Loh, ini sih bukan Covid-19, ini sih dengue, gitu loh. Karena awal-awalnya sama, ada demam, ada pilek, ada batuk, ada nggak enak badan, nyeri-nyeri otot. Itu mirip-mirip sekali awal-awalnya.
Nah, memang setelah itu agak berbeda setelah satu minggu. Nah, di sini kemudian kita harus hati-hati, karena kalau dia dengue ya mungkin dirawat di tempat biasa, tapi kalau dia Covid harus diisolasi karena sangat menular. Nah, ini yang kemudian menjadi masalah, dan kalau menjadi berat perlu ICU, dia juga harus ada tempat khusus jangan dijadikan satu dengan Covid, begitu. Nah, ini yang menjadi masalah di kesehatan.
Kemudian juga di puskesmas katakan yang tadinya rajin, mereka ada 3M, untuk mencegah supaya nyamuknya ini nggak berkembang biak terus, ini juga agak sedikit apa yah, abai gitu ya, agak sedikit terabaikan. Apalagi nggak boleh berkerumun kan, jadi pasti nggak akan ada orang datang ke rumah-rumah. Kita tahu ada program 3M, satu rumah satu JUMANTIK (Juru Pemantau Jentik), itu kan harus didatangi ke rumah-rumah, itu nggak mungkin kalau ada Covid seperti ini nanti malah bukannya membersihkan dengue tapi malah membawa virus lain.
Nah ini hal-hal yang seperti ini menjadi masalah di dalam penatalaksanaan dua penyakit ini. Jadi sebetulnya kalau dengue tuh sistemnya strateginya sudah ada di tempat, sudah jalan gitu ya, cuma terganggu lah pelaksanaanya selama pandemi ini. Saya kira demikian.
Data terbaru menunjukan di beberapa daerah terjadi peningkatan kasus dengue dibanding dengan tahun lalu. Mengapa ini bisa terjadi? Padahal ini merupakan penyakit endemis dan sudah ada protokol pelaksanaan kenapa tahun ke tahun, kenapa kasusnya masih naik terus?

Mas Reza lupa, kalau host (inang) nya itu ada bukan orang aja, tapi ada nyamuk, ini susahnya nih. Kalau Covid hostnya hanya orang, orang ke orang, tapi kalau di sini ada nyamuk perantaranya, dan nyamuk ini lah yang sulit dikendalikan sebetulnya. Habitatnya ini yang di Indonesia ini menguntungkan.
Kita ini hawanya hangat gitu ya, hawanya tuh tidak dingin, kemudian lembab, kemudian juga banyak air-air yang tergenang, nah ini yang kemudian membuat si nyamuk ini gampang sekali berkembang biak.
Belum perumahan yang rapat, di Indonesia tuh kan kampung-kampung rumahnya rapat sekali, nah ini juga, karena nyamuknya ini senang sekali sama orang. Nyamuk Aides itu kan antropofilik (spesies yang berkembang biak pada host manusia), dia senang, bukan senang karena cantik atau cakep nggak, tapi baunya (aroma) itu loh, bau keringatnya itu dia suka. Makanya kalau pakai baju bekas, udah seharian dipakai kena keringat digantung, nah itu dia senang banget.
Makanya kalau sudah seharian udah langsung dicuci jangan digantung, karena itu kemudian jadi sarang nyamuk, gitu ya. Hal-hal yang sepele seolah-olah, tetapi itu kemudian menjadi habbit (kebiasaan) gitu, dan ini paling sulit untuk memberitahu masyarakat. Ya mungkin ingat sebentar, ntar sebentar lagi udah lupa lagi.
Baca Juga: Epidemiolog Masdalina Pane: Terpenting Aturannya, Jangan Melulu Salahkan Masyarakat
Jadi perubahan perilaku pada rakyat ini juga tidak mudah dan nggak boleh boses. Harus terus diingatkan. Nah, ini lah yang kalau penyakit endemis itu lah, kitanya udah lelah, udah bosen ah dengue wes gapapa lah, gitu lah seolah-olah. Padahal kematian kan kita bisa lihat, ratusan ribu, gitu loh. Makanya itu kan nggak main-main sebetulnya.