Bowo Leksono: Ingin Festival Film Purbalingga Kelak Jadi Terminal Karya-karya Bagus

Selasa, 17 Agustus 2021 | 23:14 WIB
Bowo Leksono: Ingin Festival Film Purbalingga Kelak Jadi Terminal Karya-karya Bagus
Ilustrasi wawancara Direktur CLC Purbalingga Bowo Leksono. [Suara.com / Citra Ningsih]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Jadi, kami sebetulnya tidak hanya ingin sebatas diterima dengan senang hati oleh masyarakat, tapi juga ingin anak mudanya membuat video yang bisa buat bekal mereka. Yang penting konten video, karena film bukan soal keindahan visual. Sebaik apa pun gambar, jika isi pesannya jelek, ya itu akan jelek.

Bagaimana respon publik sejauh ini terhadap FFP?

Adanya FFP sebetulnya untuk ajang pembuktian ke pemda. Kami ingin melawan tidak hanya persoalan kenceng kencengan. Kita ingin menunjukkan, bahwa kita tidak diam. Kalau ada yang bisa kita bayar, ya kita bayar, nggak usah nyari sponsor.

Pada tahun 2007, waktu itu namanya masih parade film, semua film dikumpulin, muter film dari pagi sampai siang, dalam sehari ada lima film yang diputar. Usai parade, kita langsung membuat perencanaan untuk tahun depan. Hal itu atas dasar dukungan dari banyak pihak dan mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat.

Bagaimana juga dengan respon dari kalangan sineas dan pegiat film?

Jika mengatakan pada saat itu, pelaku masih sedikit. Hanya berapa orang saja dan itu kalangan sendiri. Jadi masih bisa dihitung si A dan si B. Kalau sekarang, sudah banyak yang main video tapi di Youtube. Asal lucu aja udah ramai mereka.

Sekarang, demi tetap berkarya saat pandemi, bagaimana Anda menyiasatinya dan seperti apa penerapan festivalnya?

Ini adalah tahun ke-2 FFP diselenggarakan saat pandemi. Semua pusing, kelompok seni lain pasti lebih pusing. Tahun lalu FFP di selenggarakan semi daring atau virtual, separuh ada daring, ada juga yang datang nonton secara live yang kami batasi hanya 50 orang. Orang tersebut adalah crew, orang dekat dan pihak pihak yang memberi support.

Kami mengira, tahun berikutnya pandemi sudah mereda, tapi ternyata lebih parah. Jadi kami sempat menimbang-nimbang, tapi yang ada kabar Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diperpanjang setiap minggunya. Jadi diputuskan FFP tahun ini diselenggarakan secara daring atau virtual semua.

Memang kekurangannya tidak bisa mendatangkan penonton sebelumnya. Padahal, biasanya penonton bisa sampai ratusan yang datang. Misal di gedung sebelumnya, karena kapasitas sedikit, sehingga penonton ada yang harus menonton dari luar gedung, seakan membludak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI