Suara.com - Hubungan Indonesia-China kian mesra saja, terutama dalam dekade terakhir. Bukan tanpa sebab mengapa pemerintah tertarik menjalin kerjasama --khususnya di bidang ekonomi-- dengan negara Tirai Bambu itu.
China kini telah menjelma menjadi raksasa ekonomi baru. Studi terkini yang dilakukan lembaga konsultan manajemen global McKinsey menunjukkan bahwa China telah menjadi destinasi ekspor terbesar bagi 33 negara dan sumber impor bagi 65 negara.
“[Secara] Geoeonomi dan geopolitik kan bergeser juga. Sekarang China malah diprediksi setelah 2030 akan menjadi kekuatan ekonomi besar dunia,” kata Duta Besar (Dubes) RI untuk Tiongkok dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, kepada Suara.com.
Dalam wawancara virtual via Zoom, Joe --demikian Djauhari akrab disapa-- menegaskan bahwa inilah momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara kuat di dunia. “Salah satunya adalah China,” tegasnya.
Masih menurut McKinsey, negara yang telah menjalin hubungan diplomasi dengan Indonesia selama 70 tahun ini adalah salah satu pemain global dalam aliran investasi. Dalam periode 2015-2017 saja, negara berpenduduk 1,5 miliar itu telah menjadi sumber investasi terbesar kedua di dunia dan menjadi penerima aliran investasi juga terbesar kedua di dunia.
“China ini pasar yang besar. Semua orang bersaing untuk masuk ke pasar sini atau untuk menggaet kerja sama. Karena diplomasi yang baik, hubungan kita dengan China itu semakin membaik,” kata Joe, pria kelahiran Beo, Sulawesi Utara.
Di Indonesia, investasi China selama pandemi [periode Januari-Juli], seperti yang disampaikan Joe, naik 9% menjadi US$ 2,2 miliar. “Ini realisasi ya, jadi bukan pledge, bukan janji,” ujarnya.
Jika digabung dengan nilai investasi Hong Kong yang jumlahnya US$ 1,7 miliar, China menjadi negara paling top yang berinvestasi di Indonesia.
“Ini saya kira kesempatan atau momentum yang dilihat oleh Pak Jokowi dan jajarannya. So this is the time for us untuk maju. Karena ini kan mewujudkan mimpi Bapak Bangsa kita... [bahwa] pada saat kita merayakan HUT Kemerdekaan ke-100, kita sudah menjadi negara maju. Inilah momentumnya. Buat saya simple saja, kita jangan kehilangan momentum,” kata Djauhari.
Baca Juga: Penelitian Awal Vaksin Sinovac Dilakukan di Luar Negeri, Ini Kata BPOM
Joe yang saat diwawancarai kontributor Suara.com, Rin Hindryati, masih berada di Yunnan, menjelaskan secara rinci perkembangan terkini hubungan diplomasi Indonesia-China, termasuk dalam bidang ekonomi, vaksin, dan perlindungan warga negara Indonesia (WNI). Berikut hasil lengkap wawancara eksklusif yang berlangsung 1,5 jam lebih: