Cara Justinus Agus Satrio, Sumbang Ilmu Biomassa ke Indonesia dari AS

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Jum'at, 21 Agustus 2020 | 14:14 WIB
Cara Justinus Agus Satrio,  Sumbang Ilmu Biomassa ke Indonesia dari AS
Ahli biomassa Indonesia di AS, Profesor (teknik kimia) Justinus Agus Satrio, Phd. [Foto dok. pribadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saya terpikir bahwa saya merasa lebih memberikan kontribusi ke Indonesia kalau saya di sini. Utamanya karena melihat teknologi tinggi di sini. Jadi saya bisa lebih banyak belajar, kemudian bisa ya menjadi ahli di bidang ini. Belajar tentang biofuel dan menjadi scientist di Iowa.

Jadi sekarang research saya itu berkiblat, berpusat di biomassa karena saya terpikirnya dulu itu, Indonesia adalah negara berbasis agriculture, berbasis pertanian, dan itu akan banyak sekali kesempatan untuk menggunakan biomassa. Menjadi bahan yang berguna. Salah satunya tentang biofuel.

Jadi, begitu ceritanya. Sekarang berlanjut. Saya kemudian saat ini, setelah di Iowa, mendapat kesempatan untuk bekerja di faculty, di universitas sebagai professor yang tetap.

Saya merasa sebagai orang Indonesia yang ahli tentang biofuel di Amerika, meskipun saat inipun saya tidak bisa bilang saya ahli. Tapi saya mempunyai hati ke situ.

Baca Juga: Wawancara Hadi Pranoto, Anji Ingin Berbagi Kebaikan untuk Masyarakat

Apakah ada alasan lain mengapa memilih biofuel sebagai fokus peneilian?
Alasan lain terutama karena saya memikirkan ini...Sebetulnya tidak Cuma biofuel, tapi saya lebih tertarik dengan biomassanya. Karena, biomassa itu merupakan sumber, resources yang bisa dipakai dengan menguntungkan kalau dilakukan secara tepat.

Seperti biofuel, kemudian biopolimer. Bahan-bahan alami ini dapat menggantikan fosil fuel.

Kita itu kan hidup berbasiskan karbon. Tubuh kita sebagian besar karbon. Kemudian energy seperti gasoline, diesel itu juga berbasis karbon. Nah kalau kita mengambil karbon dari dalam bumi, berupa minyak bumi, berupa batubara, itu artinya kita mengambil atau mengeluarkan karbon dari bawah tanah ke permukaan.

Saat ke permukaan, kalau kita bakar ia akan menjadi CO2. Jadi akan menambah kadar CO2 yang ada di permukaan bumi. Oleh sebab itu kenapa dalam 100 tahun terakhir ini CO2 semakin tinggi. Itu karena kegiatan manusia yang aktif.
Nah kalau biomassa, secara teori itu kan dari tanaman, tumbuh dengan menyerap CO2 dari udara. Jadi akan mengurangi kadar CO2 dari permukaan bumi, menjadi solid. Jadi itu seperti... bahasa kerennya carbon sequestration (Sekuestrasi karbon adalah penangkapan dan penyimpanan karbon dioksida dari atmosfer dalam jangka waktu yang lama. Red)

Jadi carbon itu dibuat sebagai tidak ada, diserap menjadi tanaman.

Baca Juga: Amanda Septevani, Teliti Limbah Biomassa Jadi Layar Perangkat Elektronik

Intinya biomassa itu alternatif terbaik untuk green energy? Anda sendiri memantau tidak perkembangannya di Indonesia?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI