Suara.com - Menonton World Superbike atau WSBK Mandalika 2022 terasa kurang lengkap bila tidak menyaksikan balapan-balapan pendukungnya. Salah satunya yang tidak boleh absen adalah Idemitsu Asia Talent Cup atau IATC. Para talenta muda di bawah 16 tahun berlaga seru di sini.
Indonesia sendiri diwakili empat rider serta satu rider pemegang wildcard, yang semuanya bergabung di Astra Honda Racing Team (AHRT). Sebuah tim binaan PT Astra Honda Motor (AHM), dan mereka disaring lewat Astra Honda Racing School (AHRS).
Fadillah Arbi Aditama, kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, 14 Juli 2005 adalah alumni siswa Astra Honda Racing School yang menimba ilmu balap kurun 2017-2019. Beberapa tunggangan balapnya antara lain Honda CBR150R, Honda CBR250RR, serta Honda NSF100.
Setelah berlaga di lingkup kejuaraan Nasional, ia berlaga di kejuaraan Asia dan Oseania di IATC 2021 (2020 batal digelar karena pandemi COVID-19), dan sekarang di berbagai nomor balap Eropa mengikuti kalender FIM JuniorGP. Sebuah jenjang menuju laga MotoGP.
Baca Juga: Menyimak Kampung Berseri Astra Suntenjaya Bertani Pakai Pupuk Bekas Cacing
Beberapa catatan seru yang ia buat selama kejuaraan di sirkuit Eropa tahun ini antara lain bertarung di Sirkuit Estoril, Portugal. Di sana ia balapan perdana untuk FIM JuniorGP 2022 (8/5/2022).
Lantas turun di Autodromo do Algarve, Portugal (17/7/2022), start dari urutan ke-23 dan membukukan waktu tercepat 1:49.981.
Juga sudah balapan di MotorLand-Aragón Circuit, Spanyol dalam putaran ketujuh FIM JuniorGP (9/10/2022). Dalam kualifikasi pertama ia berada di urutan tercepat ke-13 serta masuk posisi top 10. Sesi kualifikasi kedua mempertajam waktu dan berada di posisi ke-12.
Sesudahnya, berlaga di putaran kedelapan FIM JuniorGP World Championship di Sirkuit Ricardo Tormo, Spanyol (30/10/2022).
Suara.com berbincang-bincang dengannya dalam beberapa kesempatan selama gelaran WSBK Mandalika 2022. Termasuk saat sarapan sebelum berangkat ke sirkuit di hari ketiga kejuaraan. Berikut petikan wawancaranya:
Arbi, bisa cerita mengapa ada di sini, aktif setiap hari mengawal "adik-adik" AHRT ke sirkuit? Mereka berlima, ada Veda Ega Pratama, Reykat Yusuf Fadillah, Aan Riswanto, Muhammad Diandra Trihardika, serta pemegang wildcard, Decksa Almer Alfarezel.
Balapan JuniorGP yang saya ikuti baru saja berakhir, dan AHRT mengundang saya ke sini agar bisa berbagi dengan kelima adik-adik ini. Utamanya soal pengalaman balap di Eropa, termasuk mandiri hidup di luar negeri, serta menanamkan rasa percaya diri saat berkompetisi.
Bisa bagikan pengalaman Arbi, setelah berakhir turun di IATC apakah yang dijalani?
Sejak akhir Maret 2022, Arbi mempersiapkan diri mengikuti program latihan khusus baik fisik maupun kemampuan balap yang telah disiapkan untuk mencetak performa maksimal di FIM JuniorGP.
Beberapa pendahulu Arbi dari AHRT adalah Dimas Ekky Pratama, Andy Gilang, Gerry Salim dan Mario Suryo Aji yang berlaga GP Moto2 dan Moto3 World Championship. Keempat rider ini secara bergantian menjadi perwakilan Indonesia di grid World Championship sejak 2019 hingga sekarang.
Bagaimana rasanya berkompetisi di luar negeri, melewati lingkup Asia?
Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih kepada Astra Honda yang telah mendukung Arbi sampai sejauh ini. Di Eropa saya mendapatkan nuansa yang sangat kompetitif. Bukan di Asia tidak terasa, ya. Tetapi masih dekat dengan Indonesia, mekanik ada, banyak sosok yang saya kenal ikut turut menyaksikan.
Nah, di Eropa semuanya serba sendiri. Benar-benar tanpa didampingi keluarga, mekanik juga berbeda, mesti belajar bahasa Spanyol agar komunikasi lebih lancar, sampai makanan pun menyesuaikan menu di sana. Tinggal juga sendiri, karena Mario (Mario Suryo Aji, kini balap di Moto3 World Championship bersama Honda Team Asia) tinggal di Barcelona, sedang saya di kota kecil.
Apa komentar soal Sirkuit Mandalika, ada nostalgia atau kenangan khusus di sini?
Indonesia memiliki sirkuit kaliber internasional seperti Sirkuit Mandalika sungguh bikin bangga. Meski kita juga sebelumnya juga sudah punya di Sentul.
Cuma untuk Mandalika konsep balap bisa dipadukan dengan wisata sehingga para wisatawan atau penyuka balapan bisa mendapatkan pengalaman lebih lengkap. Ya nonton, juga jalan-jalan.
Sementara bagi para pembalap Nasional seperti saya, tentu bangga bahwa trek yang ada di negara kita juga sudah digunakan oleh para pembalap luar negeri. Sehingga rasa internasionalnya semakin kental.
Jadi kalau saya ngobrol dengan rider lain di luar negeri, akan ada topik atau bahasan soal Sirkuit Mandalika. Rasanya seru karena bisa membawa nama Indonesia. Dan sebagai rider Tanah Air saya tentu bangga sudah pernah berlaga di sini.
Bagi rider Indonesia, adanya sirkuit ini bisa menjadi tempat latihan yang bagus. Dengan parameter pembalap luar sudah balapan di sini, dan bisa. Menjadi semacam pendorong motivasi, begitu. Meski lokasinya jauh dari Jakarta. Pengalaman rasanya semakin lengkap dengan berlaga atau latihan di sini.
Ada tinjauan teknis soal lintasan di Sirkuit Mandalika? Kemarin wawancara Jonathan Rea (Kawasaki), Toprak Razgatlioglu dan Andrea Locatelli (Yamaha) sampai Xavi Vierge (Honda) semua menyebutkan soal racing line yang menguras perhatian.
(Kami berdua tertawa karena saya berbagi cerita salah satu rider yang diajak ngobrol bercanda soal Toprak Razgatlioglu. Ia berpostur paling tinggi sehingga lebih leluasa mendongak dan jarak pandang ke lintasan lebih luas).
Ya, benar. Racing line di Sirkuit Mandalika memang menjadi concern para rider yang berlaga di sini.
Kalau saya amati, trek di berbagai negara Eropa tempat saya turun balapan aspalnya sampai terlihat ada bagian-bagian warna putih. Sementara di sini semua serba hitam pekat.
Sebagai trek baru, Sirkuit Mandalika sebaiknya terus dilintasi ban para pembalap sehingga makin mantap saat dipakai balapan. Meski debris dari rubber ban juga harus rutin dibersihkan.
Saya perhatikan para rider di belakang Toprak Razgatlioglu rata-rata mengambil racing line mirip dengannya. Yang beda biasanya melebar, lantas sulit kembali lagi. Bahkan sampai ada yang out, berjatuhan ke luar lintasan.
Dengan kata lain masih ada bagian-bagian lintasan yang licin karena belum tersentuh ban. Seiring waktu, semoga lengketnya trek makin mantap nantinya.
Sekarang membahas tentang adik-adik AHRT: Veda, Decksa, Aan, Reykat, serta Diandra, yang berlaga di IATC Mandalika. Bagaimana penampilan mereka sehubungan kondisi sirkuit yang masih baru diaspal kembali ini?
Seru, Arbi melihat terus saat mereka berlima turun berlaga. Kondisi trek baru mungkin membuat mereka melakukan antisipasi. Berhati-hati memilih racing line.
Namun berbeda dengan Veda (Veda Ega Pratama, meraih podium pertama di Race 1 dan Race 2 IATC Mandalika 2022). Bisa jadi ia berpikir sebaliknya, justru karena trek baru diaspal maka cara bawa motor bisa semakin maksimal. Permainannya lebih berkembang. Dia sisihkan pemikiran bahwa trek baru berarti aspal belum lengket benar dengan ban dan sebagainya. Dia maju terus maksimalkan gas.
Harapan untuk balap motor kita di skala internasional?
Akan lebih banyak lagi rider Indonesia yang berlaga di pentas internasional. Apalagi kita sudah memiliki Sirkuit Mandalika yang bisa digunakan berlatih secara maksimal. Rasanya seru kalau sebagai tuan rumah kita juga memiliki wakil di sirkuit dan kancah dunia.