Suara.com - Hampir di sepanjang pandemi Covid-19, sektor pariwisata yang notabene melibatkan banyak aktivitas fisik termasuk kontak antar-manusia, bisa dikatakan termasuk yang paling terpukul dan mengalami kemerosotan besar. Bahkan sampai saat ini pun, meski angka kasus Covid-19 sudah cenderung melandai dan banyak wilayah di Indonesia sudah pada kategori relatif aman, sektor wisata masih belum bisa disebut pulih.
Sehubungan itu, apalagi memasuki periode pergantian tahun di mana normalnya sektor pariwisata ramai dan para pelaku industrinya bisa bersenang hati, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) menilai sebenarnya ini bisa menjadi salah satu momen untuk kembali bangkit. Apalagi dengan memastikan bahwa Asita selaku salah satu stakeholder penting sektor pariwisata juga senantiasa mengikuti berbagai kebijakan dan protokol terkait penanganan pandemi Covid-19 yang diatur pemerintah.
Setidaknya, itulah yang terungkap dari pandangan Ketua Umum Asita, Dr Nunung Rusmiati, dalam bincang-bincang online di forum FGD bersama Suara.com, baru-baru ini. Lebih lengkapnya, berikut petikan pembicaraan dengan Nunung Rusmiati, yang ditulis ulang dalam format wawancara khusus tanya-jawab:
Setelah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik dalam pariwisata, beberapa waktu waktu lalu terdapat kebijakan PPKM level 3, bagaimana pendapat Ibu sebagai Ketua Asita mengenai hal tersebut?
Saya sangat mendukung akan kebijakan tersebut untuk mencegah kenaikan kasus covid 19. Kita sudah belajar 2 tahun, kita sudah tau persis, 2 tahun itu tidak sebentar apalagi untuk pengusaha. Pengusaha itu bebannya sangat berat, tidak ada pemasukan tapi harus ada pengeluaran. Saya sebagai ketua umum, saya memberikan wejengan yang positif. Janganlah karena baru 6 bulan untuk staf kita dikurangi staf kita gajinya atau haruslah karena kita sudah bertahun-tahun mendapatkan keuntungan dan itu alhamdulillah di ikuti dalam arti postitif karena kita saling berbagi. Tapi kan artinya sama, kalau sudah akhirnya 6 bulan atau setahun lagi, saya cuma punya satu tahun lagi. Nah saya sudah tidak bisa memaksakan mereka untuk jangan nggak bayar ya karena memang sudah waktunya gitu, apalagi kita sudah melihat situasi sudah mulai melandai, kita juga bisa melihat bahwa kita ini penduduknya 280-290 juta dan kita juga harus bangga karena itu adalah kekuatan kita. Seperti yang saya bilang sangat besar dari 34 provinsi dan 515 kabupaten, sebenarnya dari awal banyak sekali kabupaten-kabupaten yang sangat tidak, bahkan tidak lebih dari 10-20. Kita ini besar, punten tidak seperti singapur yang sangat belok-belok deh. Nah jadi di sini kekuatan kita, jadi tolong dipisahkan, bener yang tadi itu yang tadi level 3. Pertama, setiap saya kemana-mana, saya ke lombok ketemu dengan gubernur, ke kepulauan riau itu ketemu gubernur, ke padang ketemu dengan gubernur, ke bali ketemu dengan gubernur, kemarin ke surabaya ketemu wakil gubernur, bupati, kepala dinas, intinya mereka semua sama berusaha untuk menjadikan level 1 dan 2 dan mereka berusaha keras sekali. Jadi mohon untuk baremeter tersebut dilakukan. Tentu saja saya mendukung, tapi saat ini, tolong mengerti juga pemerintah mudah-mudah yang daerah level 1 dan 2 tetep 1 dan 2 cuma pelaksanaannya, tapi tetap pelaksanaannya itu juga memang protokol kesehatan yang kuat tapi tidak perlu diketatkan sekali karena kasihan ini banyak sekali, ini kalo di asita desember itu adalah panennya, jangan karena kita sudah berharap panen ada terus ditutup kembali. Jadi waktu itu (kita) berharap ada panen sedikit (dan) kita bisa bertahan, jadi ke tutup kembali. Nah mudah-mudah, kemarin saya dengar ini sedang di diskusikan. Kita bisa melihat negara-negara lain, seperti kuala lumpur dari awal itu lockdown sampe sekarang itu masih lockdown cuma langkawi, tetapi kita belajar seperti yang misalnya turki dari september tahun lalu itu sudah buka dan saya pergi ke sana ingin tahu, tahun lalu di desember, di Uzbekistan, sampai sekarang bebas, sekarang dia lagi mid-season. Sampe hotel penuh di bulan desember. Nah yang kita usahakan untuk pandemi (kita) menjadi endemy. Misalnya (kemarin) inggris udah ini-ini, kita optimisi jangan yang di ungkapkan yang jeleknya. Kan inggris tadinya karena terlalu ini, naik lagi. Kita lihat kuala lumpur persis bener-bener mengikut sampai sekarang cuma dari langkawi, langkawi pun bulan kemarin ga buka-buka sampe sekarang masih lockdown, saya pun ke kuala lumpur ga bisa baru kemarin.
Sebelumnya Ibu mengatakan bahwa Asita meminta untuk peraturan level 3 diberi tahu dahulu, jangan serba mendadak. Apakah dari pemerintah tidak memberitahu dahulu sebelum mengumumkan, Bu?
ya sekarang ini kan memang sebetulnya, ini tidak rahasia umum, dalam arti kita bisa lihat di media-media. Walaupun bukan level 3 ini, misalkan dari tadi antigen sekarang jadi pcr, ya walaupun menurut pemerintah, punten sudah disosialisasikan seminggu. Tapi kan yang tadi lagi-lagi, rakyat kita itu banyak. Jangan kan cuma bicara news gitu lho, pertama, mungkin dia ga punya tv kedua, dia ga punya handphone ketiga, yang penting aja untuk edukasi anaknya dia tidak punya handphone apalagi Cuman membaca berita gitu lho. Jadi ini juga tolong betul sekali kita bisa lihat, kita semua harus belajar, nah ppkm emang masih di diskusikan. Mudah-mudah saya meminta memang kalau itu, cepat di beritahukan dan juga jangan misalnya baru wacana atau apa, tolong betul-betul ini dipikirkan, jangan asal, misalkan oh nanti dilakukan level 3, ternyata kemarin pak gubernur (katanya) menurut saya sih pelaksanaannya bukan begini. Itu masih mereka-reka. Termasuk kemarin juga waktu saya diskusi dia bilang masih bingung. Tolonglah ini rakyat di Indonesia ini cukup besar, kalau saya karena saya ketua umum, saya betul-betul melihat akhirnya (di) tv tuh news aja karena saya juga ingin update kan, saya kan ingin anggota saya khususnya 7.000 bergeliat, intinya saya ingin pariwisata ini berjalan sehingga anggota saya ada bisnis lagi jadi penekanannya melakukan sesuatu (itu) satu, jauh-jauh hari, kedua harus ada barometernya ketiga, ini sudah cukup, dua tahun, jadi saya setuju waktu itu (mengenai) kesehatan keempat, ikuti kata-kata, saya selalu ikuti kata-kata pak jokowi, injek rem, tancap gas, kita harus balance. Tolong empat itu jadi patokan untuk kita. Apalagi tahun baru bisa di bilang panenlah, kalau meraup keuntungan kita ya di situ. Kita kalau desember itu bisa 3-2 bulan bisa tenanglah untuk membayar gaji dan operasional kantor kita bahkan kalo sampe bening kita bisa sampe satu tahun mengesave. Nah ini yang paling penting, asita itu proven, saya sudah bisa membuktikan, seluruh anggota saya itu yang mempromosikan ke seluruh negara, Amerika, Eropa, Australi, Jepang, Korea, ASEAN dan itu mendapatkan devisa nomor 2 pariwisata, nah tolong saya setuju dengan pak luhut, apa yang sudah dilakukan oleh warga negara indonesia, jangan bicara aja tapi juga kita buktikan, nah saya ini, anggota saya ini telah proven membuktikan pada saat covid saya mendapatkan devisa nomor 2, yang satu travel ada yang 10.000, ada yang 30.000, ada yang 100.000 mendatangkan, karena asita itu adalah benar-benar priuk nasi kita, jadi kita mempromosikan indonesia tanpa dukungan pemerintah apalagi sekarang saya bersyukur, pak jokowi itu concern sekali dengan tourism, kalau turism sangat mudah nantinya, tinggal dipoles nanti juga jalan, nah saya juga terimakasih kepada pak sandi, jadi intinya bagaimana untuk membangkitkan pariwisata disini, kita itu disini benar-benar proven, saya meminta kepada pemerintah apa yang bisa memudahkan anggota saya yang sudah proven.
Bagaimana strategi Asita untuk PPKM level 3 yang tanpa di-support pemerintah ini?
Yang pertama tentunya saya berharap level 3 tidak diberlakukan tetap yang (level) tadi, itu disesuaikan dengan barometer 1 dan 2 tapi untuk pelaksaannya seperti level 3 itu masih bisa saya terapkan ke anggota saya. Yang kedua, tentunya kita kalau strategi dan segala macem itu sudah membuat strategi 2 tahun yang lalu sampai kita membuat jenjang bisnis astra bagaimana caranya stretegi pasca covid ini betul-betul kita manfaatkan, jangan tertunda, jadi kita betul-betul kerjasama dengan dengan beberapa pihak termasuk hotel dan restaurant supaya harga bisa murah dan menarik, yang ketiga kita saling mengisi antara provinsi. Jika ada yang datang, tolonglah misalnya dari lampung datanglah ke palembang karena kan sekarang sudah ada tolnya cuma 3-4 jam, makan bakso aja udah (bisa) dilakukan. Jadi (kita) itu seperti family, itu strategi-strategi yang sudah kita lakukan. Jangan lupa lagi asita membuat prokes kesehatan tidak sendiri, kita bekerjasama dengan gustugas, kementrian pariwisata, bank Indonesia dan DPR jadi prokes yang kita buat itu dari pusat sehingga dirubah-rubah sedikit setiap provinsi, tinggal ditambah atau dikurangi hampir sama, tergantung level 1,2 atau 3.
Baca Juga: Wawancara Amar Alfikar: Saya Transpria yang Beruntung, Banyak yang Justru Miris Nasibnya

Masyarakat sudah terbiasa dengan prokes saat ini kemudian apakah pemerintah masih kurang akan hal tersebut sehingga menetapkan PPKM level 3?