Plt Dirjen Kesmas Kemenkes Kartini Rustandi: Kejar Anak Belum Imunisasi Rutin, Kita Sweeping!

Selasa, 18 Januari 2022 | 18:10 WIB
Plt Dirjen Kesmas Kemenkes Kartini Rustandi: Kejar Anak Belum Imunisasi Rutin, Kita Sweeping!
Ilustrasi wawancara. Plt Dirjen Kesmas Kemenkes drg Kartini Rustandi. [Foto: Dok. Kemenkes RI / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sepanjang pandemi Covid-19, salah satu program kesehatan yang harus turut terganggu adalah program imunisasi rutin anak. Hal itu lantaran banyak orangtua takut membawa anak ke klinik atau rumah sakit, yang akhirnya pilih menunda imunisasi.

Padahal, imunisasi adalah hal vital untuk melindungi anak dari paparan virus dan penyakit berbahaya sejak dini. Sehubungan itulah, berbagai upaya pun dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memulihkan program imunisasi rutin anak kembali ke koridor yang seharusnya.

Lantas, bagaimana kini kondisi imunisasi rutin anak di Indonesia setelah pandemi hampir 2 tahun? Sudahkah seluruh klinik dan Puskesmas kembali menjalankan imunisasi rutin? Bagaimana upaya Kemenkes, memastikan semua anak Indonesia diimunisasi sesual jadwal?

Dalam sebuah acara offline sebelum pergantian tahun lalu, Suara.com berkesempatan berbincang dengan Pelaksana Tugas Dirjen Kesehatan Masyarakat (Plt Dirjen Kesmas), drg. Kartini Rustandi, M.Kes, membahas seputar program tersebut.

Baca Juga: Para Pejuang Kendeng: Sampai Kapan pun Kita Tetap Tolak Pertambangan dan Pabrik Semen

Berikut petikan perbincangan dengan dr. Kartini, yang ditulis ulang dalam format wawancara tanya jawab:

Akibat pandemi yang berlangsung selama hampir 2 tahun, mempengaruhi imunisasi rutin anak. Lalu, bagaimana kondisi hingga di akhir 2021 ini?

Artinya kita mengupayakan saat ini percepatan, bahkan mungkin tahun depan akan ada beberapa sweeping dilakukan untuk imunisasi.

Karena memang kalau ada kasus-kasus (kesehatan) kita melakukan sweeping, jadi artinya mengejar anak-anak yang belum terimunisasi akan ada program di Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P Kemenkes).

Sebenarnya Bu, seberapa jauh kemunduran imunisasi anak dari jadwal yang seharusnya sudah ditetapkan akibat pandemi? Lalu, imunisasi apa yang terlihat cukup tertinggal jauh?

Baca Juga: drg Widyawati: Hoaks Vaksinasi Covid-19 Jadi yang Terparah Sepanjang Pandemi Tahun Ini

Sebetulnya nggak bisa dikatakan mundur, karena tergantung anaknya umur berapa, karena kan imunisasi, secara umum memang belum selesai.

Biasanya kan usia 1 tahun sampai 8 bulan sudah selesai campak, jadi ini yang kita kejar.

Plt Dirjen Kesmas Kemenkes drg Kartini Rustandi dalam sebuah kegiatan. [Dok. Kemenkes RI]
Plt Dirjen Kesmas Kemenkes drg Kartini Rustandi dalam sebuah kegiatan. [Dok. Kemenkes RI]

Jadi, imunisasi campak jadi salah satu yang paling terdampak dan banyak yang belum lengkap atau tuntas ya, Bu?

Iya, biasanya (difteri, pertusis, dan tetanus) DPT 1, DPT 2, DPT 3, (hepatitis B) Hb-0, dan terakhir campak, itu satu paket.

Jadi dari sampai umur 2 bulan seharusnya, tapi banyak yang tertunda. Mungkin harusnya jadwal imunisasi campak, tetapi ibunya kena Covid-19 atau ada keluarga berduka, sehingga mau nggak mau kita akan lakukan sweeping lagi.

Bagi sebagian orang yang takut pergi ke Puskesmas atau klinik, maupun masyarakat yang tinggal jauh di pedesaan. Apakah Kemenkes masih melakukan sistem jemput bola ke rumah masyarakat untuk imunisasi anak?

Iya, kalau teman-teman di lapangan itu sekarang Posyandu terbatas (karena kapasitas). Kemarin saya di Bekasi dan di Kolaka kita melihat Posyandu.

Jadi ketika mereka tidak hadir, ya kader itu datang ke rumah untuk mengukur panjang bayinya, berat bayinya dan mencatat.

Memang keterlambatan informasi, mereka selesai mencatat harus balik lagi ke Puskesmas, dan dari satu rumah ke rumah. Tidak bisa untuk satu orang dikumpulkan, kan beda itu sudah dilakukan mereka.

Artinya mereka dalam kondisi apapun tetap melakukan imunisasi.

Adakah saat ini daerah di Indonesia yang perlu mendapat perhatian lebih, karena target imunisasi anaknya masih tertinggal karena pandemi?

Semua harus dilihat setiap daerah. Apalagi kesehatan itu salah satunya sudah di otonomi daerah.

Nah, kita hanya memotret mengingatkan kepada pemerintah daerah, kepada puskesmas untuk melaksanakan imunisasi anak.

Lalu, gimana Bu, apakah pandemi sudah mulai terkendali di Indonesia, sudahkah terlihat tingkat imunisasi anak di Indonesia membaik, seperti awal sebelum pandemi?

Ya istilahnya sudah mulai. Yah, walaupun namanya orang masih sebagian takut keluar. Tapi sebagian sudah bisa, tentunya banyak ibu-ibu ingin anaknya sehat jadi ke posyandu.

Oh kemarin saya di Irian Jaya, juga di Papua di Posyandu Griya tetap melakukan (imunisasi). Bahkan mereka datang hampir 40 anak datang, jadi tetap mereka lakukan.

Plt Dirjen Kesmas Kemenkes drg Kartini Rustandi. [Istimewa]
Plt Dirjen Kesmas Kemenkes drg Kartini Rustandi. [Istimewa]

Kalau bisa diperkirakan dalam jumlah persentase, kira-kira berapa persen tingkatan imunisasi rutin anak sudah kembali seperti sedia kala sebelum pandemi?

Sebetulnya kalau secara umum 50 persen melaksanakan. Semuanya melaksanakan, hanya memang dengan Posyandu sekarang yang biasanya (boleh datang) 70 orang, sekarang tidak boleh penuh (karena kapasitas dibatasi).

Berarti ada pilihan dua, sebagian minggu ini dan minggu depan. Kalau misalnya sebulan dua sekali, mungkin ini adalah satu bulan sekali, jadi dibagi grup satu, grup dua, tapi bisa juga ada yang sekali tapi sisanya dia cicil berjalan.

Terakhir Bu, adakah tips untuk para ibu dan anak agar kesehatan terjaga, pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan baik, sehingga tidak terjadi stunting?

Pastinya kepada ibu mulai dari dirinya harus menjaga diri sehat, supaya dia bisa menjadi calon ibu yang sehat. Sehat itu bukan hanya program tablet tambah darah loh. Pola makan sehat, olahraga cukup itu harus.

Lalu yang kedua, kalau dia jadi calon ibu, lalu sudah tahu hamil maka dia harus betul-betul memantau kehamilannya.

Sekarang ada kebijakan dari Kemenkes diharapkan minimal 6 kali, kalau dulu cuma 4 kali selama kehamilan sembilan bulan.

Kenapa, karena kita ingin lebih pantau lebih ketat lagi, itu PR-nya orang kesehatan.

Setelah itu dia harus melahirkan di fasilitas kesehatan. Lalu anaknya, yang pertama, tolong diperhatikan bisa memberikan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI