Suara.com - Beberapa pekan terakhir, kian marak pemberitaan soal rencana pendistribusian vaksin dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di berbagai negara. Termasuk di Indonesia, beberapa juta dosis vaksin impor pun sudah sampai di negeri ini belum lama lalu.
Diperkirakan, awal vaksinasi massal Covid-19 di Indonesia dengan vaksin yang sudah ada ini, akan berlangsung pada awal tahun 2021. Sementara itu, skema lainnya untuk tambahan vaksin pun masih dalam proses, termasuk vaksin dari sumber-sumber lain, maupun yang dikembangkan Indonesia sendiri yang mungkin masih panjang prosesnya.
Dalam kaitan dengan persoalan vaksin ini, beberapa waktu lalu Suara.com melalui kegiatan webinar sempat berbincang dengan dua sosok penting. Salah satunya adalah dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam yang juga sudah dikenal luas sebagai salah seorang vaksinolog.
Tampil bersama Prof. Kusnandi Rusmil dari Universitas Padjajaran dalam sesi webinar saat itu, berikut petikan lengkap informasi sekaligus pandangan yang disampaikan dokter Dirga, dalam format wawancara (tanya-jawab):
Apakah situasi sekarang sudah darurat dan perlu otoritas pengggunaan darurat vaksin atau Emergency Use Authorization (EUA)?
Jadi memang EUA itu adalah ranahnya regulator melalui Badan POM. Nanti Prof. Kusnandi sebagai ketua tim peneliti vaksin Covid-19 setelah data-datanya ada, pasti akan men-submit, mengirimkan data tersebut ke Badan POM untuk dievaluasi. Jadi keputusan ada EUA atau zin edar seperti biasa, itu semua adalah ranahnya Badan POM.
Tapi kita melihat situasi sekarang di lapangan buktinya memang Covid-19 penularannya belum sepenuhnya terkendali. Bahkan kalau kita lihat di seluruh dunia, case fatality rate–nya sampai dengan 3%, artinya tiga dari seratus orang meninggal karena Covid-19. Menurut saya, kehadiran atau urgensi vaksin itu memang nyata, memang ada dibutuhkan. Bahwa nanti ada vaksinasi, tapi kita juga harus 3M, tetap harus 3T, itu semua harus berjalan.
Ada banyak pihak yang mengembangkan vaksin Covid-19 di luar sana, termasuk di Indonesia. Dokter Dirga ada komentar?
Jadi pemerintah kita menggunakan dua strategi. Pertama bekerja sama dengan produsen vaksin di negara lain, seperti Sinovac ini, karena memang kita ingin vaksin ini segera (ada) dalam waktu dekat. Kedua, untuk jangka panjang, pemerintah menyiapkan Vaksin Merah Putih, artinya dari nol semua prosesnya dari Indonesia.
Baca Juga: Tenaga Kesehatan, TNI, dan Polri Jadi Penerima Pertama Vaksin Covid-19
Tentu ini juga perlu untuk upaya jangka panjang. Tapi, memang kita juga harus realistis bahwa semua ini kan masih baru dimulai dan pemerintah sendiri sampaikan Vaksin Merah Putih itu paling cepat tersedia tahun 2022 kalau semua tahapan uji klinis, uji preklinis berjalan lancar. Ini saya pikir dua-duanya harus dikerjakan. Jadi pengembangan sendiri iya, kerja sama juga iya.