Rumah sakit itu sudah ditingkatkan kapasitasnya. Jadi, kita kalau dibandingkan tahun lalu, misal di beberapa rumah sakit yang saya ikut memberikan pelayanan, ya, kapasitas ICU-nya, HCU, Intermediate Care-nya, itu bisa naik sampai 300-500 persen dan itu tetap terisi sekarang.
Memang kita enggak bisa mengandalkan hanya penguatan di kuratif, mengandalkan bahwa, "oh, rumah sakitnya siap, bed-nya ditambah" dan lain sebagainya. Mau ditambah berapa bed sekali pun, ada hal-hal tertentu yang tidak bisa bertambah dengan cepat, seperti tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan kita itu, itu dua kali gelombang ini benar-benar dua kali diuji. Ini rumah sakit itu kewalahan.
Jadi kuncinya sebenarnya jangan menjadikan rumah sakit dan isinya di dalam, dokternya, perawatnya, itu sebagai garda terdepan. Frontline-nya lagi-lagi masyarakat. Masyarakat lah yang kita perlu ajar, kita perlu ajak, kita perlu didik untuk bagaimana mereka tetap sehat dan produktif di situ. Mau dia varian apa pun sebenarnya, kalau semua masyarakat kita itu kita bisa ajak untuk disiplin dengan pola hidup sehat dan ditambah dengan protokol kesehatan, insya Allah sih rumah sakit enggak akan penuh, dan tidak akan ada orang-orang yang ngantre, berebut, atau misal terlambat mendapatkan pertolongan karena dia enggak dapat, (atau) dia tertahan di IGD padahal mestinya dirawat di ICU.
Ya, kita enggak pengen situasi itu terulang-terulang terus kan? Kuncinya penguatan pola hidup sehat, penerapan protokol kesehatan di masyarakat. Dan masyarakat akan ikut kalau orang-orang yang mereka panuti, mereka hargai dan hormati, itu juga memberikan contoh. Maka, inilah yang kita mesti sampaikan terus dan contohkan terus.
Saat ini, bagaimana kondisi rumah sakit di Indonesia, Dok, terutama di Jakarta?
Kalau Jakarta, sudah agak santai ya. Maksud saya adalah sekarang itu adalah kondisi yang mendekati ideal. Jadi, memang, kita sudah memberikan penguatan ke rumah sakit. Kemudian kapasitasnya sendiri itu tidak lagi overload, tapi (sudah) mendekati kapasitas normalnya.
Pasien yang butuh ICU tidak rebutan, tapi tetap ICU-nya penuh. Cuma, PR-nya lagi-lagi Indonesia bukan hanya Jakarta, tapi ada Jabodetabek-nya. Bukan hanya Jabodetabek, tapi ada 34 provinsi. Dan kita tahu sekarang ada provinsi-provinsi tertentu yang juga meningkat kasusnya, faskes mereka tidak sebanyak Jakarta. Itu kan bikin dag-dig-dug tuh. Dan Indonesia enggak bisa tiba-tiba bilang, "oh, selesai Covid-19-nya kalau di Jakarta melandai". Enggak bisa, karena di tempat lain masih ada.
Kalau untuk di Wisma Atlet, gimana, Dok?
Sudah mulai turun. Kita merawat pasien sekarang sekitar separuh dari angka puncak. Kalau dianggap bahwa kemarin itu gelombang ke-2 yang mendekati sekitar 7.000 pasien, sekarang sudah separuhnya. Tapi... hal itu bisa terjadi... ada beberapa faktor saya pikir, termasuk bertambahnya rumah sakit-rumah sakit yang dibuka, (sehingga) otomatis jumlah pasien terbagi ya.
Baca Juga: Prof Sri Rezeki Hadinegoro: Ancaman DBD Saat Pandemi, Waspada Beban Ganda Penyakit Infeksi
Ada pertanyaan, ini dia sedang isoman, tapi bagaimana memberikan pengertian kepada anak yang berumur 4 tahun untuk tetap memakai masker? Juga ada bayi usia 4 bulan. Bagaimana meminimalisir penularannya, dan apakah pemberian ASI itu juga perlu disetop?