Co-founder Sociolla Chrisanti Indiana: Challenge Bisa Diubah Jadi Opportunity, Kita Harus Siap Improve

Jum'at, 23 September 2022 | 13:17 WIB
Co-founder Sociolla Chrisanti Indiana: Challenge Bisa Diubah Jadi Opportunity, Kita Harus Siap Improve
Co-Founder dan CMO Social Bella (Sociolla), Chrisanti Indiana saat ditemui Suara.com di kantor Social Bella, Puri Kembangan, Jakarta Barat, Senin (2/9/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tahun 2015, Chrisanti Indiana, Co-Founder dan CMO Social Bella, bersama dua partner lain, Christopher Madiam dan John Rasjid, membangun startup e-commerce yang fokus pada kecantikan. Ide ini tercetus lantaran saat itu ia melihat belum ada perusahaan rintisan yang menggarap sektor ini secara spesifik.

Kini, mayoritas perempuan Indonesia mengenal Sociolla sebagai e-commerce terpercaya dan terlengkap yang spesifik menyediakan berbagai produk kecantikan, mulai dari makeup, skincare, bodycare, haircare, hingga parfum.

Sebagai perusahaan rintisan lokal yang usianya bahkan belum sampai 10 tahun, Sociolla saat ini bukan lagi sekadar e-commerce, tetapi omnichanel yang sudah memiliki puluhan toko offline di kota-kota besar di Indonesia, dan bahkan telah berekspansi ke Vietnam.

Baca Juga: Keren! Sociolla Boyong 3 Brand Lokal Ekspansi ke Vietnam

Perjalanan Sociolla yang punya misi menjadi 'wonderland for beauty' diceritakan oleh Chrisanti saat ditemui Suara.com di kantornya di bilangan Jakarta Barat beberapa waktu lalu.

Ini unik banget, mendirikan e-commerce tapi khusus kecantikan. Apa tujuan awal Anda mendirikan Sociolla waktu itu?

Tahun 2014 aku baru pulang dari Australia. Pada saat itu, ada rise of e-commerce, digital industry juga baru naik di Indonesia. Aku bertemu dengan dua partner aku yang sekarang, Christopher Madiam dan John Rasjid, ngobrol-ngobrol, dan mereka memang sangat tertarik untuk masuk ke industri kecantikan ini. Saat itu, aku juga punya consumer perspective, bahwa aku pernah merasakan betapa sulitnya mencari produk kecantikan yang aman dan terpercaya. Kemudian, kita bertiga sama-sama setuju bahwa beauty industry harus punya own space. Kita ingin membuka akses untuk produk-produk beauty yang memiliki BPOM, supaya ada platform di mana customer bisa datang dan bisa dapetin semua kebutuhan kecantikan mereka.

Dan Sociolla yang sekarang, apakah memang sudah sesuai dengan impian dan bayangan di awal pendiriannya?

Yes and no, menurut saya. Iya, karena apa yang kita sudah achieve sekarang sangat allign dengan yang kita harapkan. Bahwa kita ingin Sociolla jadi destinasi untuk produk yang aman, trusted, dan bisa jadi tempat yang istilahnya kita selalu bilang 'wonderland for beauty' gitu, lah. Jadi orang datang bisa belanja macam-macam, mendapatkan kebutuhan mereka, dan mereka bisa happy. Itu yang kita ingin sejak awal, dan itu yang terjadi sekarang.

Baca Juga: Apa Itu Retinol? Waspadai Efek Sampingnya Bisa Bikin Kulit Melepuh!

Dan tentu ada juga yang tidak sesuai dengan bayangan kita. Salah satunya adalah fakta bahwa ternyata ada banyak hal baru yang harus kita pelajari terus-menerus. Dulu kita berpikir bahwa online e-commerce itu bisa reach banyak orang, tapi ternyata begitu saja belum cukup, karena ternyata customer tidak bisa mendapat experience lengkap, misalnya nggak bisa menyentuh, mencoba produk, atau menciumnya.

Jadi kita baru sekarang tahu bahwa experience beauty itu ada banyak banget touch of point-nya. Makanya sekarang kita punya media namanya beauty journal untuk serving more product knowledge, menyediakan konten supaya customer kita bisa belajar lebih banyak tentang produk-produk yang mereka cari. Kemudian dengan adanya offline store Sociolla, itu juga bisa melengkapi experience customer, karena bisa lihat langsung produknya, dan bisa cobain langsung. Kemudian ada juga product review yang ada di Soco apps, itu juga sesuatu yang baru kita temukan bahwa ternyata beauty product tuh penting banget baca review produk dulu. Jadi, banyak surprises yang jadi pelajaran dan jadi opportunity, yang akhirnya jadi achievement buat kita sekarang.

Suasana di salah satu Sociolla store yang ada di Puri Kembangan, Jakarta Barat, Senin (2/9/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Suasana di salah satu Sociolla store yang ada di Puri Kembangan, Jakarta Barat, Senin (2/9/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Saat pandemi, apa yang terjadi pada Sociolla, dan bagaimana Sociolla bertahan menghadapinya?

Saat pandemi menghantam, pastinya ada banyak campaign yang terpaksa harus di-pending, diubah, atau bahkan dibatalkan. Dengan berbagai adaptasi yang kita lakukan saat itu, Sociolla bisa terus berekspansi meski di tengah pandemi. Kita menambah jumlah outlet offline, merekrut lebih banyak pegawai, dan bahkan pada Oktober 2020 kita berani berekspansi ke Vietnam.

Kenapa kita bisa achieve itu semua di masa pandemi, karena kita punya keinginan yang besar untuk sustainable. Sejak awal, kita membawa value perusahaan bahwa kita harus cepat dan agile, harus cepat untuk improve, lah. Kita make sure walau apapun yang terjadi challenge-nya, pandemi ataupun krisis ekonomi, kita punya pondasi yang kuat dan sehat, baik dari sisi bisnis modalnya maupun dari timnya.

Wah, berekspansi ke Vietnam saat usia Sociolla baru 5 tahun. Apa yang menjadi pertimbangan dipilihnya Vietnam sebagai ekspansi pertama?

Kita menemukan bahwa vietnam adalah one of the fastest growing beauty market di South East Asia. Dan kita kalau mau ekspansi kan lihat yang dekat-dekat dulu, ya. Dan market mereka punya banyak kesamaan dengan market Indonesia. Populasinya lumayan banyak yang muda, mereka sangat melek digital, adopsi digitalnya sangat cepat, dan tren beauty-nya juga cepat. Meski ada perbedaan, tapi karakteristik konsumen di Vietnam cocok banget buat Sociolla, makanya kita merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat buat kita.

Bagaimana dengan penerimaan konsumen di Vietnam, terutama terhadap brand-brand lokal yang Anda bawa?

Aku baru saja pulang dari Vietnam. Pertama kali benar-benar melihat konsumen pascapandemi. Aku ketemu dengan konsumen, tim di sana, dan melihat marketnya juga. Surprisingly, penerimaannya lumayan bagus. Padahal kita kan bukanya selama pandemi, ya, dan Vietnam punya regulasi yang berbeda dengan indonesia. Persepsi konsumen juga sangat baik terhadap brand yang kita bawa. Sehingga kita semakin melihat bahwa Sociolla di Vietnam ini akan punya potensi yang lebih besar pascapandemi.

Ada tantangan ketika membawa dan memperkenalkan brand lokal di Vietnam?

Salah satu alasan mengapa kita mau ekspansi ke luar adalah karena kita ingin sebagai perusahaan yang basisnya di Indonesia, tentu ingin membawa produk Indonesia ke luar sana. Jadi kita berhasil membawa 3 brand lokal ke sana, sudah launching juga di Vietnam, sudah dijual di Sociolla Store sana. Kita bawa Carasun, Avoskin, dan esqa. Tiga brand ini sementara jadi representative yang kita bawa, mewakili kategori skincare, makeup, dan suncare.

Tapi membawa brand lokal ini nggak semata-mata bawa begitu aja ke luar, karena kita juga bekerja sama sangat dekat dengan brand owner di indonesia untuk bisa menemukan cara yang tepat untuk meluncurkan produk mereka di market yang baru. Karena Vietnam kan walau kita bilang punya banyak karakteristik yang sama, pasti juga punya hal yang berbeda, misal dari sisi trennya. Vietnam ini mungkin lebih banyak ke tren Korea. Mereka juga punya kebutuhan skincare yang berbeda, karena tipe kulitnya pun berbeda. Jadi aku juga baru tahu kalau tipe kulit orang Vietnam itu berbeda dengan orang Indonesia, karena mereka punya 4 musim. Dan ini juga berpengaruh ke shade makeup, karena skintone-nya juga berbeda. Jadi ketika kita mau bawa brand lokal ke sana, kita mau make sure brand ini akan suskses di vietnam.

Untuk di dalam negeri, apakah Sociolla mengutamakan bekerja sama dengan produk lokal?

Local brand ini kan sebenarnya lumayan baru di Indonesia, baru beberapa tahun terakhir. Dulu kita sempat ada tren Hollywood makeup, kemudian tren makeup Korea. Nah, kita fokus di giving our best to our customer. Dam kita merasa sebagai brand lokal, kita juga ingin support brand lokal lainnya. Kita melihat kualitas brand lokal juga tak kalah, kualitasnya punya potensi di market. Saat ini kita sudah punya lebih dari 200 brand lokal, nggak cuma skincare, tapi juga ada makeup, hair, dan lain-lainnya. Lumayan banyak, hampir setengah dari brand-brand yang ada di Sociolla. Tapi tentu ketika kita membawa brand lokal ini di Sociolla, kita bukan hanya ingin mereka sekadar ada, tapi juga support supaya mereka juga berkembang bareng-bareng kita.

Co-Founder dan CMO Social Bella (Sociolla), Chrisanti Indiana saat ditemui Suara.com di kantor Social Bella, Puri Kembangan, Jakarta Barat, Senin (2/9/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Co-Founder dan CMO Social Bella (Sociolla), Chrisanti Indiana saat ditemui Suara.com di kantor Social Bella, Puri Kembangan, Jakarta Barat, Senin (2/9/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]

Sociolla juga gencar mengedukasi konsumen soal pemilihan produk yang aman. Bagaimana caranya?

Edukasi itu hal yang sangat kita pegang dari awal. Kita edukasi, belilah produk yang bukan hanya tren, tapi juga 100 persen BPOM. Lihat keamanannya, keasliannya, agar semuanya terjamin buat customer. Dan sekarang, tak lagi sekadar BPOM, tapi belilah produk yang cocok untuk kulit masing-masing. Bagaimana caranya menemukan produk yang tepat? Nah, kita sediakan media platform namanya Beauty Journal, kemudian ada platform Soco yang saat ini memiliki jutaan real review dari customer yang belanja di Sociolla. Kita encourage customer kita untuk baca dulu review product sebelum beli. Kita ingin customer kita punya behaviour shopping yang lebih mindfull. Belanja yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan juga cocok, tapi yang paling penting juga harus produk yang BPOM.

Ada tips untuk para pemula di luar sana yang juga ingin memulai bisnis, terutama bisnis kecantikan?

Yang paling pasti, akan ada banyak sekali dinamika. Hal yang sebelumnya kita nggak tahu, kemudian menjadi challenge, dan ini bisa diubah menjadi opportunity. Jadi yang paling penting adalah kita harus bisa mempersiapkan diri sendiri: apa yang harus kita improve, kemudian bagaimana kita bisa memotivasi diri sendiri. Karena menjadi enterpreneur itu motivasi harus datang dari diri sendiri. Dan penting juga mencari lingkungan yang baik, yang selalu support kita. Dan yang terakhir adalah selalu siap improve apapun yang kita lakukan. Menjadi enterpreneur harus sangat agile, kita harus siap menemukan banyak tantangan, siap mengubah banyak hal, mencoba hal baru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI