Kalau dari yayasan, kita menggandeng Universitas Syiah Kuala (USK) untuk sebagai mitra melakukan penelitian, karena universitas itu berada di Aceh. Kita ingin Aceh menjadi pilot project untuk pengembangan dan penelitian ganja medis di Indonesia.
Alasan selanjutnya, kenapa universitas? Karena mereka mempunyai tanggung jawab melakukan penelitian untuk mahasiswanya. Dan kenapa kampus? Karena kita ingin anak muda untuk mulai terpapar dengan pengetahuan ganja medis.
Ya harapannya anak muda ini kedepannya bisa untuk melanjutkan. Umur kita kan udah berapa ya, sedangkan penelitian ganja medis ini panjang. Yang aku tahu itu minimal 8 tahun untuk bisa menemukan sebuah obat.
Nanti kalau secara detail tentang tahapan dan mekanisme, bisa wawancara langsung peneliti dari yayasan kita.
Melihat semangat Yayasan Sativa Nusantara, memang seberapa penting menghapus stigma pengguna ganja medis itu kriminal?
Kita spesifik berbicara tentang ganja medis ya. Memang ganja medis masih mempunyai stigma sesuatu yang buruk, karena dianggap ganja medis dan ganja biasa itu sama, itu problem yang kami lihat di masyarakat.
Menghapus stigma ganja medis dari publik itu sesuatu yang sangat penting. Kenapa? Karena kalau masyarakat masih takut ngomongin ganja, efeknya panjang. Pemerintah tidak berani untuk membuat regulasi, dokter juga mau mempelajari ganja juga untuk siapa? Kan konsumennya masyarakat yang sakit. Kalau masyarakat tidak memakai ya ujungnya sia-sia.
Jadi upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang ganja itu, menurutku juga upaya yang sangat penting dan harus dilakukan terus menerus walaupun membosankan ya karena informasinya itu-itu saja.
Tapi ya harus di ulang-ulang terus. Tapi ya karena enjoy ya sudah. Yang kita lakukan memang harus mengedukasi
Baca Juga: 20 Penelitian Sebut Ganja Medis Tidak Punya Efek Menyembuhkan, Klaimnya Berlebihan?
Lantas, selama 8 tahun ini, apa kira-kira tantangan terbesar Yayasan Sativa Nusantara saat mengadvokasi ganja medis?