Suara.com - Nama Agus Hasanudin, pengrajin topi bambu asal Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga para pegiat kerajinan tangan dan usaha kecil dan menengah (UKM) di wilayah Provinsi Banten. Namun tidak hanya khusus di wilayah Kabupaten dan Kota Tangerang, namanya pun sudah tersebar ke Ibu Kota Jakarta dan bahkan mancanegara.
Beberapa hari lalu, atau tepatnya Kamis (8/4/2021) malam, Suara.com berkesempatan berbincang dengan pegiat topi bambu ini melalui sambungan telepon. Berikut petikan wawancara khusus dengan Agus Hasanudin sang pegiat keterampilan menganyam bambu yang telah menjual produknya sampai ke mancanegara.
Bisa Anda ceritakan sedikit sejarah lahirnya topi bambu ini?
Ya, jadi pada prinsipnya gini. Saya akan berbicara komunitas dulu ya. Komunitas topi bambu ini dibentuk berdasarkan visi dan misi sama bersama teman-teman yang dulunya memang para blogger-blogger. Melihat kegiatan blogger ini kan sering berkumpul dan akhirnya mempunyai inisiatif memajukan Tangerang ini. Dari apanya? Akhirnya kami menjadikan komunitas topi bambu.
Itu dibentuk 2010. Kenapa topi bambu? Ternyata pas kita kaji, ternyata topi bambu itu bagian penting dari sejarah Kabupaten Tangerang. Sebenarnya sejak tahun 1880, itu sudah ada topi bambu, dan sampai 1987 sudah ada industri topi bambu di Kabupaten Tangerang.
Seiring berjalannya waktu, tahun 2011 komunitas itu, melalui ide dari teman-teman, akhirnya saya mencoba membuat topi sombrero. Topi itu berdiameter dua meter dan akhirnya mendapatkan rekor dunia. Gitu sejarahnya pada tahun 2011.
Kemudian pada tahun 2018, kita jadi maskot Citudung. Lalu 2019 saya membuat buku tentang topi bambu ini. Kemudian dari situlah untuk tahun ini saya akan coba mau membuat museum heritage "1001 Topi Bambu". Gedungnya sekarang sudah jadi gedungnya. Nanti kalau topinya sudah jadi kita akan launching.
Bagaimana upaya Anda mempertahankan eksistensi topi bambu ini? Dan bagaimana cara promosinya?
Kami membuat sebuah usaha, dan usaha ini memberikan dampak untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, salah satunya dengan membuat produk-produk yang kreatif dan inovatif. Strategi marketingnya agar tetap eksis itu, kita coba membuat marketing ini berkolaborasi antara akademisi, businesmen men, pengusaha, dan bahkan pemerintah, atau media salah satunya. Dan akhirnya eksistensi berjalan terus sampai dengan saat ini.
Baca Juga: Wali Kota Cilegon Helldy Agustian: Ingin Lebih Bermanfaat bagi Orang Lain
Kita menggunakan konsep sinergitas, atau dalam arti, kita melakukan kreasi bersama dengan corporate dan yang lainnya. Itu untuk menunjang promosi-promosi topi bambu baik di dalam negeri maupun mancanegara. Intinya sinergitas.