Wawancara Khusus Moeldoko: Kita Punya Komitmen Serius Atasi Perubahan Iklim

Jum'at, 29 Oktober 2021 | 07:20 WIB
Wawancara Khusus Moeldoko: Kita Punya Komitmen Serius Atasi Perubahan Iklim
Ilustrasi wawancara khusus. Kepala Staf Kepresidenan RI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. [Foto/olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Berikutnya dari sisi implementasinya, kita juga bisa lihat bagaimana BRG (Badan Restorasi Gambut) kita itu bekerja keras untuk melakukan percepatan di restorasi gambut. Berikutnya lagi, kita juga menyiapkan merehabilitasi mangrove sampai dengan 600 ribu hektar menuju pada 2024. Ini langkah-langkah nyata ya, dari sisi instrumennya, dari sisi konstitusi atau dari sisi UU yang diatur.

Berikutnya, ratifikasi COP21 juga dituangkan dalam sebuah UU. Ini menurut saya, komitmen Indonesia dalam ikut terlibat secara aktif atas isu global yaitu climate change, sangat tinggi. Itu poinnya.

Kapan tepatnya netral karbon secara keseluruhan ditargetkan tercapai di Indonesia? Apakah sejauh ini ada kendala, dan jika ada apa saja terutama kendalanya?

Ya, kita memang Indonesia menggunakan strategi jangka panjang untuk pembangunan rendah karbon ya, karena memang ini sebuah persoalan yang perlu adanya kesadaran bersama. Karena tidak bisa seperti membalikkan sebuah tangan begitu. Maka upaya-upaya itu harus dirintis. Intinya, ada target-target yang kita harus lakukan.

Presiden Joko Widodo berkomitmen untuk menuju kepada karbon netral, itu projectionnya adalah menuju kepada (tahun) 2060. Dan komitmen itu bisa dilihat dari keseriusan.. Pasti bisa lebih, kurang dari 2060 bisa terealisasi.

Kita lihat, Bapak Presiden (bahkan) turun sendiri dalam rangka menuju kepada 600.000 hektar mangrove. Beliau sendiri turun untuk memberikan contoh kepada kita semuanya, nanam mangrove di mana-mana. Termasuk kemarin waktu di Kaltara juga mengajak beberapa duta besar untuk ikut terlibat, bagaimana menanam mangrove yang ada di sana. Ini sebuah bukti konkret bahwa pemerintah memiliki komitmen yang sangat kuat.

Untuk menuju ke sana (target net zero karbon 2060) tadi perlu kerja sama. Sekali lagi, tidak bisa hanya pemerintah, tidak bisa. Tapi (perlu) ada sebuah kesadaran bersama menuju kepada kondisi yang semakin awarneess atas perubahan iklim atau climate change itu. Ini perlu sosialisasi.

Bagi masyarakat Indonesia, mungkin sebagian besar belum begitu banyak (yang paham), apa sih climate change? Kenapa itu masuk dalam isu global? Ini perlu ada upaya bersama, sosialisasi yang terus-menerus, sehingga ini menjadi kerja-kerja bersama bagi masyarakat Indonesia. Karena target itu mesti di-publish kepada masyarakat, (bahwa) inilah Komitmen Indonesia dalam menyikapi isu itu. Berikutnya aturan-aturannya seperti ini, komitmen globalnya seperti ini, dan kita mempunyai sasaran jangka panjang seperti ini menuju zero tadi. Ini mesti di-publish terus. Maka saya juga terima kasih kepada Suara.com ini yang bisa ikut terlibat dalam mensosialisasikan persoalan ini kepada masyarakat.

Terkait kesadaran masyarakat bahwa perubahan iklim ini ancaman besar sehingga perlu ada perubahan perilaku. Nah, ini sebetulnya melihat banyaknya musibah, ada banjir dan lain-lain, apakah mungkin memang harus dengan seperti itu, bahwa ini bencana alam adalah akibat perubahan iklim, sehingga kemudian mereka kemudian sadar dan mau berubah perilakunya?

Baca Juga: Kepala MAN Insan Cendekia Serpong Abdul Basit: "Outcome" Pendidikan Harus Jelas, Terukur

Karena perubahan ini membawa dampak yang kompleks ya. Satu, dari ketersediaan pangan. Perubahan iklim itu juga akan memiliki konsekuensi kalau kita lihat, umpamanya, kemarin saya ke masyarakat garam yang ada di Indramayu, Cirebon. Bahwa terjadinya rob ini juga salah satu (dampak) perubahan iklim. Yang tadinya rob itu pengaruhnya terhadap abrasi itu begitu kecil, tapi sekarang sudah mulai signifikan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI