Dubes Jepang Kanasugi Kenji: Rudal Korut Bisa Capai Kalimantan dan Merupakan Ancaman bagi Kawasan

Diana Mariska Suara.Com
Rabu, 26 Oktober 2022 | 16:42 WIB
Dubes Jepang Kanasugi Kenji: Rudal Korut Bisa Capai Kalimantan dan Merupakan Ancaman bagi Kawasan
Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat ditemui di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah berbagai tantangan ekonomi, kesehatan, hingga keamanan global, Jepang masih menjadi salah satu mitra terpenting Indonesia. Sebagai 'sahabat lama' sekaligus investor terbesar kedua di negara ini, kerja sama dan komitmen yang terjalin antara Indonesia dengan Negeri Sakura telah begitu luas dan merambah berbagai bidang.

Meski demikian, di balik solidnya intensi kedua negara untuk terus membangun hubungan bilateral yang sehat, masih ada banyak tantangan yang dihadapi Jepang dan Indonesia untuk terus membangun hubungan bilateral yang sehat.

Salah satunya dari sisi keamanan, yakni uji coba rudal yang intensif dilakukan Korea Utara (Korut) dalam beberapa pekan terakhir sehingga menimbulkan kekhawatiran terjadinya perang di kawasan, di tengah belum usainya Perang Ukraina.

Lalu, bagaimana Pemerintah Jepang bersiap menghadapi ancaman yang dapat menimbulkan efek masif ini, termasuk di bidang ekonomi? Pun tidak kalah penting, akankah Indonesia tetap menjadi prioritas bagi investasi asal Jepang?

Baca Juga: Hadapi Perang di Musim Dingin, Jepang Janjikan Bantuan Pemanan untuk Ukraina

Suara.com berkesempatan berbincang langsung dengan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji membahas berbagai isu teranyar tersebut, berikut petikan wawancara khusus dengan Dubes Kanasugi Kenji.

Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Suara.com di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Suara.com di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Bagaimana waktu dan pengalaman Anda di Indonesia sejauh ini?

Saya begitu menikmati waktu saya. Ini merupakan kali pertama saya ditugaskan di Indonesia, tetapi Indonesia adalah negara yang tengah berkembang dan begitu penuh semangat. Selain itu, banyak orang Indonesia yang merasa bersahabat dengan Jepang dan orang-orang Jepang. Saya merasa diterima dengan hangat oleh orang-orang Indonesia, dan saya menikmati waktu di sini.

Berbicara mengenai isu keamanan dan politik, khususnya kondisi terkini di kawasan, bagaimana tanggapan pemerintah Jepang mengenai peluncuran rudal balistik oleh Korea Utara dalam beberapa pekan terakhir, terutama mengingat beberapa di antaranya melewati teritori Jepang?

Tidak diragukan lagi, peluncuran rudal oleh Korut merupakan ancaman langsung dan serius bagi keamanan Jepang dan keamanan kawasan. Seperti yang Anda katakan, pada salah satu insiden terakhir, yang terjadi pada tanggal 4 Oktober, beberapa rudal melewati wilayah Jepang—dan kejadian itu merupakan yang pertama dalam lima tahun terakhir, sehingga ini merupakan ancaman bagi kawasan.

Baca Juga: Temui Dubes Jepang, Menhub Budi Karya Minta Realisasi Proyek Proving Ground di Bekasi Dipercepat

Sebagai contoh, rudal yang diluncurkan pada 4 Oktober memiliki kemampuan untuk menjangkau hingga Kalimantan. Dengan demikin, hal ini tidak hanya menjadi ancaman bagi Jepang tetapi juga Indonesia.

Pemerintah Korut tampaknya belum akan berhenti melakukan uji coba rudal. Apakah Jepang sudah memulai komunikasi dengan negara lainnya di kawasan, termasuk untuk membahas adanya potensi perang?

Saya perlu menekankan bahwa diplomasi harus didahulukan, dan kami telah melayangkan protes keras melalui channel kami di Beijing. Selain itu, kami juga berkoordinasi ketat dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan, secara bilateral dan trilateral.

Juga, ketika membahas Korut, China memiliki pengaruh besar dalam perilaku Korut. Jadi kami juga berkomunikasi dengan China. Namun, seperti yang telah saya katakan, diplomasi harus menjadi yang utama, dan Jepang harus meningkatkan deterrence capabilities atau kemampuan pencegahan kami.

Akankah Jepang memanfaatkan momen G20 di Bali pada bulan depan sebagai kendaraan untuk membangun dan meningkatkan strategi diplomasi tersebut?

Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Suara.com di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Suara.com di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Mungkin saja, tetapi G20 utamanya merupakan forum ekonomi, dan mayoritas subjek yang dibahas berfokus pada isu ekonomi. Akan tetapi, ketika Jepang memiliki kesempatan untuk memulai komunikasi bilateral, Perdana Menteri Fumio Kishida kemungkinan akan melakukan pertemuan dengan pemimpin G20 lainnya, dan isu terkait Korut mungkin saja menjadi salah satu topik diskusi.

Melihat gambaran yang lebih besar, saat ini tengah terjadi perang antara Rusia dan Ukraina. Selain itu, terdapat ancaman perang antara Korut dan negara lain di kawasan—yang semoga saja tidak terjadi. Bagaimana Anda melihat masa depan perdamaian global, mengingat adanya polarisasi di tingkat globat saat ini?

Seperti yang Anda katakan, dunia telah terbagi dan terpolarisasi. Di tengah kondisi ini, konferensi internasional seperti G20 menjadi forum yang penting untuk menyatukan seluruh pemimpin, sehingga mereka dapat berdiskusi secara serius.

G20 sendiri berfokus pada urusan ekonomi. Dan sebelum pertemuan G20, terdapat pertemuan ASEAN Summit di Kamboja, dan ada banyak pemimpin dunia yang hadir di sana.

Setelah G20, akan ada pertemuan APEC di Bangkok.

Dan dalam rangkaian pertemuan ini, kita tentunya berharap para pemimpin tidak hanya membahas isu-isu ekonomi tetapi juga isu politik dan strategis global serta berusaha mencari titik temu.

Apakah Anda pribadi optimis para pemimpin dunia dapat menurunkan tensi global saat ini?

Sejujurnya, saya tidak tahu. Dalam invasi Rusia ke Ukraina, semuanya sangat bergantung pada pihak-pihak yang terlibat. Semuanya bergantung pada Rusia, dan bagaimana mereka merespons situasi saat ini. Namun, kita tidak boleh berhenti berharap.

Terkait ekonomi, khususnya perdagangan bilateral antara Indonesia dan Jepang. Pejabat-pejabat Indonesia telah berulang kali mengundang Jepang untuk berinvestasi di ibu kota baru di Kalimantan. Apakah proyek tersebut dianggap sebagai kesempatan yang menarik bagi Jepang—serta bisnis dan perusahaan asal Jepang?

Saya pikir begitu. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan Jepang mengamati perkembangan ibu kota baru dengan saksama. Contohnya, kedutaan besar kami di Jakarta telah mengirim tim ke Nusantara pada bulan Juni tahun ini, beserta beberapa agensi pemerintah yang berada di Jakarta (untuk melihat secara langsung) apa yang terjadi di lapangan.

Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Suara.com di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Suara.com di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Selain itu, atas permintaan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, kami juga mengirim ahli dari Japan International Cooperation Agency, atau JICA, terkait infrastruktur dasar, sehingga kami dapat memperluas kerja sama kami dengan PUPR dalam hal pembangunan infrastruktur di ibu kota baru.

Selain pembangunan infrastruktur, apakah pemerintah Jepang menarget sektor lain, misalnya pengembangan electric vehicle, atau EV, ketika Nusantara sudah rampung?

Semuanya bergantung pada bagaimana pemerintah Indonesia akan mendesain ibu kota yang baru. Namun, baru-baru ini, perusahaan asal Jepang yang bernama Sumitomo Corporation bermitra dengan mitra lokal di Indonesia untuk membangun hydroelectric power plant [atau PLTA] di Kalimantan Utara yang dapat memasok listrik ke Nusantara.

Selangkah demi selangkah, semuanya bergerak maju.

Dalam beberapa tahun terakhir, angka investasi Jepang di Indonesia menurun. Apakah Indonesia tetap menjadi prioritas bagi pemerintah Jepang dalam hal investasi? Apakah Jepang akan masuk ke satu sektor khusus, seperti Korsel yang kini berfokus pada pengembangan EV di Indonesia?

Jepang masih menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia. Secara akumulatif, investasi kami menempati peringkat kedua, di bawah Singapura. Saya yakin Indonesia masih merupakan pasar yang atraktif dan potensial bagi investor.

Salah satu yang terpenting adalah sektor energi. Jepang dan Indonesia berada dalam situasi yang serupa dalam hal transisi energi praktis dan pragmatis. Contohnya, Indonesia dan Jepang sangat bergantung pada sumber bahan bakar fosil. Kedua negara juga merupakan negara kepulauan, sehingga kita tidak dapat menghubungkan jaringan listrik dengan (wilayah) luar. Dengan demikian, kita harus mandiri dalam hal pasokan listrik.

Dan dalam situasi tersebut, sebagai contoh, memastikan bagaimana pembangkit listrik tenaga uap batu bara dapat dioperasikan dengan lebih efisien serta menjadikannya karbon netral merupakan sebuah tantangan besar.

Energi terbarukan tentu saja penting, sehingga transisi energi menjadi salah satu area kerja sama antara kedua negara.

Sejalan dengan hal tersebut (adalah) isu kendaraan. Ada banyak perusahaan Jepang yang memiliki teknologi EV. Namun, melihat realitas pasar di sini, untuk sekarang, penilaian mereka (jatuh kepada) teknologi hybrid, yang merupakan (kombinasi antara) mesin pembakaran dan teknologi EV. Hybrid tampaknya merupakan pilihan yang bagus untuk konsumen Indonesia.

Toyota dan Mitsubishi akan memperkenalkan mobil hybrid yang dibuat di Indonesia, yang, harapannya, dapat diterima dengan baik oleh konsumen di Indonesia. Namun, ke depannya, EV tentu saja diperlukan.

Selain itu, guna meningkatkan kesadaran tentang EV di Indonesia, perusahaan-perusahaan Jepang tengah melakukan proyek demonstrasi baterai EV di Bali, dan Toyota juga melakukan proyek serupa di Danau Toba di Sumatra Utara.

Menurut saya, berbagai perusahaan Jepang sedang melakukan upaya terbaik untuk menjadikan Indonesia hub EV di kawasan.

Terkait kondisi ekonomi di Jepang, apa saja strategi yang diformulasikan pemerintah Jepang untuk membangkitkan ekonomi di tengah krisis ekonomi—serta resesi global yang diprediksi akan terjadi tahun depan? Apakah berfokus pada sektor pariwisata menjadi salah satu langkah utama?

Benar sekali. Pariwisata, khususnya bagaimana mendorong wisatawan inbound untuk datang ke Jepang, merupakan hal yang begitu penting. Sebelum Covid-19, pada 2019, sebanyak 32 juta turis datang ke Jepang, termasuk 400,000 turis asal Indonesia. Dan mereka berkontribusi besar terhadap ekonomi Jepang.

Dan mulai minggu lalu, tepatnya pada 11 Oktober, Jepang kembali membuka perbatasan untuk turis-turis individu, dan kami siap menyambut turis-turis asal Indonesia.

Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat ditemui di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Duta Besar Jepang Untuk Indonesia, Kanasugi Kenji saat ditemui di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Saya juga baru saja membaca bahwa yen Jepang berada di 150 terhadap dolar AS, untuk pertama kali dalam 32 tahun. Hal ini mungkin membawa dampak negatif bagi ekonomi Jepang, tetapi, untuk wisatawan inbound, ini merupakan kesempatan emas bagi mereka untuk datang ke Jepang sekarang.

Pariwisata tentu saja merupakan area yang penting, tetapi meningkatkan resiliensi ekonomi merupakan tantangan besar untuk kami.

Ketika berbicara tentang pembangunan ekonomi, hingga kini, kami berfokus pada berbagai efisiensi. Namun, pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina menimbulkan pertanyaan tentang seberapa besar resiliensi yang ada dalam rantai pasokan atau rantai nilai kami.

Sebagai contoh, krisis di industri semikonduktor membawa dampak negatif pada industri lainnya, seperti otomotif, komputer, dan smartphone. Dan hal tersebut juga menciptakan dampak buruk bagi ekonomi dunia.

Dengan demikian, ada tantangan terkait bagaimana kami bisa menjadikan ekonomi Jepang lebih resilien dalam situasi tersebut. Namun, pada saat yang bersamaan, hal ini juga merupakan sebuah kesempatan besar bagi kami.

Selain berfokus pada pariwisata, bagaimana strategi-strategi yang diimplementasikan oleh pemerintah Jepang?

Sebagai contoh, ada banyak perusahaan Jepang yang beralih dari negara-negara berisiko dan melakukan reinvestasi di Jepang atau negara-negara ASEAN, di mana mereka dapat berada di lingkungan investasi yang lebih aman dan terjamin.

Contohnya, banyak perusahaan—bukan hanya perusahaan Jepang—mengalihkan (bisnis mereka) dari Rusia atau Myanmar, dan beberapa dari mereka kembali ke Jepang. Dan untuk memfasilitasi perpindahan tersebut, Pemerintah Jepang dapat membantu sektor swasta untuk berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lainnya.

Jadi, sekali lagi, selangkah demi selangkah, kami melakukan upaya untuk menghidupkan kembali Ekonomi Jepang

Dalam hal kebudayaan, selama masa tugas Anda sebagai Duta Besar Jepang untuk Indonesia, apa rencana Anda untuk meningkatkan people-to-people interaction?

Menurut saya, sangat penting untuk menjangkau generasi muda di Indonesia.

Akhir minggu lalu, kami menyelenggarakan Jakarta Japan Matsuri, yang merupakan festival Jepang di Jakarta. Akibat Covid, kami tidak dapat mengadakan festival tersebut selama dua tahun, tetapi festival edisi kemarin begitu sukses dan berhasil menarik 90 ribu Warga Jakarta dalam tiga hari penyelenggaraan.

Kami menyelanggarakan acara tersebut dengan format hybrid, yaitu hiburan face-to-face dan acara online.

Jadi, yang penting sekarang adalah menjangkau generasi muda di Indonesia dengan mempromosikan kebudayaan Jepang melalui pertemuan face-to-face dan online.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI