Sampurno, Eks Kepala BPOM: Rentan, Industri Farmasi Masih Bergantung Impor

Minggu, 20 September 2020 | 04:42 WIB
Sampurno, Eks Kepala BPOM: Rentan, Industri Farmasi Masih Bergantung Impor
Ilustrasi wawancara. Dr Sampurno Apt, MBA, mantan Kepala BPOM. [Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tapi nanti bisa kita bahas kenapa industri farmasi tidak bisa tumbuh di Indonesia.

Itu juga yang menjadi pertanyaan saya. Ketergantungan bahan baku kita begitu tinggi, padahal industri farmasi kan sudah ada sejak zaman dulu. Tapi impor bahan baku tetap tinggi. Bagaimana Bapak menjelaskan ini?

Pertama, seperti tadi saya katakan kalau industri obat kimia sintetik itu tidak ada bahan dasarnya. Intermediate substance-nya nggak ada.

Yang kedua, ini juga yang tidak kalah penting, profitabilitasnya. Marginnya industri bahan baku itu relatif kecil dibandingkan dengan industri formulasi obat jadi. Jadi para pengusaha itu tidak terlalu tertarik untuk memproduksi bahan baku di dalam negeri.

Karena apa? Selain kesulitan tadi, yang ketiga, tidak ada captive market. Tidak ada jaminan. Karena apa? Kalau kita impor bahan itu, kondisi normal ya, bea masuknya hanya 5 persen maksimum, bahkan ada yang 0 persen.

Nah, industri dalam negeri ketika menghadapi impor yang bea masuknya 5 persen, 0 persen, dia nggak bisa. Karena kalo produksi dalam negeri, penyusutannya itu pasti mahal. Harganya lebih mahal.

Ini beda semangat dengan Korea. Korea itu kalo ada produksi dalam negeri, disuruh atau tidak disuruh, produsen-produsen di dalam negeri membeli bahan baku dalam negeri. Itu semangat nasionalisme. Kalau kita, enggak. Mending beli barang impor.

Ini yang sudah menjadi budaya, lebih suka impor daripada susah-susah merintis industri bahan baku sendiri. Mindset ini yang harus diubah.

Bisakah pemerintah intervensi dengan "memaksa" para produsen obat-obatan untuk membeli bahan baku dalam negeri, supaya industrinya berkembang?

Baca Juga: Mengenal Marissa Hutabarat WNI yang Jadi Hakim di Pengadilan AS

Menurut hemat saya ya, Bu, yang perlu smart, yang perlu cerdas itu tidak hanya para industrialis, para pengusaha, tapi pemerintah juga harus cerdas. Pemerintah juga harus memberikan bagaimana grand strategy-nya pengembangan bahan baku obat di Indonesia. Itu pemerintah juga harus punya ide. Pemerintah selama ini apa idenya, apa jalan keluarnya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI