Suara.com - Isolasi mandiri atau isoman menjadi pilihan sekaligus anjuran bagi warga yang terpapar virus Corona atau positif Covid-19, khususnya yang merasakan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala (OTG). Pilihan ini pun kian banyak diambil ketika fasilitas kesehatan di berbagai daerah kewalahan dalam menangani pasien Covid-19.
Meski saat ini di beberapa daerah terjadi tren penurunan pada jumlah pasien yang dirawat di klinik, puskesmas maupun rumah sakit, beberapa daerah lain nyatanya masih mengalami angka kenaikan kasus. Hal ini membuat isolasi mandiri (isoman) tetap menjadi salah satu pilihan sekaligus anjuran.
Hanya saja, banyak di antara warga yang positif Covid-19 yang menjalani isoman dengan prosedur yang kurang tepat, atau malah tidak berkoordinasi sama sekali dengan pihak-pihak terkait semisal Satgas Covid-19 di lingkungannya atau juga dokter dan tenaga kesehatan lain. Ketidaktahuan sebagian masyarakat mengenai bagaimana sebenarnya isolasi mandiri yang benar, sekaligus aman dan nyaman, pun jadinya berisiko pada meluasnya kasus dengan antara lain munculnya cluster rumah tangga.
Belum lama ini, melalui kegiatan diskusi online (Focus Froup Discussion atau FGD) bertajuk "Cara Aman dan Nyaman Isolasi Mandiri untuk Menghindari Dampak Buruk Covid-19", Suara.com memperbincangkan hal tersebut dengan dr. Andi Khomeini Takdir SpPD-KPsi. Dokter dengan spesialisasi penyakit dalam dan khususnya masalah psikosomatis ini, pun memaparkan banyak hal yang setidaknya bisa menjadi bahan pertimbangan para warga yang menjalani isoman.
"Isolasi mandiri bagi mereka yang bergejala ringan itu angkanya (periodenya) minimal 10 hari, ditambah 3 hari bebas gejala. Habis itu, pasien-pasien, teman-teman yang sakit ini, tidak perlu PCR lagi. Jadi PCR-nya hanya satu kali di depan. Kenapa mesti ada yang PCR-nya berulang? Itu untuk settingan gejala yang sedang-berat, yang biasanya dirawat di rumah sakit," jelas dr. Andi Khomeini dalam salah satu bagian paparannya.
Lebih jauh, dr. Andi pun memaparkan bahwa pemisahan kamar pasien Covid yang isoman dengan anggota keluarganya yang lain menjadi salah satu opsi utama jika memungkinkan. Namun bila tak memungkinkan pun tetap bisa, asal melakukan protokol lainnya dengan ketat, seperti selalu memakai masker, menjaga jarak, menghindari banyak aktivitas bersamaan dan lain sebagainya (lengkapnya bisa disimak di video ini --Red).
Lebih jauh lagi, berikut petikan sesi diskusi atau wawancara dengan dr. Andi Khomeini Takdir dalam acara FGD tersebut yang ditulis ulang dalam format tanya-jawab, dengan sebagian pertanyaan berasal dari publik penonton tayangan langsung diskusi:
Untuk pasien bergejala ringan, apakah wajib mandi saat menjalankan isolasi mandiri?
Paksa mandi, paksa diri untuk mandi. Kumannya suka kalau kita kotor. Kalau kita kotor, kalau kita jorok, kalau diri kita sama mungkin di rumah kalau tempatnya jorok, lembab, gelap, itulah tempat favorit mereka.
Baca Juga: Prof Sri Rezeki Hadinegoro: Ancaman DBD Saat Pandemi, Waspada Beban Ganda Penyakit Infeksi
Mungkin ada syarat, misalkan (mandi) pakai air hangat atau seperti apa, Dok?