Nah [seiring] berjalannya waktu, pada tanggal 15 Mei 2020, kita meluncurkan gerakan kedua di bawah Togu Simorangkir Inisiative yaitu Beka Manise, yang merupakan kepanjangan dari Berikan Kami Makanan Hari Ini Secukupnya.
Jadi pada prinsipnya kita membuka sebuah steling, siapa aja bisa memberi ke situ, siapa saja bisa ambil di situ. Itu [lokasinya] dekat Pasar Dwikora Parluasan, di [Kecamatan] Siantar Utara. Ya, luar biasa. Hari ini sudah hari ke-193, kalau tidak salah. Karena memang di Hari Minggu kita off waktu itu. Tapi dalam prosesnya, setelah kemarin Pilkada serentak....
Sebelum pilkada serentak, memang kita stop yang stelingnya. Kita lebih kepada mobile: jadi on the road kita mengunjungi orang-orang dengan gangguan jiwa di jalanan, homeless, pemulung. Kita berbagi nasi. Semua nasi itu adalah sumbangan dari orang-orang baik. Begitu Kak.
Sejauh ini tantangan apa yang paling berat dihadapi? Apakah sisi penggalangan dana? Karena kan semua juga sedang susah. Lalu bagaimana sistem kerjanya sehingga donasi itu tepat sasaran kepada mereka yang membutuhkan?
Sebenarnya tantangannya Kak, bukan di dana kalau menurut saya. Karena saat ini pun kas kita sangat banyak, Kak, sekitar 40an juta. Tapi lebih kepada kemampuan kita untuk men-deliver itu kepada orang-orang yang tepat. Jadi kendala kita adalah manusianya, SDM-nya, relawannya.
Jadi [mencari] orang yang benar-benar mau bergerak secara tulus dan ikhlas dan militan. Itu yang kita sulit dapatkan.
Dan, ya relawan berganti... Ya Puji Tuhan saat ini ada memang relawan-relawan tetap yang memang setia berkomitmen. Salah satunya ada namanya Ali Hartono. Dia memiliki sebuah usaha, kedai kopi Soetomo. Dia hampir setiap hari berkeliling, membagikan nasi donasi yang kita terima.
Jadi kalau dibilang kendala dana, tidak. Karena saya rasa banyak orang-orang baik di luar sana yang juga ingin terlibat dalam gerakan Beka Manise. Tapi justru kita yang kadang-kadang membatasi. Seperti hari ini: ada satu orang yang berulang tahun, Inang Desri Sumbayak. Ulang tahunnya kemarin. Dia ingin berbagi 26 bungkus nasi. Terus saya, ’bilang boleh gak 13 aja.’ Karena apa? Karena sore nanti pun ada yang berulang tahun dari sini, ingin juga berbagi 15 bungkus nasi.
Kita [menghadapi] keterbatasan SDM-nya. Kalau donasinya mengalir terus. Karena apa? Karena kita update terus informasinya di media sosial. Memang kita bergerak, jadi bukan sekedar terima donasi terus tidak bergerak. Kita bergerak. Malah kendalanya ya manusianya, relawannya. Kadang-kadang susah mencari orang-orang yang konsisten melakukan gerakan di jalan yang sunyi ini.
Baca Juga: dr Dirga Sakti Rambe: Ada atau Tak Ada Vaksin Covid-19, Tetaplah 3M
Kalo di tingkat nasional kan kita mengenal platform kitabisa.com, misalnya, sebagai tempat untuk menggalang donasi dan menyalurkan ke pihak yang membutuhkan. Apakah Togu Simorangkir Initiative ini juga memiliki platform seperti itu untuk fundraising?