Berapa luas lahan di KPC yang direvitalisasi pada waktu itu?
Waktu itu kan hanya eksperimen. Jadi kecil saja.
Kondisi tanah di sana sudah berupa lubang-lubang kah?
Itu kan bekas tambang batubara. Nah kalau menambang itu, lubang bekas tambang itu kan tidak... maksud saya begini: menambang itu kan tidak satu atau dua tahun, tergantung cadangannya. Seperti KPC itu lubang satu, tapi sudah bertahun-tahun. Jadi yang direklamasi tidak harus lubangnya itu, tapi batuan yang harus dipindahkan, harus ditempatkan di satu tempat. Itu yang harus direklamasi. Jadi tidak selalu lubang tambangnya yang direklamasi.
Baca Juga: Menteri LHK Dukung Pemprov Babel Rehabilitasi Lahan Kritis Bekas Tambang
Oh ya, Pak Irdika belajar di New Zealand, di mana? Kebetulan saya juga lulus pascasarjana dari Otago University, di selatan NZ.
Saya di utaranya sedikit dari tempat Mbak Rin. Christchurch. Di sana saya belajar bagaimana mereka menumbuhkan pohon pinus. Background saya kehutanan, pergi ke sana, kemudian melihat hutan pinus di sana. New Zealand kan negara kecil saja, tapi New Zealand itu pengekspor pinus radiata terbesar di dunia. Luar biasa kan? Nah, produktivitas di sana per hektarnya antara 400 meter kubik sampai 1.000 meter kubik. Sementara di Indonesia baru 150 meter kubik. Jadi kita harus mempelajari itu, dan itulah banyak hal yang saya bawa dari Selandia. Nanti akan saya ceritakan.
Lalu ke Inggris, belajar di mana?
S3 saya di University of Kent, di Departemen Bioscience.
Kembali ke soal lahan pascatambang. Sebenarnya gambaran umum kondisi lahan bekas tambang di Indonesia, seperti apa ya? Apa solusi yang ditawarkan untuk memperbaiki?
Baca Juga: EKSKLUSIF: Cerita Irdika Mansur Revitalisasi Lahan Bekas Tambang (Part-1)
Tambang di Indonesia itu, kalau boleh saya katakan, bisa kita kategorikan menjadi tiga. Ada sebagian yang memang mereka tidak peduli terhadap lingkungan. Kalo misalnya Mbak Rin jalan ke Kalimantan Selatan, di kanan-kiri bisa melihat ada lubang-lubang tambang yang sudah tidak ada aktivitas. Kemudian ada mungkin di sekitar Samarinda, juga seperti itu di dekat-dekat kampung. Inilah kelompok paling buruknya seperti itu.