Suara.com - Virus Covid-19 varian Omicron menjadi ancaman baru di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga selesai. Usai varian Delta yang mewabah pertengahan tahun lalu, Indonesia kini tengah menghadapi ancaman lanjutan dari varian Omicron.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, PhD mengatakan kemampuan Indonesia mendeteksi adanya varian Omicron tidak kalah dari negara lain. Indonesia dikatakannya menggunakan polymerase chain reaction atau PCR khusus, yang mampu secara mutakhir mendeteksi virus corona termasuk varian Omicron.
PCR khusus tersebut yakni S-gene target failure (SGTF), merupakan inovasi baru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) guna menambal kapasitas laboratorium whole genom sequencing (WGS) Indonesia yang terbatas.
Lalu pertanyaannya, bagaimana cara kerja SGTF ini, dan bagaimana hasilnya mendeteksi varian Omicron? Tersedia di mana saja, dan berapa jumlah laboratorium WGS yang dimiliki Indonesia? Lebih dari itu, bagaimana pula perkembangan kesehatan Indonesia di masa pandemi?
Baca Juga: Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi: PPKM Diperketat Lagi pun, Saya Yakin Warga Kami Siap
Dalam kunjungan ke Kampung GERMAS di Desa Pranggong, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis, 10 Desember 2021, Suara.com berkesempatan berbincang dengan Wamenkes Dante membahas varian Omicron hingga kondisi kesehatan Indonesia di masa pandemi.
Berikut petikan perbincangan dengan Wamenkes Dante, yang ditulis ulang dalam format wawancara tanya jawab:
Pak Wamenkes, di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura hingga Australia varian Omicron sudah terdeteksi. Bagaimana dengan Indonesia?
Jadi Omicron sampai saat ini sudah kita lakukan Whole Genome Sequencing (WGS) masih belum teridentifikasi, belum ada Omicron di Indonesia --sampai dengan saat wawancara pada 10 Desember 2021 --Red. Walaupun belum ada, kita tetap melakukan identifikasi terutama di daerah pintu masuk baik darat, laut, dan udara.
Dengan cara, semua kasus yang PCR-nya positif dilakukan WGS, yaitu memetakan gennya sehingga kita bisa tahu bahwa itu varian Omicron atau bukan.
Baca Juga: Ketua Umum Asita Nunung Rusmiati: Wisata Insya Allah Aman, Kita Siap Jaga Prokesnya
Sebenarnya ada berapa laboratorium WGS di Indonesia, Pak Wamenkes?
Di WGS kita hanya punya 12 laboratorium, mungkin akan nambah menjadi 14 laboratorium.
Laboratorium WGS kita dinilai lambat bekerja, bagaimana cara mengatasinya, Pak?
Supaya ini bisa akselerasi lebih cepat. Kita akan melakukan metode baru dengan menggunakan PCR khusus, yang namanya S-gene target failure (SGTF), yang akan mendeteksi menggunakan PCR dengan menentukan probable Omicron.
Fungsinya untuk mengetahui posisi khusus squencing DNA dan RNA, di mana tempat khusus, yang mana bisa mengidentifikasi itu sudah kita kembangkan.
Dan kita sudah punya 30 kit, untuk per satu kit berisi 124. Kita punya 3000 lebih kit yang akan mengidentifikasi Omicron dengan cara bukan WGS tapi dengan RNA.
Fokus diterapkan dimana alat PCR khusus itu, Pak?
Diutamakan pintu masuk negara di Bandara Soekarno Hatta, kemudian e-ticketing dan bandara lainnya, kita melakukan metode SGTF tersebut.
Selain itu Pak, vaksin booster juga disebut-sebut bisa melindungi masyarakat dari varian Omicron, kapan mulai diberikan?
Booster kita tentukan seperti arahan Bapak Presiden, untuk memulai booster tanggal 1 Januari 2022.
Untuk booster kita sedang menyusun beberapa strategi, karena kebutuhan booster akan melipatgandakan kebutuhan belanja untuk vaksin.
Rencananya, akan ada dua strategi yang dilakukan pertama dengan untuk PBI (Penerima Bantuan Iuran) boosternya gratis, sedangkan non PBI itu nanti berbayar.
Apakah vaksinasi booster dipastikan tidak akan mengganggu vaksinasi 1 dan 2, yang saat ini belum mencapai target?
Jadi untuk booster nanti akan diprioritaskan untuk fasilitas kesehatan swasta. Sedangkan TNI-Polri serta fasilitas kesehatan milik pemerintah akan memprioritaskan untuk mengerjakan vaksinasi dasar, di target vaksinasi Covid-19 dosis 1 dan 2.
Kira-kira untuk vaksin booster, siapa saja warga Indonesia yang ditargetkan?
Kita utamakan untuk lansia dan mereka yang punya komorbid terlebih dahulu.
Pak Wamenkes Dante, bagaimana dengan vaksinasi Covid-19 anak usia di bawah 12 tahun yang juga dinilai penting?
Vaksinasi anak usia 6 hingga 11 tahun, mulai dilaksanakan tanggal 14 Desember 2021.
Vaksin untuk anak akan kita utamakan kita alokasikan sekitar 58 hingga 64 juta dosis, dan kita sesuaikan dengan umur anak. Selain anak 6-11 tahun, anak usia 11-12 tahun itu juga ditargetkan.
Selanjutnya Pak, perihal berbagai penyakit menular dan tidak menular selain Covid-19, diprediksi jadi ancaman bahkan melonjak setelah pandemi. Bagaimana Anda melihat potensi ancaman ini?
Iya memang untuk TBC (tuberkulosis), masih mempunyai peringkat ketiga di seluruh dunia, setelah China dan India.
Jadi saya saat berkunjung ke RSUD Pandan Arang, menemukan secara langsung 2 kasus TBC tadi.
Jadi bukan data yang tidak evidence base, tadi di rumah sakit kita buktikan sendiri, menemukan kasus TBC secara langsung.
Jadi saya minta, untuk melakukan aktif case finding atau menemukan kasus kontak erat pada kasus TBC yang ada.
Dan ini bisa dilakukan secara aktif oleh instansi dan dinas kesehatan, Puskesmas dan beberapa penanggung jawab di wilayah setempat.
Apakah Anda melihat berbagai ancaman kesehatan setelah pandemi, karena berbagai layanan kesehatan dan penyakit yang sempat terhenti?
Jadi memang beberapa sektor kesehatan mengalami penurunan. Sektor kesehatan angka imunisasi beberapa waktu lalu saat pandemi besar mengalami penurunan.
Kemudian posyandu angka kunjungannya berkurang sekitar 42 persen. Jadi punya potensi masalah kesehatan di beberapa waktu lalu yang akan datang.
Tetapi kelihatannya, kita mulai aktif dan mulai bangun. Setelah pandemi mulai mereda, beberapa sektor di masalah penimbangan posyandu mulai aktif lagi.
Kemudian imunisasi di tempat Posyandu telah berjalan, mudah-mudahan ini tidak jadi masalah yang signifikan.
Informasi yang didapat juga Anda gencar ingin mengurangi angka kematian ibu saat melahirkan. Benarkah ingin menyediakan alat USG (ultrasonografi) di seluruh Puskesmas Indonesia?
Jadi masalah utama kesehatan kita di RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) adalah angka kematian ibu yang masih tinggi, dan itu kebanyakan terjadi di fasilitas kesehatan.
Kenapa begitu? Karena kita terlambat merujuk di fasilitas kesehatan. Supaya tidak terlambat merujuk, maka identifikasi kalau ada kelainan pada saat kehamilan itu menjadi sangat penting.
Bagaimana mengidentifikasi pada saat kehamilan? Salah satunya adalah dengan menggunakan alat. Alat itu adalah USG.
Nanti kita sedang melakukan program untuk mendistribusikan USG ke Puskesmas di Indonesia.
USG tersebut akan dilakukan oleh dokter yang ada di Puskesmas, sehingga kalau ada kelainan pada saat kehamilan maka cepat dirujuk, dan cepat ditangani oleh Dokter Obgyn atau Dokter Kebidanan.
Sehingga nanti rujukannya tidak terlambat pasien sudah direncanakan dari awal, ini yang bisa lahir di puskesmas, ini yang lahir di rumah sakit karena kita sudah menggunakan USG untuk mengidentifikasi (masalah kehamilan) tersebut.
Untuk USG di seluruh Puskesmas ini, adakah daerah yang jadi target khusus yang perlu jadi perhatian?
Semua daerah puskesmas, kita sudah launching sekitar 200 USG sudah didistribusikan.
Mungkin sekarang kita sudah ada 2.800 USG yang didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Lalu, salah satu masalah Indonesia adalah stunting yang masih tinggi, dan Kampung GERMAS bisa jadi salah satu solusinya. Benarkah begitu Pak Wamenkes Dante?
Jadi ternyata ada potensi di masyarakat yang bisa kita kembangkan selain puskesmas, yaitu Kampung GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat).
Dengan adanya Kampung GERMAS ini, itu adalah inisiasi yang berasal dari masyarakat untuk masyarakat oleh masyarakat.
Apa yang kita lihat di Desa pranggong hari ini, adalah bukti bahwa masyarakat secara mandiri.
Tadi saya lihat, ini tanpa dana tambahan dari pusat, mereka bisa kembangkan dengan dana mandiri tersebut.
Kampung GERMAS, yaitu kampung kesehatan di mana masyarakat bisa berperan secara langsung secara aktif, berinovasi. Inovasi ini mengandalkan potensi lokal yang ada.
Dengan adanya Kampung GERMAS ini, maka beberapa target seharusnya bisa tercapai.
Misalnya target RPJMN mengenai stunting, itu bisa diupayakan untuk bisa turun, dengan adanya kampung sehat germas seperti ini.
Ini karena sebagai upaya dari masyarakat secara langsung.
Anda juga disebutkan berjanji akan menerapkan Kampung GERMAS ini di seluruh Indonesia. Bagaimana cara mewujudkannya, Pak?
Jadi contoh seperti ini akan kita terapkan, dan akan kita coba replikasi ke masyarakat di tempat lainnya.
Jadi kita akan punya 2 pivot (gerakan), satu pivot yang berasal dari pemerintah, yaitu upaya-upaya kesehatan, seperti Puskesmas dan yang satu berasal dari masyarakat, yaitu Kampung GERMAS.
Dan ini kita upayakan akan bereplikasi di tempat-tempat lain di seluruh indonesia.
Kira-kira Pak, adakah daerah khusus di Indonesia yang perlu perhatian, untuk disegerakan dibuat Kampung GERMAS?
Kita akan coba untuk mapping, untuk teknis kita akan coba rapat untuk mengembangkan Kampung GERMAS ini, di beberapa tempat.
Nanti saya akan undang Kepala Desa Pranggong untuk presentasi, bagaimana mengembangkan potensi ini di tempat lain.
Saat ini kalau boleh tahu, sudah ada berapa Kampung GERMAS yang berhasil terbentuk, Pak?
Saya tidak punya data, tapi beberapa desa sudah mengembangkan Kampung GERMAS.