Bupati Solok Epyardi Asda: Dulu Banyak yang Menolak Vaksin, Sekarang Sudah Antre

Jum'at, 08 Oktober 2021 | 20:28 WIB
Bupati Solok Epyardi Asda: Dulu Banyak yang Menolak Vaksin, Sekarang Sudah Antre
Ilustrasi wawancara khusus. Bupati Solok Epyardi Asda. [Foto: Dok. Pemkab Solok / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kita coba berikan sosialisasi kesadaran. Kalau ada yang tidak mau swab, saya kerjasama dengan Kapolres, didatangi orang itu, harus swab. Masyarakat sama polisi takut.

Alhamdulillah meskipun vaksin masih kurang, orang positif sudah sedikit. Paling satu atau dua. Sekolah juga kalau tidak mau vaksin, tidak boleh tatap muka. Pondok pesantren juga kalo tidak mau, vaksin, saya tutup. Semua harus vaksin, karena ini perintah dari pemerintah pusat.

Di sini (Kabupaten Solok) kan jadi tempat pertemuan kalau ada orang Jakarta mau ke Medan atau ke mana, tapi Alhamdulillah karena masyarakat kami sadar, dan juga banyak petani yang dari pagi sampai sore terkena sinar matahari, jadi imunnya bagus.

Tapi saya mohon ke pemerintah pusat agar vaksin dikirim (ke Solok). Dulu sempat masyarakat saya enggan juga untuk vaksin, dikira bayar. Tapi sekarang sudah berbondong-bondong untuk vaksin karena gratis.

Kabupaten Solok terkenal memiliki wilayah berbukit-bukit, apa upaya yang Bapak Bupati lakukan agar vaksin bisa diakses semua orang termasuk para petani di sana?

Di sini tempatnya berbukit-bukit dan rumahnya jarang-jarang. Saya buatkan posko-posko untuk COVID-19. Di setiap kecamatan, di setiap Puskesmas, kantor Kepala Desa, kami siapkan tenaga kesehatan sebanyak-banyak, di tempat kerumunan, sekolah, kami sediakan tempat vaksin.

Alhamdulillah nakes kami ikhlas membantu. Alhamdulillah juga dr. Louis ditangkap (kepolisian), jadi masyarakat berfikir kalau dia (dr. Louis) memang salah. Kami kan banyak pendidikan rendah, jadi pangkat dokter, profesor dipercaya benar oleh warga.

Apakah dari awal warga Kabupaten Solok percaya bahwa penyakit COVID-19 ini ada, bukan hoaks?

Sebagian tahu, sebagian tidak percaya. Kan hidupnya jauh (dari kota). Pemerintah bilang daya imun ditingkatkan jemur badan dua jam, mereka (warga Solok) bilang minimal 8 jam kena matahari. Kalau di kota, iya di AC, kumpul-kumpul. Saya (warga Solok) tidak ada kumpul, hidup sendiri-sendiri.

Baca Juga: Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman: Hadapi Covid Tak Perlu Lagi Panik

Kapan puncak kasus Covid-19 di Kabupaten Solok? Dan bagaimana kondisi saat ini?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI