Andi Khomeini Takdir: Isolasi Mandiri Harusnya Terpantau dengan Baik, Biar Lebih Aman

Senin, 09 Agustus 2021 | 20:56 WIB
Andi Khomeini Takdir: Isolasi Mandiri Harusnya Terpantau dengan Baik, Biar Lebih Aman
Ilustrasi wawancara, dr. Andi Khomeini Takdir SpPD-KPsi. [Foto: Dok. pribadi / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Memang kita enggak memberikan obat-obatan yang misal antibiotik, anti-radang yang kuat, anti-virus yang bermacam-macam, untuk mereka yang gejalanya ringan. Penting untuk tahu bahwa ini masuk gejala ringan kah? Pasien ini gejala sedang atau berat.

Nah, salah satu yang dipakai sebagai tolok ukur tadi adalah oksinasi tadi. Kalau saturasi masih di atas 95, badannya memang masih agak lemas, tapi nafsu makannya masih semangat, orangnya juga masih bisa istirahat, kita enggak usah buru-buru. Karena (oksinasi) 95 persen pasien itu cukup dengan makan sayur lebih banyak, buah-buahan, vitamin juga, suplemen oke. Mau minum di Indonesia ada wedang jahe, ada madu, ada temulawak. Kalian mau gunakan itu untuk memperbaiki imunitas misalnya, ya, karena itu di rumah dan itu murah juga, silakan, selama tidak berlebihan.

Setting-annya kemudian berbeda kalau, "oh, ini gejalanya sudah masuk sedang-berat". Nanti dokter akan, "wah, ini kayanya kita perlu obat yang dosisnya lebih tinggi", atau obat-obat tambahan yang tidak diberikan kepada mereka yang gejalanya ringan.

Suplemen apa sih yang dianjurkan untuk menjaga imunitas sekaligus mencegah terkena Covid-19? Apakah berjemur saja cukup untuk menjaga imunitas sekaligus mencegah terkena Covid-19?

Oh, enggak! Jadi nih, kalau suplemen ya, saya sering ditanya suplemen apa. Nih sekarang, suplemen langka gara-gara ditanya-tanyain terus tuh, saya pikir. Saya kembalikan saja, di Indonesia kalian mau sayuran yang banyak, itu sudah ada dalam gado-gado.

Kan kita perlu sekitar 5 porsi sayuran dan buah setiap hari. Terutama pasien-pasien yang dalam masa pemulihan dan isoman ini. Itu kita anjurkan kalau bisa dia dapat 5 sampai 6 porsi buah dan sayuran sehari. Nah, kalau dia makan rujak 1 piring, makan gado-gado 1 piring, itu boleh dapat porsi sayur dan buahnya, sudah terpenuhi. Jadi, di dalam sayuran dan buah itu vitaminnya sudah ada, mineralnya ada, seratnya dapat.

Kemudian ikan dan telur, juga tadi sudah diulang-ulang. Kalau kita makan ikan seukuran telapak tangan, beratnya sekitar 400-600 gram, di dalam ikan itu, itu sudah bisa dapat. Ikan Indonesia lebih bagus juga daripada ikan luar negeri, bisa dapat 400-700 unit vitamin D sekali makan. Jadi kalau dia makan tiga kali, bisa dapat minimal 1.000 sampai 2.000 unit. Nah, ini yang perlu dipenuhi. Kalau memang mau dapat suplemen, boleh. Kaya vitamin C 500 ml, silakan, karena itu murah dan mudah bagi sebagian besar orang.

Kalau (suplemen vitamin) habis, langka, makan jeruk 3 biji dapat. Angkanya sudah terpenuhi. Kalau dia mau dapat vitamin D1, misal dapatnya 400 unit, kan dapat dari susu bisa dapat 300 unit, dapat dari telur 2 butir dapat sekitar 300 unit lagi. Ya sudah, dia sudah dapat 1.000. Ditambah lagi dengan sumber makanan yang lain.

Jadi, suplemen oke, tapi suplemen sifatnya komplemen, lebih (ke) melengkapi. Kalau di basic-nya, di makanan kita itu sudah cukup. Ya sudah, selesai, tinggal tambah dengan berjemur. Jadi bukan berjemur saja, tapi harus ada yang dijemur dulu. Apa yang dijemur itu? Sumber vitamin D itu. Itu kan masih vitamin D yang pro vitamin, begitu ia berjemur baru dia diaktifkan jadi vitamin. Jadi enggak semua orang (asal) berjemur, tapi memang gizinya juga harus cukup dulu.

Baca Juga: Prof Sri Rezeki Hadinegoro: Ancaman DBD Saat Pandemi, Waspada Beban Ganda Penyakit Infeksi

Apa penyebab dari banyaknya pasien yang meninggal dunia saat menjalani isoman di rumah, selain karena rumah sakit penuh?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI