Setahu saya di KPU sudah bahannya tetapi belum menjadi penelitian tersendiri ya, ini penting ke depan karena saya melihat bagaimana pun salah satu kata kunci suksesnya pemilu adalah kepercayaan publik, jadi kita membahas bagaimana upaya untuk mencegah dan penanganan disinformasi ini bermuara pada bagaimana agar publik percaya terhadap integritas dan kredibilitas baik proses maupun hasil daripada pemilu itu sendiri.
Saya kira ini penting untuk teman-teman pegiat pemilu, teman-teman CekFakta, penting untuk melakukan riset tentang ini, dan di KPU tentu ada sejumlah bahan terkait.
![Petugas mengecek kotak suara berisi logistik di Kecamatan Menteng, Jakarta, Senin (15/4). [Suara.com/Muhaimin A Untung]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/04/15/28822-surat-suara-pemilu.jpg)
Sebagai contoh yang saya sampaikan tadi misalnya tentang surat suara di kontainer. Ada juga hoaks tentang kandidat yang diduga akan mengganti ideologi negara dan sebagainya, ini kan perlu disikapi berhati-hati, karena hal yang sangat sensitif ini perlu secara mendalam dan bijak untuk disikapi.
Tetapi saya melihat dari pengalaman di lapangan, saya mencoba untuk memilah ya, ada yang memang karena informasinya tidak tersampaikan, ada juga suatu narasi yang sengaja dalam perspektif kajian wacana itu digenerik untuk mendapatkan atau membangun suatu perspektif tertentu di ranah publik.
Contoh ya, betul disampaikan tadi dalam setiap informasi yang dirilis KPU melalui media sosial itu, kasus tentang kardus bergembok itu selalu muncul. Tapi patut diduga, saya tidak menuduh, bahwa itu memang sengaja digenerik oleh orang-orang atau pihak tertentu yang ingin selalu meremainder kembali isu atau informasi di masa lalu untuk menjadi suatu maksud atau pandangan tertentu untuk konteks pemilu ke depan.
Kalau kita dalami dari aspek hoaks itu kan begitu ya, tidak semua kontennya baru. Bisa jadi berita lama yang sudah beberapa tahun yang lalu itu diupload kembali sehingga kalau kita tidak cermat membacanya itu seolah-olah berita baru, padahal itu sudah lama, sudah dilakukan klarifikasi, faktanya sudah dicek, sebenarnya secara esensi itu sudah selesai pada saatnya, tapi ini sering diulang-ulang untuk dimunculkan kembali.
Maka saya lihat ke depan memang pendidikan pemilih itu penting, di antara para pemangku kepentingan, termasuk teman-teman media menjadi sangat penting, karena sepertinya belajar dari praktiek dan data yang ada, salah satu tanntangan terbesar dari pemilu ke depan adalah hoaks, karena dia bisa masif dan sampai ke semua orang di mana pun dia, karena sepanjang orang itu memiliki gadget dia bisa masuk di situ.
Bagaimana KPU me-maintenance performa supaya dapat cepat merespon hoaks?
KPU telah melakukan sejumlah langkah, KPU melalui biro Parhumas, misalnya kami mulai mendata akun-akun yang dimiliki KPU RI, Provinsi, Kabupaten/kota di seluruh Indonesia, ini adalah media yang digunakan KPU untuk mempublikasikan, baik program maupun kegiatan untuk menyampaikan rilis terhadap isu yang penting disampaikan KPU kepada publik.
Baca Juga: Ketua Umum PPAD Doni Monardo: Purnawirawan Bisa Jadi Wirausahawan Sekaligus Pahlawan
Kemudian kami juga belakangan sudah mulai ada petugas dari staf biro kami. Jadi saya ini dilapori setiap malam sekitar pukul 10-11 malam, seluruh link berita online yang mampu mereka himpun menyangkut pemberitaan tentang KPU, jadi setidaknya kita bisa melihat secara ringkas