Marthen Abrauw: Kalau Tanah Kami Diambil LAPAN untuk Bandar Antariksa, Lantas Nasib Kami Nanti Bagaimana?

Sabtu, 09 April 2022 | 11:26 WIB
Marthen Abrauw: Kalau Tanah Kami Diambil LAPAN untuk Bandar Antariksa, Lantas Nasib Kami Nanti Bagaimana?
Ilustrasi wawancara. Ketua Adat Marga Abrauw di Saukobye, Biak Numfor, Papua, Marthen Abrauw. [Foto: Jubi/Theo Kelen - Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saya berbicara dengan Dewan Adat. Jadi kami bawa kami punya keluhan, kami masyarakat ini, untuk menyampaikan itu kepada pemerintah. Kami orang, anak orang kecil, kami tidak bisa (tak berdaya). Karena kami bicara kami diancam (seandainya kami bicara). Kami masyarakat adat, kami dijamin juga dengan aturan (dalam UUD). Kami sampai sekarang masih bertahan.

Artinya kalau pembangunan itu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Tetapi kalau kami sendiri, masyarakat adat tidak berpikir itu, karena itu sudah lama juga. Bahasa "gula-gula" begitu. Banyak yang sudah terjadi (pembangunan proyek menyengsarakan masyarakat setempat), tidak ada kesejahteraan, seperti biasa saja sampai hari ini.

Jadi kita punya tanah tidak mau diambil. Saya tidak mau. Saya tidak mau ada paksa-paksa saya keluar, tidak bisa. Saya punya tanah turun-temurun dari saya punya nenek moyang. Moyang yang tinggalkan tanah buat saya, warisan terakhir (moyang) buat saya. Saya tidak bisa.

Ini kalau saya lepas, berarti saya punya generasi mau hidup di mana? Tidak bisa saya lepas tanah ini, tinggal sedikit saja untuk anak cucu dorang. Dan bukan hanya anak cucu saja, orang yang tinggal dengan saya di sini, hubungan kekeluargaan yang ada, kekerabatan yang ada. Jadi mereka mendukung saya, jangan lepas tempat. Saya memang tidak mau lepas tempat ini.

[Suara.com]
[Suara.com]

Lalu, adakah rencana mengembalikan uang Rp 15 juta dari LAPAN?

Jadi pemerintah punya sertifikat, saya yang punya tanah. Kami kasih kembali uang. Kami ada rezeki, kami akan kembalikan. Jadi saya tidak bicara pembangunan. Saya bicara saya punya tanah. Pembangunan (pemerintah) kamu punya.

Saya juga bicara tentang kesejahteraan, saya punya anak, saya punya generasi, belum tentu mereka dapat jaminan. Saya yang hidupnya seperti ini. Apalagi dorang bertabrak dengan kemajuan yang begitu besar.

Sebenarnya, sebelumnya adakah sosialisasi soal ini?

Kalau dari pemerintah, belum pernah untuk kita sendiri marga Abrauw. Kalau untuk masyarakat luas sudah.

Baca Juga: Koalisi Sipil Desak Pemerintah dan DPR Batalkan Pembentukan 3 Provinsi Baru di Papua

Di hutan adat, dekat pantai, itu ada pohon keramat marga Abrauw ya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI