Agus Hasanudin: Topi Bambu Bukan Hanya Tradisi, Tapi Juga Menunjang Ekonomi

Senin, 12 April 2021 | 06:10 WIB
Agus Hasanudin: Topi Bambu Bukan Hanya Tradisi, Tapi Juga Menunjang Ekonomi
Ilustrasi wawancara. Agus Hasanudin, pengrajin topi bambu asal Tangerang. [Foto: Dok. pribadi / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dari tahun 1984, setelah saya kaji, produksi topi bambu itu sendiri bisa mencapai 8.000 kodi per bulannya. Jika dalam satu kodi itu (harganya) Rp 100.000, itu sudah perputaran Rp 800.000.000. Itu perputaran uang hanya di topi bambu saja. Itulah potensi ekonomi kreatif yang ada di Tangerang.

Salah satu produk Komunitas Topi Bambu asal Tangerang yang digawangi Agus Hasanudin. [Dok. pribadi]
Salah satu produk Komunitas Topi Bambu asal Tangerang yang digawangi Agus Hasanudin. [Dok. pribadi]

Tapi karena setelah kebijakan pemerintah mengganti kebijakan dari topi bambu menjadi kerudung, di situ mulai menurun... Selain itu juga, karena permintaan di seluruh Indonesia itu sempat banyak, akhirnya pembuatan topi bambu ini cepat dan kualitas tidak terjaga, dan akhirnya permintaan mulai menurun juga di pasaran.

Omset rata-rata saat normal, saya menjual topi bambu untuk pramuka itu per bulan mencapai 200 sampai 300 kodi setiap bulannya. Tinggal dikalikan saja selama satu kodinya (harganya) Rp 100.000.

Kalau untuk harga kopiah bambu itu sendiri beragam, mulai dari Rp 45.000 sampai dengan Rp 80.000 per bijinya. Sementara untuk tas dan lainnya, itu variatif juga, tergantung tingkat kesulitan dan model dalam penganyaman.

Lalu, bagaimana pula pemasaran topi bambu saat pandemi ini?

Ya, secara nasional sektor ekonomi kreatif mengalami penurunan, baik pendapatan maupun produksinya. Untuk topi bambu, saat ini itu terjun bebas-lah, karena penjualan secara offline itu tidak ada. Seluruh even-even dan lainnya itu sudah tidak ada, tidak seperti normal biasanya.

Yang paling utama itu adalah pelajar. Kan sudah setahun terakhir ini tidak (ke) sekolah. Efeknya banyak sekali. Itu seharusnya menjadi bagian yang sangat penting, karena beberapa atribut juga itu diproduksi oleh (Komunitas) Topi Bambu. Kalau sekolahnya tidak masuk, ya, bagaimana mau jualan.

Meski begitu, Komunitas Topi Bambu saat ini kita membuat kopiah dari bambu dan bekerja sama dengan pesantren-pesantren yang ada di wilayah Banten. Itu kan nanti bisa ada mereknya, seperti nama pesantren dan lainnya, sesuai dengan pesanan. Itu juga untuk menunjang topi bambu ini.

Apa rencana Anda ke depan?

Baca Juga: Wali Kota Cilegon Helldy Agustian: Ingin Lebih Bermanfaat bagi Orang Lain

Pada masa pandemi seperti sekarang ini, memang seluruh sektor ekonomi kreatif itu sedang mengalami penurunan yang sangat luar biasa. Akan tetapi, melalui jaringan dan memang topi bambu ini sudah dikenal ke mancanegara, pada tahun ini kita akan membangun museum heritage "1001 Topi Bambu".

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI