Produk apa saja yang dibuat oleh Komunitas Topi Bambu? Dan dipasarkan ke mana?
Awalnya kami memproduksi topi perlengkapan untuk pramuka. Namun patut kami sayangkan, dengan adanya kebijakan dari pemerintah bahwa topi pramuka saat itu diganti oleh kerudung untuk perempuan dan laki-laki pakai baret, sehingga para pengrajin anyaman kekurangan order dari pasaran.
Untuk mempertahankan eksistensi dan sekaligus ikon Kabupaten Tangerang, kami dari komunitas membuat kopiah bambu, helm bambu, tas bambu. Nah, itulah produk-produk yang kami buat saat ini, dan sehingga kembali lagi menciptakan pasar.
![Agus Hasanudin, pengrajin yang juga pendiri Komunitas Topi Bambu dari Tangerang, bersama produk-produk kerajinannya. [Dok. pribadi]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/04/12/88271-agus-hasanudin-pengrajin-yang-juga-pendiri-komunitas-topi-bambu.jpg)
Dalam perjalanan itu, kami selalu mempromosikan melalui media sosial, blog, website, toko online dan lainnya, sehingga banyak buyer (pembeli) dari luar negeri yang mendapatkan informasi. Seperti dari Hong Kong, Belanda, Jepang, (mereka) datang ke Tangerang ingin melihat langsung dan membelinya.
Nah, seiring berjalannya waktu, kami juga mendapatkan kunjungan dari beberapa mahasiswa. Kemarin dari Malaysia, namanya Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Beberapa waktu lalu kita juga ada undangan untuk berangkat ke Malaysia dan melakukan pameran di sana bersama komunitas kita.
Apa inspirasi Anda secara pribadi dalam melahirkan topi-topi bambu ini?
Ya, saya punya konsep social entrepreneur. Nah, bermodalkan konsep tersebut, saya bisa menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak mungkin untuk masyarakat sekitar dan menumbuhkan ekonomi masyarakat.
Saya melihat sebetulnya masyarakat ini membuat anyaman topi bambu dari dulu dan secara turun-temurun. Bahkan sekarang banyak di kampung-kampung di wilayah Kabupaten Tangerang, kurang lebih ada 30 desa, dan sekarang totalnya ada sebanyak 2.000 orang yang bisa menganyam.
Saya rasa itulah potensi-potensi yang ada, dan tentunya akan bisa menjadi jembatan meningkatkan ekonomi masyarakat yang ada di pedesaan di Kabupaten Tangerang. (Sebab) Bahkan pada tahun 1943, bambu yang ada di Kabupaten Tangerang (sudah) menjadi logo Kabupaten Tangerang. Itulah perkembangannya.
Baca Juga: Wali Kota Cilegon Helldy Agustian: Ingin Lebih Bermanfaat bagi Orang Lain
Saya sekarang saja sedang mengikuti pameran di BTC Mall Bandung, dan itu kerja sama Dinas Koperasi dan UKM Kota Bandung dengan komunitas kita. Jadi kita memperkenalkan produk kopiah anyaman bambu bahkan sampai ke produk helm sepeda.