Astronom Tri L Astraatmadja: Perjalanan Antariksa Baru Sebatas Tepi Pantai

Senin, 12 Oktober 2020 | 20:17 WIB
Astronom Tri L Astraatmadja: Perjalanan Antariksa Baru Sebatas Tepi Pantai
Ilustrasi wawancara. Tri L Astraatmadja, astronom Indonesia di Amerika Serikat. [Foto: Dok. Carnegie / Olah gambar: Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), ia merupakan bagian dari gerakan mahasiswa yang menumbangkan Presiden Seharto pada 1998. Eksponen Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) yang gandrung teknologi informasi (IT), tekun, dan cerdas ini sekarang telah menjadi astronom di Amerika Serikat, negara yang memang banyak memberi perhatian pada penelitian-penelitian ruang angkasa. Ia betah di sana. Sebelumnya ia cukup lama bekerja di observatorium Institut Max Planck, Heidelberg, Jerman.

"Sejauh ini sepertinya kesempatan terbaik itu [untuk menjadi astronom] ada di Amerika atau di Eropa,” ucap Tri L Astraatmadja saat bercakap dengan Suara.com baru-baru ini.

Sampai sekarang pun para astronom tidak memiliki banyak pilihan saat hendak bekerja. Bukan di Indonesia saja demikian. Di tingkat global pun keadaannya tak jauh berbeda. Seharusnya mereka bertekun di bidang astronomi. Masalahnya adalah lapangan yang sangat spesifik ini tak memerlukan banyak orang. Alhasil, sebagian dari mereka terpaksa berpaling ke luar bidangnya.

Teman Tri yang sesama doktor astronomi pun banyak yang menjalani profesi di luar keilmuannya. Bekerja di bank atau menjadi risk assessment pada perusahaan akuntan publik, umpamanya.

Tri sendiri merasa dirinya beruntung. “Ternyata masih ada cadangan keberuntunganku,” ujarnya sambil tersenyum. Mengapa?

Ternyata sebelum mendapat panggilan kerja di tempat kerja baru sekarang, dia pun sudah hampir pulang ke Indonesia. Sebelumnya, 4 tahun putra ahli pers Atmakusumah Astraatmadja ini bekerja di Carnegie Institution of Washington. Saat ini ia bergabung dengan Space Telescope Science Institute, sebuah institut yang dikontrak NASA untuk mengoperasikan teleskop-teleskop antariksa milik NASA.

Bercakap dengan Tri tentang astronomi dan alam semesta sangatlah menarik. Pengetahuannya tidak hanya sebatas yang ia dapat dari pendikan formal melainkan lewat bacaan serta tontonan, termasuk buku dan film-film fiksi ilmiah yang ia lahap sejak belia. Menurutnya ada beberapa hal dalam karya fiksi ilmiah yang sangat mungkin untuk diwujudkan. Teknologi lift ruang angkasa dan hibernasi di antaranya.

Dia juga antusias mempercakapkan hubungan antaran sains dan agama. Pun, bagaimana seharusnya ilmu pengetahuan sebaiknya diajarkan di sekolah-sekolah agar minat anak-anak Indonesia terhadap yang satu ini kian bertumbuh.

Baca Juga: Kepala LAPAN: Kiamat Bisa Terjadi di Bumi Jika Satelit Terganggu

Berikut wawancara eksklusif Rin Hindryati, kontributor Suara.com, via Zoom selama sejam lebih, dengan Tri yang saat ini bersama sang istri, Ucu Agustin (jurnalis dan sutradara film), bermukim di Washington DC, AS:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI