Para Pejuang Kendeng: Sampai Kapan pun Kita Tetap Tolak Pertambangan dan Pabrik Semen

Senin, 10 Januari 2022 | 06:20 WIB
Para Pejuang Kendeng: Sampai Kapan pun Kita Tetap Tolak Pertambangan dan Pabrik Semen
Ilustrasi wawancara. Gunretno dan Joko Prianto, pejuang Kendeng. [Foto: Istimewa/Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puluhan tahun Gunretno berjuang melawan Pabrik Semen Gersik. Dia menjadi simbol bahwa perjuangan warga Kendeng menolak Pabrik Semen Gresik tak pernah padam, karena hadirnya pabrik semen dinilai akan menambah kerusakan resapan air yang ada di Pegunungan Kendeng.

Tinggal di Sukolilo, Kabupaten Pati, waktu Gunretno sebenarnya hampir dihabiskan untuk bertani. Stigma negatif yang sering kali ditimpakan kepada Komunitas Sedulur Sikep yang mempunyai pekerjaan sebagai petani, menjadi cambuk untuk menyatakan bahwa dengan bertani sudah bisa sejahtera.

Tanpa mengenyam pendidikan formal, Gunretno kini menjadi Ketua Kelompok Kerja Forum Karst Sukolilo untuk penyelamatan Pegunungan Kendeng yang anggotanya terdiri atas para profesor dan doktor lima universitas.

Dia juga seperti penyambung lidah Sedulur Sikep. Rumahnya hampir tak pernah sepi. Tamu dari berbagai kalangan kerap kali datang ke rumahnya, tak terkecuali awak media.

Baca Juga: Terasing di Negeri Sendiri, Petaka Tambang Semen Bagi Sedulur Kendeng

Untuk mengetahui kisah Gunretno lebih lengkap, belum lama ini Suara.com berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengannya. Berikut petikan perbincangan dengan sang pemuda pembuka cakrawala Baduy tersebut:

Kenapa Sedulur Sikep masih menolak pabrik semen?

Perlu diketahui bahwa dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng menyatakan terdapat kerusakan lingkungan yang sangat krusial. Apabila tidak segera ditanggulangi akan membawa risiko bencana ekologis besar yang tidak terelakkan.

Dalam RTRW Kabupaten Pati 2010-2020 yang dimuat dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011, pada pasal 2, menyatakan bahwa penataan ruang Kabupaten Pati bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Pati sebagai Bumi Mina Tani berbasis keunggulan pertanian dan industri berkelanjutan.

Adapun di dalam dokumen KHLS Pegunungan Kendeng wilayah Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Kayen dan Kecamatan Tambakromo dinyatakan sebagai kawasan lindung yang tidak boleh ada kegiatan yang merusak dan mengganggu fungsi kawasan karst sebagai akuifer hidrologi.

Baca Juga: Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi: PPKM Diperketat Lagi pun, Saya Yakin Warga Kami Siap

Sekarang dampaknya sudah seperti apa?

Belum ada pabrik semen terkait kondisi petani, jadi ancaman terbesarnya adalah petani menjadi tak punya lahan karena lahannya digunakan untuk penambangan. Belum berbicara soal dampak lingkungan, dari proses rencana, banyak sedulur yang pecah-belah.

Apa upaya Sedulur Kendeng untuk melawan penambang di Pegunungan Kendeng?

Dulu, menang di Sukolilo penolakannya, namun pengrusakan yang terus-menerus, sampai kita meminta Presiden saat kita diundang di Jakarta, meminta untuk Kendeng Utara meliputi Pati, Grobogan, Blora dan Rembang kami minta untuk dilakukan KLHS.

Apa hasil dari KLHS itu?

Dari hasil KLHS ini dinyatakan terdapat kerusakan yang begitu besar maka tak boleh untuk mengeluarkan izin baru. Itu hasilnya. Hasil KLHS merekomendasikan kawasan Cekungan Air Watuh Putih dijadikan kawasan lindung karena itu adalah gentongnya air.

Namun, kenapa pabrik semen tetap beroperasi?

Jadi situasinya itu, Sedulur Kendeng menang di KLHS dan pengadilan. Namun faktanya pabrik semen masih beroperasi. Untuk itu kami berharap Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) mempunyai rasa malu. Selalu berbicara bahwa negara hukum, namun ketika rakyat sudah memenuhi hukum kenapa putuan itu tak dijalankan.

Sedulur Kendeng juga sempat bertemu Kepala Staf Kepresidenan KSP Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Apa hasilnya?

Ada dua opsi yang disampaikan oleh KSP. Opsi pertama adalah karena pabrik semen yang di Rembang sudah mengantongi izin operasi, maka pabrik boleh beroperasi namun harus mengganti semua kerusakan lingkungan. Kedua, lakukan kajian ulang terkait adanya aliran sungai bawah tanah. Ketika itu ada bukti ada aliran sungai bawah tanah, berarti itu adalah lindung dan kars tak boleh ditambang.

Apa yang dipilih pabrik semen?

Pada akhirnya pabrik semen memilih opsi kedua untuk melakukan penelitian dengan cara mengebor.

Apa sudah ada hasil dari pengeboran itu?

Waktu itu saya pernah diundang, ada Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan beberapa akademisi yang punya jurusan geologi. Saat itu disampaikan, dikatakan penelitian yang paling akurat yaitu dengan cara mengebor, namun tak punya biaya. Pihak ESDM memutuskan untuk menggunakan hasil pengeboran pabrik semen.

Dan, apa hasil pengeboran pabrik semen?

Setelah mengikuti beberapa hari hasilnya tak pernah disampaikan. Kita tak pernah dilibatkan dan sampai kita minta hasilnya tak disampaikan sampai sekarang. Saat itu, aku juga berkirim surat namun tak pernah dikasih.

Sebenarnya mereka (pabrik semen) lebih menghindari untuk berargumen dengan kita ini. Karena di dalam dokumen AMDAL mereka mengakui ada aliran sungai bawah tanah.

Kalau menyatakan ada aliran sungai bawah tanah berarti harus berhenti. Di segala lini sudah terkunci, sebenarnya pabrik semen itu tak bisa beroperasi.

Apa selanjutnya yang diinginkan Sedulur Kendeng?

Maka kami tantang Menteri ESDM, kalau tak punya biaya biar warga saja yang melakukan pengeboran. Bukti ada aliran air bawah tanah atau tidak, bisa kita tonton secara terbuka.

Mulai dari 2006 sampai sekarang ini sudah puluhan tahun. Mestinya pemerintah harus evaluasi bahwa tujuan dari mensejahterakan dengan cara merusak linkungan itu tak dibenarkan.

***

Joko Prianto alias Print, salah seorang yang masih vokal dan berusaha tegar memperjuangkan kelestarian Pegunungan Kendeng. [Dok. istimewa/Suara.com]
Joko Prianto alias Print, salah seorang yang masih vokal dan berusaha tegar memperjuangkan kelestarian Pegunungan Kendeng. [Dok. istimewa/Suara.com]

Upaya memperjuangkan kelestarian Gunung Kendeng memang tak bisa berjalan mulus begitu saja. Ancaman hingga kriminalisasi seringkali menjadi risiko yang harus dihadapi aktivis lingkungan di berbagai daerah. Salah satunya seperti yang dialami oleh Joko Prianto.

Sampai saat ini, Joko Prianto adalah salah seorang yang masih vokal dan berusaha tegar memperjuangkan kelestarian Pegunungan Kendeng. Saat ini pula, dia masih berstatus sebagai tersangka beberapa kasus yang dilaporkan oleh pengacara pabrik semen.

Print, sapaan akrab Joko Prianto, tinggal di Tegaldowo, Kabupaten Rembang. Tempat tinggalnya itu, menjadi saksi bisu perjuangan Print. Rumah panggung milik Print itu sempat didatangi sejumlah tokoh lokal hingga nasional, untuk membujuk Print agar berdamai dengan pabrik semen.

Namun, usaha tersebut sia-saia. Print tak mau memakan lidahnya sendiri. Akhirnya, sejumlah pejabat yang datang ke rumah Print terpaksa pulang dengan tangan kosong lantaran tak dapat membujuk Print untuk berdamai.

Kini Print masih berjuang. Rumahnya dipenuhi dengan ekspresi penolakan tersebut; mulai dari pagar rumah hingga kamar mandi dipenuhi dengan tulisan-tulisan penolakan pabrik semen. Hal itu menandakan Print tak main-main memperjuangkan Pegunungan Kendeng.

Berikut petikan perbincangan eksklusif Suara.com beberapa waktu lalu, dengan sang pemuda ujung tombak perjuangan Sedulur Sikep itu:

Kapan mulai perhatian soal konflik lingkungan terutama Pegunungan Kendeng?

Saya terlibat persoalan Pegunungan Kendeng pertama 2012. Yang membuat saya perhatian kepada Gunung Kendeng karena ini kewajiban setiap orang di mana wajib untuk melestarikan lingkungan terutama di sekitar lingkungan kita. Bagaimana pun itu adalah kewajiban kita.

Apa saja kendala yang dihadapi?

Banyak kendala yang kami hadapi terutama membuka ruang berfikir masyarkat tentang kesadaran lingkungan Pegunungan Kendeng. Hal ini yang sangat sulit, banyak orang menjaga kelestarian Pegunungan Kendeng yang berhadapan dengan korporasi di mana mereka bersekutu dengan salah satu penguasa.

Adakah intervensi? Katanya beberapa kali dikriminalisasi ya?

Intervensi, untuk status saya sampai sekarang masih tersangka terkait laporan dari pengaca pihak semen dimana saya dituduh memalsukan dokumen. Selain itu juga dilaporkan terkait penyebaran hoaks dan dituduh melanggar HAM.

Apakah perjuangan mempertahankan Pegunungan Kendeng berdampak kepada keluarga?

Dampaknya sangat luar biasa terutama di keluarga, kalau salah satu keluarga tak mendukung pasti perjuangan tak berjalan lancar. Kebetulan kendala tersebut juga terjadi kepada diri saya. Bahkan saya sampai bercerai dengan istri saya. Namun, sekarang sudah dapat istri yang mendukung perjuangan saya. Kalau tak ikut memperjuangkan Gunung Kendeng malah saya dimarahin.

Apa yang membuat jenengan sampai saat ini masih bertahan memperjuangkan Gunung Kendeng?

Yang membuat saya mempertahankan dan memperjuangkan kelestarian Gunung Kendeng karena faktor lingkungan dan sosial. Bagaimanapun kita adalah tamu. Kita harus menghormati tuan rumah (alam). Kalau Pegunungan Kendeng rusak generasi selanjutnya ini akan sengsara.

Apakah ada ancaman yang mengancam nyawa?

Kalau soal ancaman dan intimidasi sangat luar biasa. Tapi saya bersyukur sampai sekarang diberikan kesehatan. Bahkan pernah juga didatangi preman.

Apakah ada pejabat-pajabat yang lobi untuk memutus perjuangan Gunung Kendeng?

Kalau soal pejabat itu sangat banyak sekali, namun tak etis jika saya menyebutkan nama. Memang banyak pejabat bahkan dari Jakarta itu datang ke sini berusaha untuk lobi, namun sikap saya tegas, persoalan Gunung Kendeng tak bisa dinegosiasikan.

Siapa saja yang datang ke rumah?

Untuk pejabat yang pernah datang kebetulan ada Komisaris Semen Independen Pak Sony Subrat, kedua mantan Kepala BIN Sutiyoso, DPR dan Bupati pernah datang.

Satu hal yang paling diingat dalam memperjuangkan Gunung Kendeng?

Ya, momen yang paling saya ingat ya melestarikan Gunung Kendeng. Di sini banyak belajar tentang apa pun, tentang kerukunaan dan persaudaraan. Yang pasti kita berjuang dengan riang gembira tak dibuat beban.

Mau sampai kapan akan berjuang?

Kalau sampai kapan, namanya perjuangan ya sampai saya hidup akan berjuang. Tak ada batasan kapan perjuangan itu akan berakhir.

[Somad]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI