Astronom Tri L Astraatmadja: Perjalanan Antariksa Baru Sebatas Tepi Pantai

Senin, 12 Oktober 2020 | 20:17 WIB
Astronom Tri L Astraatmadja: Perjalanan Antariksa Baru Sebatas Tepi Pantai
Ilustrasi wawancara. Tri L Astraatmadja, astronom Indonesia di Amerika Serikat. [Foto: Dok. Carnegie / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Harus bisa membuat keputusan, kalo ada sinyal, apakah itu disebabkan oleh karena gerakan akibat eksoplanet atau akibat yang lain.

Ini pekerjaan kolektif atau individu ya?

Ya mau dibilang kolektif bisa dikatakan kolektif, karena kami kerja bertiga. Mau dikatakan invididu juga bisa dibilang begitu. Karena hampir semua aspek dari menganalisis data ini aku yang kerjakan. Bahkan datanya pun setelah aku datang, datanya aku juga yang ngambil. Jadi kami tuh masih ambil data.

Artinya kami pake teleskop di Cile. Kira-kira 3 atau 4 bulan sekali kami ngamat dengan teleskop di Cile. Ya setahun 3 atau 4 kali. Satu kali periode pengamatan itu mungkin bisa 3 malam bahkan bisa sampe 5 malam.

Kenapa harus ke Cile, apakah teleskop di sana paling canggih?

Enggak juga. Jadi memang sudah sejak tahun 50an, bahkan sebelumnya memang ditemukan bahwa Cile itu menempati posisi unik di planet ini. Dia memiliki kondisi yang sangat baik untuk melakukan pengamatan astronomi. Kenapa begitu?

Kalo lihat di peta, Cile itu negara yang kurus dari utara ke selatan. Dia ada di tepi Samudera Pasifik dan itu dibatasi oleh gunung. Pegunungan Andes. Nah kalo kita bangun observatorium di Pegunungan Andes, pertama itu jauh di atas permukaan bumi. Jadi kira-kira mulai dari 2.000 meter bahkan bisa sampe 4.500 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian itu udara sudah sangat tipis. Jadi kita udah berada jauh di atas lapis atmosfir bumi yang tebal.

Nah pada kondisi itu atmosfir bumi lebih transparan sehingga gangguan atmosfir bisa diminimalkan.

Lalu yang kedua, karena mereka persis berada di tepian samudera. Jadi lapisan udara yang datang dari laut itu lebih tenang, lebih stabil. Kenapa? Karena mereka tidak menabrak gunung atau benua.

Baca Juga: Kepala LAPAN: Kiamat Bisa Terjadi di Bumi Jika Satelit Terganggu

Jadi lebih karena posisinya ya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI