yang pernah dilalui pria asal Gunungkidul ini. Apalagi hadirnya Covid-19 di medio 2019-2021 lalu membuat pergerakan wisatan termasuk ekonomi Jogja turun drastis.

Kendati begitu, Singgih mampu menyulap kondisi tersebut tetap bergeliat meski harus berdarah-darah.

Berikut wawancara dengan Singgih Raharjo:

Bagaimana awal mula karier Anda sebelum menjadi penjabat di lingkungan Pemkot Yogyakarta?

Saya lahir di Gunung Kidul 58 tahun yang lalu. Terus saya memulai sekolah dasar di sana di Gunungkidul kemudian SMP ada di SMP 9 Yogyakarta kemudian SMA saya SMA 6 Yogyakarta. Kemudian menempuh S1 di Universitas Islam Indonesia Fakultas Hukum setelah itu saya masuk karir di jenjang ASN.

Baca Juga: DLH Kota Yogyakarta Catat Kualitas Udara di Bulan Agustus Menurun, Perilaku Bakar Sampah Diduga Jadi Penyebab

Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat berbincang di kantor Pemkot Yogyakarta. [YouTube/Suara.com]
Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat berbincang di kantor Pemkot Yogyakarta. [YouTube/Suara.com]

Pertama saya menjadi pegawai itu di Kanwil Dikbud jadi kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan waktu itu namanya itu. Kemudian setelah otonomi daerah kemudian daerah itu berubah nama menjadi Dinas Pendidikan sampai 23 tahun cukup lama kan. Baru setelah itu saya mengikuti sebuah bidding kemudian masuk di Wakil Kepala Dinas Kebudayaan itu selama 3 tahun dan saya ikut bidding lagi masuk di Kepala Dinas Pariwisata sampai sekarang. 2019 sampai dengan sekarang 2023, ya jalan 5 tahun.

Merangkap dua jabatan yakni, Kepala Dispar DIY dan Pj Wali Kota Yogyakarta bagaimana ceritanya?

Ya sebetulnya, kalau saya di Kepala Dinas Pariwisata (DIY) itu kan pariwisata tidak bisa berdiri sendiri, ekosistemnya itu kan menjahit beberapa OPD sebetulnya. Nah OPD ini ada yang dari kebudayaan ada yang kemudian dari UMKM tenaga kerja ya kan kemudian ada transportasi dan sebagainya.

Jadi, antara pejabat Wali Kota dengan ruang lingkup dinas pariwisata mirip-mirip sih 11 banding 12 ya karena ekosistemnya sangat luas. Sehingga saya apa ya memaknai bahwa pengalaman di Dinas Pariwisata ini adalah merupakan embrio untuk kemudian saya melangkah ke Penjabat Wali Kota itu sendiri. Karena kalau di Wali Kota juga OPD-OPD yang kemudian terlibat disitu pasti juga terlibat di situ sama.

Tapi memang lebih luas areanya ya kemudian juga dari sisi warganya permasalahannya itu pasti lebih luas lebih kompleks. Ini menarik, dan itu menjadi tantangan bagi saya. Tantangan itu sebenarnya ya. Jadi kalau kita bicara masalah itu kemudian kita ubah masalah itu menjadi tantangan tentu kita menyelesaikan sebuah masalah itu apa ya sebuah activity yang exciting.

Bagaimana cara Anda menjaga kondisi emosi dengan dua jabatan yang diemban?

Iya di Dinas Pariwisata masih kemudian sekarang ditambah dengan Penjabat Wali Kota ini oleh Pak Gubernur ya. Karena kota ini kan menjadi ibukotanya provinsi. Jadi ibarat jarum jatuh aja banyak yang tahu, terdengar. Jadi inilah yang kemudian apa ya memanage-nya itu harus dengan irama yang pas gitu ya, kalau obat ya dengan dosis yang tepat gitu ya sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya arrangement atau koordinasi di lingkup internal kemudian eksternal dengan Forkopimda ya dengan masyarakat ada 14 kemantren ya 14 kecamatan kalau dulu.

Saya kira ini bagian tantangan tersendiri yang menarik gitu ya kalau saya seperti itu dan memahami lebih banyak orang itu kan kemudian kan ga mungkin satu orang dengan yang lain sama, walaupun kembar tetap berbeda.

Maka inilah apa ya tadi berkaitan dengan emosi kemudian bagaimana menata emosi ya kalau saya sih melihatnya setiap orang yang punya kelemahan dia pasti punya kelebihan.

Jadi itu harus kita pahami dan harus diresapi bahwa setiap orang pasti punya ciri tersendiri dan kita tidak bisa memaksakan bahwa orang harus mengikuti saya, gaya mereka harus mengikuti, tapi kita pahamkan itu.

Kalau saya lebih menyelami orang dari sisi apa ya emosionalnya, latar belakangnya kemudian pendekatannya pun harus dilakukan dengan strategi yang berbeda kalau pendekatan dengan ini strateginya ini kalau ini, ya ini.

Mengenang pandemi Covid-19 kemarin, bagaimana Anda menjaga pariwisata Jogja tetap bergeliat?

Pasti ya karena belum ada yang punya pengalaman menangani Covid-19 seluruh dunia baru sekali itu dan semuanya kemudian gagap dalam menyikapi itu, tapi waktu itu kemudian saya berpikir enggak mungkin kemudian kita akan hanya menunggu kapan berakhirnya pandemi ya kan semua orang enggak ada yang tahu kapan berakhirnya pandemi, semua orang ditanya enggak tahu.

Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo membahas masalah pariwisata di tengah Covid-19. [YouTube/Suara.com]
Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo membahas masalah pariwisata di tengah Covid-19. [YouTube/Suara.com]

Mungkin dua bulan lagi mungkin satu tahun lagi mungkin dan lain sebagainya. Maka kemudian kita mencari referensi apa sih yang kemudian apa yang boleh dan tidak untuk menghadapi Covid-19.

Muncul WHO ada ini itu, kemudian kita coba sarikan esensinya apa sih. Oh jaga jarak, oh cuci tangan, oh masker. Kemudian kalau seperti itu kita bikin SOP dong untuk cara baru berwisata. Kita namakan peranakan anyar plesiran Jogja atau cara baru berwisata di Jogja itu mulai dari naik pesawat, naik transportasinya seperti apa kemudian kalau sudah reservasinya seperti apa.

Kita sampai membuat aplikasi namanya Visiting Jogja untuk sebetulnya menjembatani wisatawan dengan penyedia jasa di destinasi wisata supaya tidak kontak langsung pembayaran reservasi dan sebagainya.

Kemudian kita punya kerjasama dengan hotel, restoran. Ada paket-paket yang menarik disitu staycation ada, kemudian work from hotel ada kemudian meeting on the bus.

Itu paket-paket itu kita munculkan supaya apa, tetap gerak kalau kemudian sebuah hotel yang fasilitasnya sangat lengkap tetapi kemudian tidak ada penghuninya tidak ada wisatawannya maka kemudian akan mati.

Supaya tetap ada operasional maka kemudian ada potongan harga khusus dan sebagainya termasuk paket wisata waktu itu kita lakukan dengan cara-cara seperti ini. Travel koridor kita buat itu adalah untuk model kerja sama antar provinsi.

Jadi kalau ada kunjungan kerja dari Bali ke Jogja maka ini lho ada paket travel koridor. Ini sudah aman karena sudah kita sertifikasi dan sebagainya.

Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat menceritakan proses dirinya hingga ditunjuk menjadi pejabat penting di lingkungan Pemkot Yogyakarta. [YouTube/Suara.com]
Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat menceritakan proses dirinya hingga ditunjuk menjadi pejabat penting di lingkungan Pemkot Yogyakarta. [YouTube/Suara.com]

UMKM juga kita bangkitkan lagi dan Alhamdulillah dengan model seperti itu kita bisa bangkit lebih cepat, karena 2020 mulai 2021 itu di akhir tahun ini sudah langsung wisatawannya lumayan banyak bahkan di tahun 2022 kita itu jumlah kunjungannya sudah mulai melebihi dari sebelum masa pandemi.

Tahun 2022 akhir dibanding 2019 akhir kita bandingkan itu jumlah wisatawannya sudah melebihi jumlah 2019 sebelum pandemi. Spendingnya juga sama kita hitung-hitungnya kemudian kontribusi PDRB kita terhadap sektor pariwisata PDRB itu juga sangat pulih.

Pemkot Yogyakarta juga menggandeng organisasi perhotelan dan travel?

Oh iya, semua asosiasi kita libatkan mulai dari penyusunan SOP, kemudian menyusun program itu dengan ASITA, coffee on the bus itu dengan Organda.

Kita kan ada 21 asosiasi, kita ajak bareng, ada pemandu wisata dari himpunan pemandu wisata, kita juga ada akademisi jadi ini adalah merupakan satu ekosistem untuk stakeholder pariwisata yang memang harus kita ajak bicara karena apa artinya Dinas Pariwisata kalau kemudian tidak disokong bersama-sama berarti memang mau tidak mau kita harus putar otak ya bagaimana caranya wisata di jogja tetap hidup.

Bagaimana Anda menjaga fisik dengan intensitas pekerjaan yang banyak di usia saat ini?

Ya ritme pekerjaan yang harus kemudian disesuaikan karena mengampu apa 2 pekerjaan yang besar-besar semua ya jadi cara saya kalau yang di Dinas Pariwisata di sana ada PLH pelaksana harian jadi yang mengatur surat menyurat membagi diskusi dan sebagainya kebijakan pertanggungjawaban keuangan masih tetap di saya.

Kemudian minimal 1 bulan sekali itu saya pasti ke Dinas Pariwisata, tapi kalau komunikasi setiap saat pasti dengan WA group dan zoom saya lakukan kemudian kalau pertanggungjawaban keuangan biasanya saya diantar ke kantor di Balai Kota atau di rumah dinas, setiap subuh biasanya saya apa selesaikan gitu ya itu efektif.

Jadi setelah subuh setengah 5 itu saya selesaikan itu PR itu ke SPJ dan sebagainya kemudian ya olahraga sebentar jogging di sekitar rumah dinas bentar kemudian mandi terus ke kantor jadi ritmenya seperti itu.

Kalau kemudian diselesaikan di Balai Kota mungkin tidak selesai-selesai jadi cara saya menjaga ritme itu seperti itu. Malam saya berusaha untuk tidur di bawah atau kurang dari jam 00.00 WIB kadang jam 22.00 atau 23.00 WIB supaya paginya juga fresh.

Olahraga itu juga salah satu cara Anda menjaga fisik?

Biasanya gowes saya tuh di weekend biasanya. Itu kalau gak hari Sabtu Minggu. Kalau nggak kalau ada event saya ikut event.

Tapi kalo tidak ada saya gunakan waktu gowes itu untuk menyapa warga. Bantu di kelurahan itu di kelompok komunitas dan sebagainya.

Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat mengikuti event lari bersama istri di Jogja. (Instagram/@zinggihr)
Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat mengikuti event lari bersama istri di Jogja. (Instagram/@zinggihr)

Kegiatan jogging juga dilakukan sejauh menjabat sebagai Kadispar DIY dan Pj Wali Kota Yogyakarta?

Iya, event event lari maraton dan sebagainya cuma saya ambil yang 5 kilometer.

Ya disesuaikan lah sama umur ya sama kekuatan tubuh gitu jangan sampai kemudian kita terlalu capek dan sebagainya. Okee. Partisipasi saya kira penting membersamai komunitas sepeda atau lari kehadiran saya saya kira apa ya bisa membangkitkan semangat lah.

Apakah tidak berat menjalani dua jabatan sekaligus seperti itu?

Kalau saya itu begini, seperti saya diberi amanah jabatan, Penjabat Wali Kota ini saya harus melaksanakan dengan baik dengan penuh tanggung jawab karena apa yang saya lakukan baik sekuat tenaga saya sekuat pemikiran saya itu sepenuhnya ini adalah untuk masyarakat sehingga ini adalah amanah, ini tidak selamanya maka saya akan menjalankannya sebaik mungkin.

Jadi saya tidak kemudian apa yang dalam melaksanakan itu kemudian menjadi beban yang tidak terlalu berat karena saya meyakini bahwa ini amanah dan amanah itu pasti akan kembali kepada pemberi amanah, sehingga enggak terus semena-mena mentang-mentang dan sebagainya itu. Makanya kadang-kadang saya diundang di tingkat kelurahan di tingkat RT RW kalau pas saya jadwalnya kosong saya akan datang.

Dukungan keluarga Anda bagaimana sejauh ini dengan jenjang karier yang dilakukan?.

Alhamdulillah saya punya keluarga yang sangat mendukung dengan kerja saya, bahkan istri saya itu selama menjabat di sini, menjabat di Wali Kota istri saya bisa mengimbangi bahkan ketemu dengan warga itu juga seneng jadi sampai ke kelurahan-kelurahan itu juga seneng gitu.

Ya kebetulan istri saya punya usaha swasta tapi bisa ditinggal gitu ya sehingga ini bisa fokus jadi mengimbangi saya kadang-kadang malah saya sudah pulang jam setengah 6 sore istri saya malah belum pulang masih ngurus ini itu bersama ibu-ibu PKK.

Karena istri saya kan jadi ketua tim penggerak ibu-ibu PKK dan macem-macem jabatannya malah banyak.

Apakah anak-anak diajak untuk liburan ketika ada waktu longgar?

Ini yang kadang-kadang menyatukan anak-anak itu agak apa ya susah karena dua anak saya kan sudah besar-besar satu yang pertama sudah nikah ya kemudian yang kedua ini masih menyelesaikan skripsinya.

Singgih Raharjo bersama istri saat bersiap menerima jabatan sebagai Pj Wali Kota Yogyakarta. (Instagram/@zinggihr)
Singgih Raharjo bersama istri saat bersiap menerima jabatan sebagai Pj Wali Kota Yogyakarta. (Instagram/@zinggihr)

Selama ini sambil nyusun skripsi sambil ambil kerja di Jakarta. Jadi yang tinggal di rumah dinas itu cuman bertiga saya istri sama anak satu yang masih SMA. Kadang kadang kalau pas ngumpul saya sempatkan untuk kemudian apa ya kesedar makan malam bersama ngobrol di situ.

Berbicara lagi soal Jogja yang ramai dengan sampah, bagaimana bapak menanganinya?

Jadi sampah ini merupakan permasalahan yang tidak hanya di Kota Jogja tapi permasalahan di semua kota kabupaten jadi kita harus apa ya mencari solusi yang terbaik. Memang kemudian ada banyak literatur bahwa sampah organik itu bisa selesai diolah di tingkat paling kecil yaitu keluarga ya, kemudian sampah anorganik ini juga bisa kemudian diolah lagi untuk didaur ulang dan sebagainya.

Ini yang kemudian kita sekarang kita galakkan. Karena Jogja sekarang ini menjadi tempat tampung tempat sampah yang ada di Piyungan TPST Piyungan baru direvitalisasi sehingga ditutup maka kemudian pada kebingungan nih, maka kemudian dilakukan strategi-strategi bagaimana mengoptimalkan TPS 3R yang kita punya kapasitas 10 ton kita optimalkan kemudian kita mendorong masyarakat untuk mengurangi sampah ini juga budaya.

Kemudian juga sampah yang sudah ada sampah organik sebisa mungkin bisa diselesaikan di rumah tangga dengan model ada biopori, model seperti yang losida.

Losida adalah lodong sisa dapur. Ada yang penggabungan antara biopori dengan losida yaitu geolos itu lebih bagus lagi, ada ember tumpu. Itu semua sebenarnya teknologi yang sangat sederhana dan sangat mudah untuk diimplementasikan di tingkat keluarga nah ini kita dorong supaya dari sekarang ini per harinya itu 200 ton per hari.

Sekarang ini memang belum siap untuk diolah jadi nantinya kemudian kita distribusikan di beberapa tempat yang memang itu merupakan tempat pembuangan akhir.

Bagaimana untuk mengantisipasi keluhan wisatawan soal sampah bahkan warga Jogja sendiri?

Iya karena itu sensitif wisatawan pasti sensitif terhadap sampah, kan kalau kita bicara pariwisata kan sapta pesona, salah satunya adalah bersih sehat itu kan sampah nggak akan dekat-dekat di situ maka kemudian oh wah ini tantangan ini maka saya sampaikan tadi.

Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat mengenalkan alat pengolahan sampah Lodesi ke warga Jogja. (Instagram/@zinggihr)
Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat mengenalkan alat pengolahan sampah Lodesi ke warga Jogja. (Instagram/@zinggihr)

Kalau ada masalah ini tantangan kita harus bisa koordinasi dan sebagainya untuk kemungkinan-kemungkinan untuk kita distribusi sampah dan sebagainya.

Tapi yang paling utama sebetulnya kita ingin masyarakat teredukasi dengan sampah ini karena ini adalah akan berjalan terus kalau pun ada tempat yang kemudian kemarin tempat yang sekarang existing kemudian
itu nanti pasti ada batasannya kapasitasnya sehingga kita harus berpikir jauh ke depan.

Jogja akan terus berkembang ke depan apa harapan Anda nantinya untuk Kota Jogja?

Saya berharap Jogja ini akan terus memegang teguh budayanya ya jadi melestarikan terus akan melestarikan budayanya kemudian mengembangkan budaya itu sendiri dan memanfaatkan dari segala macam pemanfaatan dari pariwisata kemudian dari pendidikan ya kemudian itulah yang kemudian bisa menjadikan Jogja akan semakin lebih istimewa gitu ya.

Orang-orangnya juga akan semakin lebih baik lebih istimewa lagi dari sisi budayanya orangnya dan dari sisi kesejahteraan.

Tentu semuanya berujung pada kesejahteraan. Jadi saya pengen Jogja tetap istimewa seistimewa orangnya, istimewa budayanya tanpa kemudian harus nguri-uri budaya tanpa harus membarrieri budaya yang lain untuk datang ke sini tetap menjadi orang Jogja. Yang penting istimewa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI