dr Dirga Sakti Rambe: Ada atau Tak Ada Vaksin Covid-19, Tetaplah 3M

Kamis, 10 Desember 2020 | 10:08 WIB
dr Dirga Sakti Rambe: Ada atau Tak Ada Vaksin Covid-19, Tetaplah 3M
Ilustrasi wawancara. dr Dirga Sakti Rambe. [Instagram dirgarambe/screenshot]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa pekan terakhir, kian marak pemberitaan soal rencana pendistribusian vaksin dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di berbagai negara. Termasuk di Indonesia, beberapa juta dosis vaksin impor pun sudah sampai di negeri ini belum lama lalu.

Diperkirakan, awal vaksinasi massal Covid-19 di Indonesia dengan vaksin yang sudah ada ini, akan berlangsung pada awal tahun 2021. Sementara itu, skema lainnya untuk tambahan vaksin pun masih dalam proses, termasuk vaksin dari sumber-sumber lain, maupun yang dikembangkan Indonesia sendiri yang mungkin masih panjang prosesnya.

Dalam kaitan dengan persoalan vaksin ini, beberapa waktu lalu Suara.com melalui kegiatan webinar sempat berbincang dengan dua sosok penting. Salah satunya adalah dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam yang juga sudah dikenal luas sebagai salah seorang vaksinolog.

Tampil bersama Prof. Kusnandi Rusmil dari Universitas Padjajaran dalam sesi webinar saat itu, berikut petikan lengkap informasi sekaligus pandangan yang disampaikan dokter Dirga, dalam format wawancara (tanya-jawab):

Baca Juga: Tenaga Kesehatan, TNI, dan Polri Jadi Penerima Pertama Vaksin Covid-19

Apakah situasi sekarang sudah darurat dan perlu otoritas pengggunaan darurat vaksin atau Emergency Use Authorization (EUA)?

Jadi memang EUA itu adalah ranahnya regulator melalui Badan POM. Nanti Prof. Kusnandi sebagai ketua tim peneliti vaksin Covid-19 setelah data-datanya ada, pasti akan men-submit, mengirimkan data tersebut ke Badan POM untuk dievaluasi. Jadi keputusan ada EUA atau zin edar seperti biasa, itu semua adalah ranahnya Badan POM.

Tapi kita melihat situasi sekarang di lapangan buktinya memang Covid-19 penularannya belum sepenuhnya terkendali. Bahkan kalau kita lihat di seluruh dunia, case fatality rate–nya sampai dengan 3%, artinya tiga dari seratus orang meninggal karena Covid-19. Menurut saya, kehadiran atau urgensi vaksin itu memang nyata, memang ada dibutuhkan. Bahwa nanti ada vaksinasi, tapi kita juga harus 3M, tetap harus 3T, itu semua harus berjalan.

Ada banyak pihak yang mengembangkan vaksin Covid-19 di luar sana, termasuk di Indonesia. Dokter Dirga ada komentar?

Jadi pemerintah kita menggunakan dua strategi. Pertama bekerja sama dengan produsen vaksin di negara lain, seperti Sinovac ini, karena memang kita ingin vaksin ini segera (ada) dalam waktu dekat. Kedua, untuk jangka panjang, pemerintah menyiapkan Vaksin Merah Putih, artinya dari nol semua prosesnya dari Indonesia.

Baca Juga: Mantan Pasien Covid-19 Masih Perlu Divaksin, Begini Penjelasan Studi

Tentu ini juga perlu untuk upaya jangka panjang. Tapi, memang kita juga harus realistis bahwa semua ini kan masih baru dimulai dan pemerintah sendiri sampaikan Vaksin Merah Putih itu paling cepat tersedia tahun 2022 kalau semua tahapan uji klinis, uji preklinis berjalan lancar. Ini saya pikir dua-duanya harus dikerjakan. Jadi pengembangan sendiri iya, kerja sama juga iya.

Perkembangan pengembangan vaksin sangat luar biasa cepat. Terakhir AstraZeneca dan Pfizer yang mengklaim efektivitas sampai 90 persen. Apakah hal ini normal terkait pengembangan vaksin?

Kita sebagai masyarakat harus hati-hati dalam menyikapi informasi di era pandemi ini, karena memang sekarang ada kecenderungan begitu, ya klaim sana, klaim sini. Tapi, tetap kita harus melihat pada data. Datanya seperti apa, publikasinya seperti apa.

Jadi, boleh aja silahkan ngeklaim, tapi klaim tidak ada (bukti), tidak boleh. Tapi memang betul kemarin ada vaksin yang dari Pfizer itu hasil sementaranya menunjukkan efektivitas terjadi 90 persen, dan itu memberikan harapan yang cukup baik kepada kita semua. Mungkin vaksin Covid-19 yang kandidat lain juga bisa hasil yang serupa. Intinya bahwa kalau baca berita harus hati-hati dulu. Klaim tersebut dasarnya apa.

Kira-kira kapan kita semua akan aman dari virus Corona dan kapan vaksin ini benar-benar bisa efektif?

Jadi ini semua tergantung juga dengan perilaku kita. Dengan kedisiplinan kita menerapkan 3M. Kita juga mengharapkan pemerintah pusat, pemerintah daerah benar-benar serius dalam menerapkan 3T, testing, tracing, dan treatment. Dan juga nanti dengan hadirnya vaksin maka itu akan melengkapi upaya-upaya kita tadi. Kalau kita ditanya, belum ada satu pun orang yang bisa memastikan.

Mau yang paling expert sekali pun tidak ada yang bisa memastikan Covid-19 ini berakhirnya kapan. Tahun depankah? Awal atau akhir? Tidak ada.

Tapi, semakin ke sini, kita banyak sekali pengetahuan-pengetahuan baru. Misalnya, angka kesembuhan saat ini cukup tinggi, itu artinya dokter yang menangani Covid-19 sudah memiliki pemahaman yang lebih baik.

Begitu pun juga dengan vaksin-vaksin ini yang sedang uji klinis, sebagian menunjukkan hasil sementara yang cukup baik. Jadi kita harapkan, dalam waktu yang tidak terlalu lama, vaksin ini bisa terkendali.

Ada banyak pengembangan vaksin, bagaimana dengan obat?

Tentang obat, kita memang di awal-awal menduga ada beberapa obat yang kita pikir akan efektif, walaupun tadi sifatnya tidak spesifik terhadap virus SARS-COV-2 (penyebab sakit Covid-19), tapi ternyata setelah melalui uji klinis, misalkan, itu ternyata obat yang tadinya kita kira bagus, efektif, ternyata tidak. Jadi, memang sampai sekarang belum ada obat yang efektif, ya dan kita masih menunggu.

Dengan adanya Covid, apakah kehidupan setelah adanya vaksin akan kembali menjadi normal seperti tidak memakai masker dan menjaga jarak?

Jadi, proteksi vaksin itu berbeda-beda. Ada vaksin yang bisa melindungi kita dari terinfeksi, sama sekali tidak ketularan. Ada vaksin yang melindungi dari infeksi yang berat, jadi tetap terinfeksi, tapi gak sampai (sakit) berat. Kita belum tahu hasilnya seperti apa. Itu satu.

Kedua, kembali ke pertanyaan tadi itu nanti juga tergantung efektivitas vaksinnya berapa persen. Tentu kalau 90% itu bagus sekali, kita harapkan demikian.

dr Dirga Sakti Rambe (Youtube Suaradotcom)
dr Dirga Sakti Rambe saat berbicara di webinar Suara.com. (Youtube Suaradotcom)

Dan yang ketiga tadi, ada yang disebut sebagai herd immunity. Jadi maksudnya harus ada sekian cakupan orang yang diimunisasi agar timbul efek terlindungi dari masyarakat, dan ini angkanya sekitar 60-70%. Kalau dengan penduduk kita, maka 160-220 juta orang harus divaksinasi. Ini pasti butuh waktu.

Oleh karena itu, kehadiran vaksin pasti tidak otomatis akan menghilangkan pandemi. Tapi ini akan bertahap dan tadi kita tetap 3M terus jalan terus.

Ada isu vaksin BCG yang disebut peneliti berpotensi untuk mencegah Covid-19. Apakah Indonesia sejauh ini tertarik untuk meneliti hal tersebut?

BCG ini dia bakteri. Jadi gini, tadi saya bilang di awal bahwa proteksi vaksin sifatnya spesifik memang ya. Jadi kalau vaksin Hepatitis B itu ya untuk melindungi (dari) Hepatitis B. BCG ini agak spesial karena memang sejak lama diketahui BCG ini punya properti atau kemampuan untuk melatih imunitas secara non-spesifik, terutama untuk innate immunity (sistem imun bawaan).

Jadi dulu bahkan BCG diberikan pada pasien dengan Leukimia karena diharapkan untuk merangsang kekebalan sistem imunnya. Saat inipun BCG masih dapat dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan kanker kandung kemih atau kanker buli (kanker kandung kemih). Nah tadi kembali ke konteks Covid-19, memang pada bulan Maret, April atau Mei itu ada laporan awal yang kita sebut sebagai studi Ekologis.

Jadi pasien-pasien yang di vaksin BCG, katanya, Covidnya lebih ringan, tetapi kemudian setelah ada penelitian-penelitian lanjutan ya terutama yang kita sebutnya penelitian Randomized Control Trial ya jadi ada placebonya, sampai sekarang sih tidak terbukti. Sehingga tidak ada anjuran khusus untuk memberikan atau memberikan ulang BCG dalam rangka mencegah Covid. Tetapi bahwa anak-anak tetap harus vaksinasi BCG seperti biasa.

Apakah anak-anak butuh vaksin Covid-19?

Salah satu karakteristik yang ideal dari vaksin Covid harusnya bisa diberikan kepada semua populasi, semua usia. Tapi tadi, umumnya uji klinis itu dijadikan dulu pada orang yang dewasa muda kita bilangnya, karena pada kelompok 18-59 itu respon imunnya masih optimal, masih bagus.

Nanti kalau hasilnya bagus, uji klinisnya boleh diperluas ke kelompok anak-anak ataupun pada kelompok lansia. Tapi tentu pada akhirnya kita berharap baik anak-anak maupun lansia semuanya bisa mendapatkan vaksinasi Covid-19 ini.

Proses pembuatan vaksin umumnya membutuhkan waktu 10 sampai 15 tahun, tapi sekarang terpaksa 1 sampai 2 tahun harus ada vaksin. Apakah ada jaminan kualitas? Apakah akan sama kualitasnya jika dipaksakan 1 sampai 2 tahun untuk pengembangan vaksin?

Pandemi ini memaksa kita untuk mengakselerasi seperti tadi, ada inovasi-inovasi. Jadi walaupun dipersingkat 1-1,5 tahun, tapi tetap tadi, tidak ada kompromi dalam hal safety. Tahapannya tetap kok uji klinis fase 1, fase 2, fase 3. Tetapi tadi ada beberapa fase yang berjalan bisa overlay. Tapi bukan berarti misalkan ada fase yang dilewati, tidak. Tetap keamanan itu nomor satu.

Dan sebagai informasi tambahan, sebenarnya kita ini tidak mulai dari 0 soal vaksin Covid-19 ini, karena dulu kita pernah mengembangkan vaksin MERS, vaksin SARS, yang semuanya itu satu keluarga secara virus. Jadi tidak dari 0, sudah ada pengetahuan awalnya.

Dan kalau ini kita berhasil mengembangkan vaksin Covid-19 dalam waktu 1,5 tahun, vaksin yang aman dan efektif, ini akan menjadi sejarah, karena selama ini buat vaksin 10-15 tahun, sekarang ternyata manusia bisa bikin vaksin yang aman tapi dalam waktu 1-1,5 tahun. Jadi kita tunggu saja dulu.

Apakah mutasi virus Corona yang masih terjadi juga akan memengaruhi efektivitas vaksin yang sedang dibuat? Apalagi kabarnya mutasi virus Corona terus terjadi...

Mutasi pada virus itu sesuatu yang sangat wajar. Mutasi itu tidak selalu menguntungkan karena kadang juga bisa merugikan virus. Pertama, mutasi itu bukan hal yang luar biasa pada virus.

Kedua, mutasi pada virus SARS-COV-2 penyebab Covid-19 itu sebetulnya tidak terlalu mengkhawatirkan, bahkan bila dibandingkan dengan virus Influenza pun masih lebih tinggi mutasinya virus Influenza.

Ketiga, dengan mutasi-mutasi sejauh ini itu belum ada dampak terhadap pembuatan vaksin. Karena vaksin itu kan mengandung komponen protein atau dari gen tertentu ya, jadi kalau mutasinya tidak mengenai gen tadi maka target vaksinnya aman. Tapi kalau mutasinya mengenai target tersebut maka bisa terpengaruh. Sampai hari ini dengan mutasi-mutasi yang ada itu masih belum mengganggu proses pengembangan vaksin-vaksin Covid-19.

Kesimpulan terkait pengembangan efektivitas dan keamanan vaksin di Indonesia?

Kita memang harus mengadakan akselerasi atau percepatan pengembangan vaksin Covid-19 ini, tapi tadi walaupun ada akselerasi pengembangan Covid-19, tapi tetap melalui tahapan-tahapan yang standar fase 1, fase 2, fase 3 itu satu.

Kedua, setelah uji klinis selesai pun, nanti yang menentukan apakah suatu vaksin layak digunakan atau tidak adalah Badan POM. Itu juga kita harus menunggu. Artinya kalau suatu vaksin sudah mendapatkan izin dari Badan POM, itu digunakan, sudah pasti vaksin itu aman dan efektif karena tidak sembarangan izin itu keluar.

Jadi sekarang sebagai masyarakat kita menunggu dan tidak usah terlalu hingar-bingar, tapi tugas kita 3M. Mau ada vaksin tidak ada vaksin kita tetap 3M dulu sampai beberapa waktu ke depan. Jadi biarkan tim mengembangkan vaksinnya, kita ini sebagai masyarakat di mana pun berada konsisten untuk 3M supaya pandemi ini segera terkendali. Demikian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI