Semua tempat berkerumun, saya wajibkan sudah vaksin. Pasar, tempat wisata. Kami datangi semua. Kalau mereka tidak mau vaksin dan tidak taat prokes, tutup tempat usahanya.
Alhamdulillah tidak ada kasus (penutupan) seperti itu. Cukup dengan gertak-gertak sambal.
Sanksi yang paling jelas, kalau mau urus ke kantor desa atau lurah, kami tunda dulu. Tidak boleh berurusan dengan sana.
Dengan gertakan itu, dan mengayomi dan sosialisasi tentang COVID-19 ini, pencegahannya sebelum kena ya dengan vaksin.
Dan yakinlah vaksin ini mudharatnya sedikit, Alhamdulillah banyak warga yang sadar. Ada gertakan juga, kalau tidak vaksin dari sekarang, nanti keburu bayar.
Warga pada takut. Walaupun ada juga segelintir orang yang bawa berita hoaks.
Bapak mengatakan di bantu banyak tim mulai dari ASN sampai TNI dan Polri, bagaimana dengan pemuka agama di Kabupaten Solok?
Pemuka agama juga saya gandeng. Mereka macam-macam karateristik. Ada yang fanatik, ada yang menerima, ada yang nolak. Kami hadapi mereka dengan cara sendiri. Alhamdulillah tidak banyak yang menolak vaksinasi. Paling hanya satu atau dua. Secara mayoritas, tidak ada yang frontal menolak.
Hanya saja butuh usaha keras kita. Kita sadar mereka kurang ilmu, kita yang lebih tahu, yang tugasnya menyuluhkan. Itu tugas saya dan tanggung jawab saya yang telah dipilih masyarakat.
Baca Juga: Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman: Hadapi Covid Tak Perlu Lagi Panik
Bagaimana dengan penerapan protokol kesehatan di tempat wisata di Kabupaten Solok? Apalagi Gubernur Sumatera Barat mencanangkan Solok menjadi destinasi wisata internasional?